Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Berita Tempo Plus

Krisis Mengantarkan Soeharto ke Jurang Kehancuran

28 Desember 1998 | 00.00 WIB

Krisis Mengantarkan Soeharto ke Jurang Kehancuran
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Tanda-tanda akan jatuhnya rezim Soeharto telah lama terlihat. Setidaknya ketika peristiwa 27 Juli 1996 meletus--saat aparat militer menyerbu Kantor PDI yang dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri--bibit-bibit perlawanan dan gerakan massa mulai tumbuh. Represi politik pemerintahan Orde Baru ini bertemu dengan remuknya ekonomi Indonesia menyusul dilepasnya band intervensi Bank Indonesia pada 14 Agustus 1997. Mulai saat itu, nilai rupiah terhadap dolar meluncur tajam tanpa kendali. Dan ujung dari drama ekonomi politik Indonesia itu adalah jatuhnya Soeharto, presiden kedua Indonesia berusia 77 tahun itu, setelah lebih dari 30 tahun berkuasa. Berikut ini kronologinya.

29 Mei 1997

Pemilihan umum keenam dalam pemerintahan Orde Baru dilaksanakan. Seperti dalam pemilu-pemilu sebelumnya, Golkar kembali meraih mayoritas suara (75 persen).

2 November 1997

Krisis keuangan diselesaikan pemerintah melalui penutupan 16 bank swasta. Mulai saat itu, runtuhlah kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional.

7 Januari 1998

Pemerintah menyesuaikan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dengan lonjakan harga dolar. Harga yang dipakai pemerintah adalah angka Rp 4.000 per dolar. Namun, pasar menolak keputusan itu dengan melonjaknya harga dolar sampai mencapai angka Rp 11.700 per dolar.

9 Januari 1998

Pasar swalayan dan pasar tradisional diserbu pembeli setelah muncul isu akan terjadi kelangkaan pangan. Susu, gula, minyak goreng, sabun, dan barang sehari-hari lainnya ludes dalam sekejap. Dolar melambung sampai mencapai angka Rp 16 ribuan.

15 Januari 1998

Presiden Soeharto menandatangani 50 butir nota kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional (IMF), disaksikan oleh Direktur Pelaksana IMF, Micheal Camdessus, di kediaman Presiden di Jalan Cendana. Salah satu isi nota kesepakatan itu adalah revisi RAPBN serta pencabutan monopoli Bulog dan fasilitas khusus bagi proyek mobil nasional.

1 Maret 1998

Sidang Umum MPR dimulai. Tidak berbeda dengan SU MPR sebelumnya, sidang ini diwarnai oleh pemihakan anggota MPR pada status quo.

10 Maret 1998

Dalam Sidang Umum MPR yang berlangsung tanggal 1-11 Maret, Soeharto dipilih kembali menjadi presiden, untuk ketujuh kalinya. Wakil presiden dijabat B.J. Habibie.

14 Maret 1998

Susunan Kabinet Pembangunan VII diumumkan. Banyak wajah baru dan bernuansa nepotis muncul. Mereka itu di antaranya Bob Hasan sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan serta putri sulung Presiden, Siti Hardijanti Indra Rukmana (Tutut), sebagai Menteri Sosial.

18 April 1998

Aksi mahasiswa marak di mana-mana. Panglima ABRI berupaya meredamnya dengan mengadakan dialog dengan mahasiswa di Arena Pekan Raya Jakarta, tapi tanpa banyak hasil. Demo terus berlangsung.

1 Mei 1998

Rapat menteri Kabinet Pembangunan VII dengan diketuai Soeharto memutuskan bahwa reformasi seperti yang dituntut mahasiswa akan dilaksanakan setelah tahun 2003, yakni setelah berakhirnya masa jabatan Soeharto. Belakangan, pengumuman yang disampaikan Menteri Penerangan Alwi Dahlan dan Menteri Dalam Negeri Hartono itu diralat. Presiden, dalam ralat itu, disebutkan akan melaksanakan reformasi segera dan sedang mempersiapkan perubahan sejumlah undang-undang.

2 Mei 1998

Bentrok aparat dengan mahasiswa IKIP Jakarta tak terhindarkan. Setidaknya 33 mahasiswa IKIP dan sejumlah mahasiswa lain luka-luka dalam bentrok berdarah itu. Sepanjang bulan Mei, aksi mahasiswa marak di mana-mana. Di Ujungpandang, bentrok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Indonesia (UMI) menyebabkan tewasnya Arfah Syarif, salah seorang mahasiswa UMI.

4 Mei 1998

Pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak. Pengumuman ini menjadikan orang ramai-ramai antre di pompa bensin. Harga premium, misalnya, melonjak dari Rp 700 menjadi Rp 1.200 per liter. Jakarta dilanda kemacetan hebat.

9 Mei 1998

Presiden berangkat ke Kairo untuk menghadiri KTT G-15. Media massa ramai mengabarkan, di Kairo, Soeharto mengatakan bersedia mundur dari jabatannya. Namun, setelah kembali dari Kairo, Soeharto menegaskan bahwa ia tidak bersedia mundur. Tayangan pidato Soeharto di muka warga Indonesia di Kairo diputar berulang-ulang di televisi nasional.

12 Mei 1998

Reformasi meminta korban. Empat mahasiswa Universitas Trisaksi, masing-masing Elang Mulia, Heri Hartanto, Hendriawan, dan Hafidin Alifidin Royan, tewas diterjang peluru aparat ketika bentrok mahasiswa yang berkampus di Grogol, Jakarta Barat, itu dengan aparat tak terhindarkan.

13 Mei 1998

Seiring dengan gugurnya pahlawan reformasi dari Trisakti, kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan serempak melanda seluruh pelosok. Ratusan orang terperangkap di dalam gedung, pasar, dan supermarket dan tewas terpanggang api.

14 Mei 1998

Keadaan agak mereda. Kerusuhan masih terjadi, terutama di pinggiran kota. Presiden Soeharto masih berada di Kairo. Keadaan di Tanah Air dilaporkan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI kepada Soeharto.

15 Mei 1998

Pukul 04.30 pagi, Soeharto kembali ke Tanah Air melalui Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Soeharto menerima laporan terakhir dari Wakil Presiden Habibie, Menteri Pertahanan dan Keamanan Wiranto, Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Feisal Tanjung, Menteri Dalam Negeri Hartono, Menteri Kehakiman Muladi, Menteri Penerangan Alwi Dahlan, dan beberapa penjabat lainnya.

16 Mei 1998

Soeharto menerima tim Universitas Indonesia yang dipimpin Rektor UI Prof. Dr. Asman Boedi Santoso. Dalam pertemuan itu, UI menyampaikan pokok-pokok pikiran reformasi yang ditelurkan melalui simposium UI beberapa waktu sebelumnya. Soeharto juga bertemu dengan pimpinan DPR untuk mendiskusikan situasi terakhir.

17 Mei 1998

Sebuah sumber TEMPO di Departemen Pertahanan dan Keamanan menyebutkan, pukul 01.00 WIB, Panglima Kostrad Letjen Prabowo melaporkan kepada Soeharto bahwa Panglima ABRI Wiranto menyatakan tidak akan lagi mendukung Soeharto. Soeharto segera mengutus putranya, Bambang Trihatmodjo, menemui Panglima ABRI untuk mengklarifikasikan masalah ini. Pukul 05.00 WIB, Wiranto segera menemui Soeharto dan membantah berita yang dibawa Prabowo. Pada hari ini, Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Drs. Abdul Latief mengundurkan diri dari jabatan menteri.

18 Mei 1998

Ribuan mahasiswa mulai masuk kompleks DPR/MPR. Ketua DPR/MPR Harmoko membuat pernyataan politik, "Demi persatuan dan kesatuan bangsa, Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri dari jabatannya." Sorenya, Panglima ABRI Jenderal Wiranto membalas dengan mengatakan bahwa pernyataan Harmoko itu merupakan pernyataan pribadi yang tidak memiliki landasan hukum. Sementara itu, sekitar pukul 20.00 WIB, Soeharto bertemu dengan intelektual muslim Dr. Nurcholish Madjid. Disepakati, keesokan harinya Presiden akan bertemu dengan sembilan orang tokoh masyarakat.

19 Mei 1998

Soeharto bertemu dengan K.H. Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Emha Ainun Nadjib, K.H. Ali Yafie, Prof. Malik Fadjar, Soemarsono, K.H. Cholil Baidlowi, Ahmad Bagja, dan Ma?ruf Amien. Dalam pertemuan itu, Soeharto menyatakan akan tetap menjalankan tanggung jawabnya sebagai presiden sampai pemilu yang dipercepat. Ia juga berjanji tidak akan bersedia dipilih kembali menjadi presiden.

20 Mei 1998

Menteri-Sekretaris Negara Saadilah Mursyid mengumumkan bahwa Soeharto akan mengumumkan anggota Kabinet Reformasi. Namun, menjelang tengah malam, 11 menteri menyatakan menolak disertakan dalam kabinet reshuffle. Hanya Bob Hasan dan Fuad Bawazier yang tidak ikut menandatangani pernyataan penolakan ini.

21 Mei 1998

Soeharto lengser.

Arif Zulkifli, Setyardi, Ahmad Fuadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum