Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Film Home Sweet Loan menghadirkan konflik keluarga yang pelik sekaligus haru.
Riset luar biasa sutradara Sabrina Rochelle Kalangie menampilkan rumah bersama nan sesak.
Isu keluarga khas generasi sandwich disuguhkan dengan rapi.
MEJA makan berdiameter 150 sentimeter itu tampak gaduh saat jam makan tiba. Jumlah penghuni rumah itu tak sesuai dengan besarnya meja. Maklum, ada tiga keluarga yang terdiri atas sembilan orang tinggal di rumah yang tak begitu besar itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maka wajar saja jika ada anggota keluarga yang tak kebagian kursi di meja makan. Mau tak mau, ada yang harus mengalah duduk di sofa yang menempel dengan ruang makan. Jangan harap bisa makan dengan tenang. Keberadaan dua anak di ruang makan membuat kondisi ruangan makan jadi riuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Begitulah keseharian keluarga besar Kaluna yang diperankan oleh Yunita Siregar, sang tokoh sentral dalam film Home Sweet Loan. Kaluna adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Dua kakaknya sudah berkeluarga, bahkan ada yang sudah punya anak. Namun mereka masih menumpang hidup di rumah orang tua.
Kehidupan Kaluna nan serba salah menjadi cerita utama film berjudul Home Sweet Loan yang tayang di bioskop seluruh Indonesia sejak Kamis, 26 September 2024. Film ini diangkat dari novel karya Almira Bastari dengan judul yang sama.
Secara garis besar, film ini berkisah ikhtiar Kaluna untuk bisa keluar dari rumah penuh sesak itu. Selain karena penuh penghuni, Kaluna seperti menelan pil pahit saban hari. Ia harus ikut patungan membiayai kegiatan operasional rumah dan semua penghuninya, seperti membeli token listrik.
Lebih melelahkan lagi, Kaluna kerap menjadi petugas kebersihan alias pembantu di rumah kala malam. Ia harus membereskan semua kekacauan di rumah, padahal dia sampai ke rumah dalam kondisi sangat lelah.
Rentetan beban itu sangat menyiksa fisik dan batin Kaluna. Maklum, dia hanyalah pekerja kantor kelas menengah dengan gaji yang tak sampai menyentuh angka Rp 10 juta. Ia juga harus bekerja sampai larut malam ditambah kerja sampingan lain. Ke mana-mana Kaluna menumpang transportasi umum.
Terbayang betapa lelahnya kondisi tubuh dan finansialnya dipaksa mengabdi untuk keluarga besarnya. Mirisnya lagi, Kaluna seperti tak punya kamar yang layak untuk privasi dan istirahat tenang. Lagi-lagi ia harus mengalah demi kedua kakaknya yang sudah berkeluarga.
Film Home Sweet Loan. Visinema Pictures
Karena itu, Kaluna punya cita-cita tinggi untuk bisa memiliki rumah sendiri. Namun lagi-lagi ia harus terus mengalah duitnya digerogoti iba membantu keluarga. Walhasil, seperti mengejar fatamorgana, rumah impian Kaluna makin jauh dari jangkauan.
Belum bisa pulih dari gempuran problem di rumah, pikiran Kaluna dihantam urusan asmara. Keluarga pacarnya yang menuntut pernikahan mewah membuat Kaluna sulit mengangkat kepalanya.
Beruntung Kaluna punya tiga teman dekat yang sangat mendukungnya untuk menggapai rumah impian. Ada Danan yang diperankan Derby Romero, Tanish yang diperankan Risty Tagor, dan Miya yang diperankan Fita Anggriani, yang bisa mendinginkan kepala Kaluna. Mereka membantu Kaluna mencari rumah yang paling memungkinkan dibeli.
Pujian sangat layak diberikan kepada sutradara Sabrina Rochelle Kalangie yang luar biasa menuangkan cerita ke dalam film. Sutradara perempuan 32 tahun itu sanggup menuturkan cerita dan derita Kaluna tanpa dialog, cukup dengan menampilkan gambaran rumah sempit tersebut.
Sabrina Rochelle juga piawai mencampur warna di film berdurasi 112 menit itu. Suasana kesedihan dan getirnya perasaan Kaluna tidak asal selonong. Ada saja bumbu-bumbu komedi yang tiba-tiba masuk memecah emosi penonton. Dari semula yang sedih terbawa suasana, sekonyong-konyong tertawa lepas. Begitu pula sebaliknya, saat asyik-asyiknya tertawa, tiba-tiba komedi yang digunakan begitu getir.
Selain itu, Sabrina Rochelle mampu menghadirkan suasana yang sangat nyata pada film Home Sweet Loan. Salah satunya lewat properti yang digunakan di rumah bersama Kaluna dan keluarganya. Lihat saja bagaimana perabot tertumpuk tinggi di berbagai sudut. Belum lagi stiker-stiker pudar yang masih tertempel di beberapa sudut lemari membuat rumah keluarga Kaluna seperti rumah yang sebenarnya, bukan rumah yang ditata estetik demi tampak cantik di layar bioskop.
Kesederhanaan kejadian dan properti yang digunakan membuat film mudah diterima benak penonton. Belum lagi isu generasi sandwich yang dirasakan tokoh Kaluna sangat sesuai dengan anak muda sekarang. Tak akan sulit bagi penonton untuk bergumam “eh, iya lagi” di adegan-adegan tertentu dalam Home Sweet Loan.
Pujian juga layak diberikan kepada Yunita Siregar yang sempurna memerankan Kaluna. Aktris 30 tahun itu sanggup menuangkan emosinya tanpa banyak omongan dan seperlunya. Ya, akting seperlunya menjadi kunci Home Sweet Loan. Sebab, akting para pemeran berjalan dengan alami seperti mengalir begitu saja. Apalagi saat Kaluna bersama trio Danan, Tanish, dan Miya.
Melihat mereka berempat seperti menikmati interaksi sekelompok sahabat yang sudah akrab bertahun-tahun. Porsi interaksi satu sama lain berjalan seperlunya, tidak berlebihan atau dibuat-buat.
Film Home Sweet Loan. Visinema Pictures
Sabrina mengakui memang ingin menampilkan kehidupan yang sejujurnya. Ia tak peduli jika filmnya dianggap tidak estetik atau tak sinematik. Justru ia ingin menampilkan kehidupan nyata yang berantakan.
"Itulah dunia kita yang berjalan sehari-hari. Kebanyakan dari kita menjalaninya seperti itu," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, 18 September 2024.
Selain itu, riset menjadi hal penting yang tak ingin digarap Sabrina secara asal-asalan. Menurut sutradara film Terlalu Tampan (2019) dan Noktah Merah Perkawinan (2022) itu, riset yang mendalam membantu ia dan tim produksi membangun properti, karakter, sampai kehidupan di dalam rumah.
Untuk mendukung riset, Sabrina mengobservasi beberapa rumah untuk memikirkan kemungkinan dihuni tiga keluarga sekaligus. Termasuk coretan dinding sebagai bukti ada anak kecil di dalamnya sampai penemuan fakta bahwa di dalam satu rumah yang dihuni lebih dari satu keluarga akan ditemukan barang-barang yang sifatnya pribadi, seperti tiga penanak nasi dan tiga lemari es.
"Kalau kita merasa sesak di dalam rumah, ya itulah kenyataannya," ujar Sabrina.
Sementara itu, Almira Bastari mengaku puas terhadap film adaptasi garapan Sabrina ini. Saking emosionalnya, Almira mengaku sempat menangis saat menonton versi filmnya.
Almira juga mendapat banyak ucapan terima kasih dari para penonton. Alasannya, film dan novel Home Sweet Loan sangat mewakili pergolakan hati banyak orang saat ini.
"Banyak orang yang mengalah atau menunda cita-citanya (demi menghidupi keluarganya). Film ini untuk banyak orang dan ingin mereka bersemangat. Mereka enggak sendirian," ucap penulis perempuan 34 tahun itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo