Garuda pun datang

PERANG mungkin sudah berakhir di Kamboja. Tapi puing perang belum lenyap. Tulang-belulang manusia berserakan. Atau ranjau yang tak meledak bukan pemandangan yang aneh. Begitu pula gedung yang porakporanda, juga lingkungan kumuh. Dan yang lebih dahsyat adalah kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah. Lebih dari 20 tahun negeri itu mengalami perang. Kini rakyat Kamboja ingin mengubah nasib. Tapi harus melakukan apa? Seorang warga Phnom Penh, Tob Wan, 31 tahun, terpaksa mengungsi ke Kaompong Sopm untuk mencari kerja. Jadilah ia penarik ojek dengan upah sekitar Rp 40 ribu sebulan. Beruntung, karena rekannya yang bekerja di sebuah BUMN hanya membawa pulang sekitar Rp 20 ribu sebulan. Lebih beruntung lagi bahwa keduanya bisa menikmati "damai" dengan tubuh utuh. Lihatlah penderitaan Chuen Rai, 26 tahun. Ia kena musibah di ladangnya sendiri. Tiba-tiba ada ledakan dan menghilangkan kakinya. Dokter memang bisa mengobati dengan cuma-cuma. Tapi kaki palsu? Pemerintah tak menyediakan secara gratis. Chuen harus menebus dengan uang. Perang itu mahal. Bertahun-tahun nyawa manusia tak berharga di Kamboja. Kini datang PBB mendamaikan wilayah itu. Salah satu tentara PBB adalah Pasukan Garuda XII Indonesia yang dipimpin Letkol. Erwin Sudjono. Pasukan ini diambil dari Batalyon Infantri Linud. 503 KOSTRAD yang bermarkas di Mojokerto, Jawa Timur. Dari balik pagar base camp, hampir setiap pagi atau sore masyarakat setempat melongok pasukan Indonesia. Kulit, rambut, dan mata tidak ada yang berbeda antara orang Kamboja dan Indonesia. Kita memang satu rumpun.