Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Ia orang yang sangat mengabdi

Wawancara tempo dengan donald w. wilson tentang kesan-kesannya setelah mewawancarai presiden suharto dua kali. rektor universitas pittsburg ini juga membicarakan bisnis anak-anak presiden, dan kritikannya.

23 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DONALD W. Wilson merasa beruntung karena dua kali ia bisa mewawancarai Presiden Soeharto. Rektor Universitas Pittsburg, Kansas, AS, ini bertemu dengan Pak Harto yang dikaguminya pada 1977 dan 1988. "Semua orang mengatakan pada saya, Presiden Soeharto terlalu serius dan tak pernah bergurau. Tapi buktinya ia bergurau dengan saya," ujarnya pekan lalu. Kata Wilson lebih lanjut, "Sebenarnya menurut saya, kita akan lebih mengerti siapa Presiden Soeharto dan lebih mengabdi kepadanya jika ia lebih terbuka kepada pers. Saya kira selama ini ada terlalu banyak kecurigaan terhadap Presiden, dan salah satu alasannya mungkin karena pers jarang atau hampir tak pernah mendapatkan kesempatan untuk mewawancarainya secara terbuka." Berikut cuplikan selanjutnya dari wawancara Donald W. Wilson dengan Leila S. Chudori dan Yudhi Surjoatmodjo dari TEMPO. Apa kesan Anda terhadap Presiden Soeharto setelah mewawancarainya dua kali dan bertemu lagi terakhir kali? Kesan saya, ia orang yang sangat arif dan rendah hati. Berkali-kali, jika saya mengatakan. "Apa yang Anda lakukan untuk Indonesia luar biasa, Tuan Presiden." Namun, ia selalu mengatakan, "Tuan Wilson, bukan saya yang telah melakukan. Bangsa inilah yang telah berbuat sesuatu untuk negaranya. Ia sangat rendah hati. Terus terang, saya terpesona oleh Presiden Soeharto. Dan saya tahu begitu banyak rakyat yang terpesona pada Presiden Soeharto karena ia sangat karismatik. Menurut saya, banyak rakyat Indonesia yang tidak tahu pemimpinnya sendiri. Saya tak peduli bila saya dianggap membelanya. Dalam buku Anda, Anda menyinggung juga adanya kritik terhadap keterlibatan keluarga Presiden Soeharto dalam bisnis. Bagaimana sesungguhnya pembicaraan Pak Harto dan Anda mengenai hal ini? Pertanyaan itu sebenarnya bergulir ketika kami sedang membicarakan soal ekonomi dan bisnis. Lalu pembicaraan menyentuh bisnis anak-anaknya. Presiden mengatakan, ada pemberitaan yang unfair dalam soal bisnis anak-anaknya. Ia mempertanyakan pada saya, bukankah mereka berhak juga untuk berbisnis seperti warga negara yang lain. Jawab saya adalah, "Tentu saja." Saya tak bertemu dengan anak-anak Presiden, karena saya berkepentingan untuk mewawancarai Presiden. Saya merasa empati terhadap Presiden. Saya kira Presiden, yang harus mengurus negara sebesar Indonesia dengan penduduk 160 juta, tak bisa tahu sedetail-detailnya tentang bisnis anak-anaknya. Mungkin anak-anak Presiden sudah sukses dalam bisnis. Tapi barangkali anak-anaknya harus memikirkan integritas ayahnya daripada permainan mereka sendiri karena komunitas internasional sudah melihat ini. Yang harus Anda ingat, terkadang lebih mudah menegur anak orang lain daripada anak sendiri. Yang saya risaukan adalah orang membandingkan Marcos dengan Soeharto. Saya kira itu analogi yang salah. Karakter mereka sangat jauh berbeda. Sejak awal, Marcos sudah terlihat menginginkan kekuasaan, sedangkan Soeharto tidak. Saya merasa Soeharto tidak haus kekuasaan sama sekali. Apa kritik Anda terhadap Presiden Soeharto? Siapa saya, kok berhak mengkritik? Orang yang bersedia mengurus negara kerkembang sebesar ini adalah orang yang gila atau orang yang sangat mengabdi. Dan Presiden Soeharto adalah orang yang sangat mengabdi. Tapi, baiklah, kritik saya adalah sedikit stereotip Barat, yakni: mungkin ada kalanya ia melangkah terlalu perlahan. Tapi saya kira ia melakukan itu justru karena ia mengenal karakter bangsanya. Justru kalau terlalu cepat, malah akan jadi keputusan yang gegabah. Buat saya, ia lebih tahu apa yang harus diperbuatnya daripada kami yang ada di Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus