Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Festival serem-sereman

Final festival disko diikuti 7 buah grup dari 16 grup yang ikut penyisihan. nama grup aneh-aneh. pemenangnya grup subec. tari disko dimenangkan pasangan dody dan vibe dari grup pulse.

14 Agustus 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

7 BUAH disko telah "turun" di Istora Senayan awal bulan ini. Mereka adalah sisa dari 16 peserta Festival Disko 1976 yang sudah melangsungkan babak penyisihannya di Gelanggang Mahasiswa Kuningan. 30 penari soul juga ikut bergoyang dalam pertarungan yang memperebutkan duit Rp 150 ribu (juara pertama) itu. Meskipun juara tahun lalu disko "Madlod" -- hanya ikut sebagai penyelenggara, dalam kerepotan itu, masih bisa dinyatakan bahwa festival berlangsung lebih seru. Beberapa peserta luar kota dilaporkan mampu ikut serta kalau saja tidak tertahan oleh biaya akomodasi. Di samping itu ternyata ada kemajuan dari segi tata rias, lelampuan dan pengeras suara. "Kreativitas mereka berkembang", kata Syamsudin dari PT Syam Studio, yang punya kerja. Sebagaimana diketahui disko di Jakarta hidup dengan subur pada masa ini Sebagai usaha komersiil. Sebuah disko yang dikenal sebagai "Gua Rama" misalnya sudah mendapat tempat tetap di Hotel Indonesia. Disko yang lain kebanyakan masih mengembara dari rumah ke rumah pemesan mereka. Dengan sewa sekitar Rp 5 ribu sampai Rp 200 ribu semalam wajarlah mereka membutuhkan publikasi nama sehingga tarif mereka bisa unggul terus. Maklum biaya sebuah disko tidak kecil. Kendati banyak tata suara yang mereka bikin sendiri, rata-rata mereka selalu ditunjang oleh pengeras suara merek Altec, JBL, Jackson, JVC Nivico yang harganya jutaan. Sebuah disko kecil seperti "D'Trotel" saja misalnya membenam Rp 10 juta, sedangkan disko "Subec" sampai dua kali itu. Ini memang semacam jor-joran merek pada akhirnya. Rumah Koboi Para juri memberikan waktu 12 - 20 menit untuk tiap peserta. "Tapi kami bukan menilai keras-kerasan suara", kata Damsyik ketua juri. Yang dinilai disamping tata suara adalah tata hias, tata lampu dan kostum awak disko. "Dan kalau ada sesuatu yang bisa mengalahkan alat impor, alat itu kami nilai tingi", kata Damsyik pula. Sebagai contohnya, dalam membuat asap, ada disko yang tidak mempergunakan mesin pengocok asap, tapi hanya bungkah es kering yang dituang air. Di samping namanya sudah aneh-aneh ("Chokrem", "Subec", "Aneh", Concoerd", "D'Trotel", "Lady Mahesta", "Pulse") ulahnya juga serem-serem. "Chokrem" (Chowok-chewek kerempeng) memajang rumah koboi 'Pulse" diperlengkapi monster kelelawar yang menarik dan berani adalah "D'Trotel" yang mencoba menampilkan set warung kopi model Betawi. Sayang sekali meskipun juri tampaknya cukup menghargai, disko ini terpaksa telan ludah saja pada saat ditetapkannya pemenang. Sedang "Lady Mahesta" yang awaknya terdiri dari wanita seluruhnya, tidak berhasil juga, walaupun mencoba eksentrik dengan kuda terbang dan menampilkan bocah umur 5 tahun. Berkata Farida Feisol (d/h Farida Syuman, penari, anggota juri: "Saya nggak senang kalau ada anak kecil, ini opini saya. Tapi toh tidak ada pengaruhnya dalam penilaian saya". Mati Konyol Di set disko "Subec" terlihat sebuah jala nilon terbentang menggapai puncak Istora. Di lantai adalah kubur bersalib, tempat para korban narkotik dan para penyelundupnya. Beberapa pengeras suara merek Altec mengapit sebuah bilih yang dibentuk dengan membentangkan kain putih. Dengan lampu kelip kuning, terdengar bunyi lonceng gereja, dan sebuah peti mati didorong ke luar diapit oleh 4 setan yang mengenakan jubah hitam. Asap mengepul lantas kelihatan sosok berbalut perban putih keluar dari peti. Suryohadi Luhur yang bertindak sebagai discjockey menurunkan lagu Jaws Baia Turning Point Dragon Fly ( Lalo Schifrin -- Black Widow) yang terasa mengesankan dan langsung menempatkan "Subec" sebagai pemenang pertama. "Subec pintar menggunakan ruang", kata salah seorang juri. Sementara Suryohadi sendiri ikut terpilih pula sebagai discjockey paling jempol. Pilihan yang memang tepat. Juara-juara lainnya adalah disko "Aneh" yang mengantongi Rp 100 ribu sebagai juara kedua, kemudian disko "Concoerd" dengan imbalan Rp 75 ribu. Adapun pentas kecil (2 x 5 meter) yang ditempatkan di tengah arena ulah jauh dari meja juri, menampilkan pertarungan seru juga. Di sana jago masih masing disko unjuk kebolehan goyangnya. Kendati lantai tersebut terlalu sempit toh Dody dari disko Pulse berhasil membuat para juri memberikan ke dukan juara dengan imbalan Rp 100 ribu. Juara kedua adalah pasangannya sendiri Vibe yang muncul dengan celana mini dan kaos oblong putih. Mereka ber- dua telah berlaku pintar. Mereka turun dari pentas kecil itu mendekati lampu-lampu disko, memanfaatkan bagian depan disko yang masih lowong. Ada yang menyangka bahwa ini melanggar ketentuan karena pentas kecil tersebut dianggap sebagai arena khusus untuk bergoyang. Boy dan Lies dari disko yang sama yang pernah muncul dengan baik di babak penyisihan termasuk mati konyol karena kesempitan pentas ini. "Sebetulnya ketentuan itu tidak ada de- mikian penjelasan juri. Disebutkan bahwa juara goyang ketiga berada di tangan Yongkie dari "Concoerd" dan hadiah Rp 25 ribu. Juga pantas disebutkan bahwa tahun depan direncanakan festival ini mencakup seluruh Indonesia. Apa Wonogiri mau ikut?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus