Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Gamelan dalam <font color=#FF9900>Piano Godowsky</font>

Untuk pertama kalinya, pianis Ferdy Tumakaka menggelar resital di Jakarta. Menyukai tantangan, ia juga sensitif dalam bermusik.

1 Maret 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUSIK terdengar riang, bahkan agak ingar-bingar seperti musik di pasar malam. Enteng, seperti gelak tawa para pemuda bercengkerama di simpang jalan. Dua-tiga tarikan napas berselang, potongan melodi yang sama muncul kembali, tapi dimainkan dengan semangat berbeda: tempo lebih lambat, sentuhan tangan sang pianis melunak, dan musik terdengar lebih manis, malah agak melankolis. Tak lama kemudian muncullah tantangan atau ”drama” musik ini sesungguhnya: dari melodi yang sama lahirlah rangkaian nada yang berlipat kali lebih njlimet. Suasana minor dan mayor silih berganti.

Beberapa kali sang pianis menggunakan tangan kanannya untuk membubuhkan nada-nada rendah pada sisi kiri piano. Ya, beraneka variasi dari rangkaian nada-nada mayor ini telah dimainkan bergantian, dan tampaklah bahwa komponis musik ini, Franz Schubert (1797-1828), menuntut banyak—malah terkesan terlalu banyak—dari pianis yang berani memainkan karyanya itu.

Itulah Fantasy in C Major ”Wanderer”, Op 15/D. 760, allegro con fuoco yang dimainkan Ferdy Tumakaka di Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Jakarta, Kamis, 8 Februari lalu. Setelah memainkan French Suite No 5 in C Major, BWV 816 buah karya Johann Sebastian Bach yang tentu saja bertekstur sangat kaya akan jalinan nada tinggi dan rendah itu, pianis ini tidak juga undur diri dari gelanggang yang penuh tantangan tersebut. Bach komponis zaman Barok yang memiliki keistimewaan dalam hal contra-punk dalam komposisinya: musik yang kompleks, terdiri atas berlapis-lapis garis melodi. Menyelinap ke belakang panggung H Usmar Ismail, ia muncul lagi dengan sesuatu yang lebih menantang. Fantasy in C Major ”Wanderer”, Op 15/D. 760 sama sekali bukan musik yang sederhana.

”Hanya setan yang bisa memainkannya,” kata Franz Schubert suatu kali. Ia menciptakan ”Wanderer” tatkala berusia 25 tahun, dan ia sepertinya tak hendak mempedulikan kenyamanan pianis yang memainkan karyanya. ”Wanderer” adalah musik yang panjang, terdiri atas empat bagian (movement) yang semuanya dimainkan sekaligus, jadi satu, tanpa jeda. Dan malam itu, Kamis, 8 Februari, juga dalam usia 25 tahun, Ferdy Tumakaka menyambut tantangan tersebut—bahkan pertunjukan musiknya pada malam itu juga dinamai Resital Wanderer.

Ferdy Tumakaka adalah anak muda yang telah berjalan jauh. Memenangi hadiah pertama dalam Jakarta Piano Competition 2001, ia berkeliling dunia, menggelar konser sebagai solois. Terakhir ia sempat bermain untuk International Chopin and Friends Festival di Konsulat Jenderal Polandia di New York. Dalam perjalanan musiknya yang sibuk dan cukup mengesankan, ia pernah menjadi music director dan musical arranger di New York.

Resital yang berlangsung Kamis malam itu adalah resital Ferdy pertama di Indonesia. Seakan-akan pulang kampung, ia membawakan sebuah nomor musik yang boleh jadi akrab di telinga para pengunjung konsernya: Part IV: X. in the Kraton, from Java Suite. Leopold Godowsky seorang komponis yang pada 1923 mengunjungi sejumlah titik istimewa di berbagai pelosok dunia: dari Jawa, Mesir, Palestina, Assyria, Amerika, hingga Eropa. Java Suite ini diciptakannya pada 1925, dengan dasar musik Jawa yang sangat kentara.

Musik mengalir lambat dan sejumlah nada, kerap dalam pentatonis, mengisi sebuah interval yang membentang di antara dua nada yang dimainkan berulang-ulang. Memang, setelah mendengar karya-karya dari zaman Barok sampai neo-Romantik—Bach, Schubert, dan Debussy—karya Leopold Godowsky ini terasa istimewa. Ia menggunakan bentuk fugue yang sangat Barat, tapi mengisinya dengan muatan Jawa yang telah diperkaya oleh akor pilihan komponis yang peka pada kultur asing ini.

Idrus F. Shahab

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus