Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

H'mong

Laos yang mengibarkan benderanya sebagai negara komunis merayakannya 2 desember lalu, untuk ke-15 kalinya. belum ada upaya mengangkat harkat bangsa. tingkat hidup penduduknya masih miskin.

2 Februari 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LIRIK populer rakyat Laos ini bagai panorama layung senja di tepi Sungai Mekong. Tersirat rasa patriotik ketika bergerilya melawan kolonial Prancis, 1945. Memang, yang tuan tanah tetap menjadi tuan tanah. Sedangkan yang rakyat masih juga di bawah daulat tuan tanah. Seperti nasib minoritas H'mong, pada masa itu mereka turut andil dalam berjuang. Kini di lokasi mereka bertaburan bom sisa perang yang masih aktif. Kaum H'mong, kalaupun mengeluh tentang nasibnya, mungkin suaranya itu tak kunjung terdengar karena mereka jauh dari Ibu Kota Viantiane. "Sekarang perang telah selesai. Tapi di sini tak ada listrik, apalagi irigasi," kata Chia Kuo Mua, 49 tahun, kepada TEMPO. Ia warga H'mong di Nong Hen. Desa ini di kaki Gunung Bhia, 110 km dari ibu kota Provinsi Xiang Khouang. Di antara 19 provinsi di Laos, provinsi ini berbatasan dengan Vietnam. Taraf hidup penduduknya rendah. Contohnya, seorang eks milisi yang kini bertani, berpenghasilan sebulan 10.000 kip, (sekitar Rp 27.000). Di desa ini ada Jalur Route 9 yang menghubungkan Provinsi Savannaketh menuju Vietnam. Setelah menempuh 240 km dari kota provinsi, kita sampai di Xepon. Areanya masuk jalur "Ho Chi Minh Trail". Dari sinilah 700.000 serdadu Vietnam Utara dahulu menyusup ke medan perang di Vietnam Selatan. Selain ditaburi lubang bekas bom, di kota ini juga ada sejumlah bangkai tank. Misalnya, di dekat sebuah SD, kereta baja itu merupakan sarang main para bocah. Bahkan kepingan bom disulap jadi lonceng sekolah. Sementara itu, yang dilego sebagai besi rongsokan harganya 500 kip 1 kg. Lain lagi sumber pencarian penduduk di selatan Mekong. Hanya menyeberang 300 meter saja, sampai di Muang (Pulau) Kong, di Delta Mekong, orang Laos masuk dalam keramaian perdagangan dengan warga Kamboja. Rokok dan minuman keras, misalnya, adalah komoditi sehari-hari. Mereka juga menjual lao-lao, wiski tradisional Laos. Dalam keadaan tingkat hidup penduduknya yang miskin, Laos mengibarkan benderanya sebagai negara komunis. Dan itu untuk ke-15 kalinya dirayakan 2 Desember lalu. Sejauh ini belum tampak upaya mengangkat harkat bangsa ini sehingga tak dimakan zaman seperti Vat Phou, yang kini hanya sebagai sisa-sisa dari kejayaan Kerajaan Champa di sana. Rini PWI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus