Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika Presiden Soeharto berjalan menunduk di samping peti jenazah Ibu Tien di Bandar Udara Adi Sumarmo, Solo, pada Minggu, 28 April 1996, orang bertanya-tanya: apa yang akan terjadi di masa depan setelah "kekuatan" wanita itu meninggalkan junjungannya? Akankah Pak Harto tetap menjadi presiden setelah pendampingnya berpulang? Pertanyaan ini boleh jadi terdengar berlebihan, tapi bukan tanpa alasan. Selain menjadi istri, ibu rumah tangga, dan ibu enam anak hasil perkawinan mereka, Tien Soeharto adalah confidante--orang kepercayaan utama--sang Presiden.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo