Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - DL Entertainment memproduksi film Cyberbullying yang mulai syuting pada Rabu, 9 April 2025. Seluruh proses produksinya dilakukan di Makassar, Sulawesi Selatan dengan arahan Rusmin Nuryadin selaku sutradara.
Pilihan Editor: Menjelang Rumah untuk Alie Tayang, Falcon Pictures Siapkan Wadah Cerita Soal Bullying
Cyberbullying menjadi film ketiga dari DL Entertainment setelah merilis Pulang Tak Harus Rumah dan Keluar Main. Film ini akan mengangkat kisah perundungan digital yang dialami remaja di sekolah dan menekankan pentingnya pendidikan karakter.
“Film ini bukan sekadar tontonan, tapi teman bagi anak-anak. Kami ingin mereka merasa ditemani oleh karakter dalam film, agar tumbuh tanpa rasa takut, dengan penuh percaya diri dan nilai-nilai kehidupan yang kuat,” ungkap produser Liani Kawati, dalam siaran pers yang diterima Tempo pada Kamis, 10 April 2025.
Pemeran Film Cyberbullying Didominasi Anak-anak
Menurut Liani, film Cyberbullying sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap isu sosial dan penguatan karakter anak-anak Indonesia di era digital. Film ini juga diharapkan dapat menjadi tontonan keluarga sekaligus bahan refleksi para pelajar di seluruh Indonesia.
“Film ini dibuat dengan cinta. Lebih dari sekadar teknis, kami menjunjung tinggi proses, disiplin, dan sikap. Karena bagi kami, attitude is over the skill. Banyak pemeran anak-anak di film ini dan itu menuntut kesabaran serta kerja tim yang luar biasa,” tutur Liani.
Film Cyberbullying dibintangi oleh Amanda, Tiel, Flyn, Makka, Habibi, Rajwa, dan sejumlah aktor cilik dari Kota Makassar. Mereka juga akan beradu akting dengan Roy Marten di film ini.
Sinopsis Film Cyberbullying
Neira merupakan siswi kelas dua SMP berusia 13 tahun yang dikenal sebagai panutan di sekolah. Hidupnya yang tampak sempurna runtuh setelah sebuah video konfrontasinya dengan teman sekolah menjadi viral. Neira mengalami tekanan psikologis, menutup diri, dan kehilangan semangat hidup.
Keluarganya kemudian memutuskan untuk mengirim Neira tinggal bersama kakeknya. Di lingkungan baru ini, Neira menemukan kembali harapan dan membangun nilai hidup yang lebih kuat. Bersama teman-teman barunya, Neira membangun taman baca dan tempat latihan Spelling Bee bagi anak-anak kurang mampu. Ia kemudian kembali ke sekolah lamanya untuk mengikuti lomba Spelling Bee dan berhasil menorehkan prestasi, sekaligus menutup luka masa lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pilihan Editor: 6 Drama Korea yang Mengangkat Isu Bullying di Kalangan Pelajar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini