Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Giliran mimpi uhsya

Marusya nainggolan menciptakan komposisi siparnipi (si pemimpi) dan maniera. masing-masing diangkat menjadi suatu tarian oleh yulianti parani dan farida feisol.

20 Juni 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU malam, wanita muda itu terjaga. Ia teringat pada seorang pemain biola, yang mangkat 10 tahun berselang. Ia adalah Marusya Nainggolan, komponis muda itu. Dan pemain biola yang telah tiada itu tak lain adalah Sutan Kalimuda Nainggolan. Ayahandanya. "Tiba-tiba saya ingin berbuat sesuatu untuk memperingati kematian ayah saya," tutur Uhsya. Ia mencatat partitur ciptaannya pada sebuah buku kecil yang selalu dibawanya ke mana pun pergi. "Inspirasi datang di mana dan kapan saja. Di tengah keramaian, atau di dalam gereja," tambahnya. Maka, lahirlah Siparnipi (Si Pemimpi) yang semula berjudul Batak antasy. Komposisi berupa sketsa-sketsa inilah yang diangkat Yulianti Parani sebagai tarian, dalam pekan koreografi minggu lalu. Terdiri dari introduksi, masuk ke alam hidup, bermimpi, lalu kembali ke alam nyata. Disuguhkan dengan piano, flute, dan tagading alias gendang Batak. Komposisi Uhsya yang lain adalah Manera yang berarti gaya. "Maniera adalah musik untuk sebuah bentuk," katanya. Komposisi ini memang ia susun untuk pembukaan pameran patung di TIM Februari lalu. Untuk menciptakannya, tiga kali ia bolak-balik ke Bali mengail ispirasi. Disajikan dengan dukungan piano dan kendang Bali, "Maniera itu perlambang dua kekuatan yang selalu tarik-menarik. Ada hitam, ada putih. Ada baik, ada buruk," katanya. Komposisi ini digelarkan dalam bentuk tari pula. Kali ini oleh Farida Feisol. Mengapa komponis ini memadukan instrumen Barat dengan peralatan tradisional? Marusya, lulusan New South Wales State Conservatorium, Sydney (1984), prihatin melihat musik tradisional kita yang kaya, tapi selalu digarap orang asing. "Kenapa konser gamelan, misalnya, diselenggarakan di New York?" Keresahan itulah yang mendorong dia menciptakan, antara lain, nomor Siparnipi dan Maniea. Maka, karena itu pula, kepada Sayadi dari TEMPO ia berkata, "Ya, kenapa selalu orang asing yang bisa berbuat begitu? Sekarang giliran saya, dong." Ya, dong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus