Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon secara resmi mengajukan permintaan repatriasi Prasasti Pucangan kepada Menteri Kebudayaan India, Gajendra Singh Shekhawat. "Pengembalian Prasasti Pucangan adalah langkah penting untuk memulihkan bagian dari sejarah dan identitas budaya kita," ujar Fadli di sela Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 di Salvador da Bahia, Brasil, pada 8 November 2024. Permintaan ini menandai komitmen Indonesia untuk memulihkan artefak budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi identitas bangsa.
Prasasti Pucangan juga dikenal sebagai Airlangga Stone dan Calcutta Stone. Batu bersurat dari abad ke-11 ini dibuat atas perintah Raja Airlangga, satu penguasa besar Pulau Jawa. Prasasti ini mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Jawa, khususnya terkait pemerintahan Raja Airlangga dan tatanan politik serta keagamaan di masa itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sir Thomas Stamford Raffles, Letnan Gubernur Inggris yang berkuasa di Jawa pada 1811-1816, menemukan prasasti ini pada awal abad ke-19. Ia mengirimkan prasasti ini sebagai hadiah kepada atasannya, Lord Minto, Gubernur Jenderal Inggris di India. Sejak itu, prasasti ini berada di India dan tersimpan di Indian Museum, Kolkata.
Fadli mengusulkan agar serah terima resmi prasasti ini dilakukan pada kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke India pada awal 2025. Lawatan tersebut sekaligus menandai 76 tahun hubungan diplomatik Indonesia-India. “Kami berharap India dapat mendukung repatriasi ini sebagai simbol komitmen bersama atas pentingnya melestarikan warisan budaya,” ujar Fadli.
Upaya repatriasi ini juga diperkuat oleh prinsip-prinsip dalam Kashi Culture Pathway
yang disepakati pada Pertemuan Menteri Kebudayaan G20 2023 di India, yang
mendorong pengembalian artefak budaya ke negara asalnya. Fadli berharap supaya India
dapat mendukung langkah-langkah yang diperlukan untuk memulangkan Prasasti
Pucangan ke tempat asalnya, sekaligus mendorong pembentukan tim gabungan untuk
melakukan kajian dan memfasilitasi proses ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fadli mengusulkan agar Indonesia dan India bersama-sama memimpin upaya
pengembalian artefak budaya yang masih berada di negara-negara lain, seperti Inggris
dan Belanda. Banyak obyek bersejarah tersimpan di negara-negara tersebut. Selain soal repatriasi, kedua menteri kebudayaan ini juga sepakat mempererat kerja sama lainnya, termasuk potensi kerja sama industri budaya, program restorasi cagar budaya Hindu-Buddha, hingga pertukaran dan konsorsium budaya.