Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JARUM jam baru menunjukkan pukul 08.00 WIB, Selasa pekan lalu. Kampung Cimeri basah oleh hujan pada malam sebelumnya. Heri Wahid, 24 tahun, salah satu warga kampung itu, merasa hatinya puspas tak keruan. Entah kenapa. Ia tak jua berangkat bekerja ke pabrik PT Perkebunan Cakra Teh Dewata yang cuma sepelemparan batu dari rumahnya. Padahal ayahnya, Nandan, sudah pergi sejam sebelumnya, setelah dia berpamitan kepada istrinya, Otih.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo