Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Irina, Nastya, Annya….
Saat kecelakaan nu-klir Cherno-byl di Ukrai-na pada tahun 1986, anak-anak itu ma-sih belum lahir. Me-reka masih di ”awan”. Di du-nia ”damai sana”.
Tapi sedari awal saat me-re-ka hadir di bumi, mereka harus hidup menangguk tumor di otak. Irina, Nastya, Annya ting-gal di selatan Be-la-rusia. Di desa lain di Kazakhstan, seorang gadis bernama Aynagul badannya tak tumbuh lagi setelah ber-umur enam tahun.
Foto itu adalah rekaman fo-tografer Robert Knoth. Da-ri tahun 1999 sampai 2005 ia menapaki desa-desa di Ka-zakhstan, Ukraina, Bela-ru-sia. Menembus dingin Pe-gu-nungan Ural dan hutan-hutan salju Siberia. Dan mem-perlihatkan fakta yang men-cekam. Sisa-sisa Cher-nobyl masih berlangsung. Tak berhenti pada korban di akhir tahun 1980-an itu, tapi juga keturunannya. Banyak bayi lahir cacat.
Ia menengok pasien-pasien di rumah sakit di daerah itu, dan mendata betapa ba-nyak di antara mereka yang menderita epilepsi, kelenjar- tiroid, kelainan otak. Ia mengunjungi ladang-ladang per-tanian yang tercemar radio-aktif. Ia berziarah ke kuburan anak-anak mu-da yang bunuh diri karena tak kuat me-nanggung derita akibat tragedi itu.
Bagian yang paling menyedihkan, mengharukan, ada-lah ketika kamera-nya me-rekam anak-anak yang tak berdosa itu. Ia memper-lihatkan sebu-ah- ta-man ka-nak-kanak yang separuh mu-ridnya memiliki ke-lain-an fisik. Lihatlah Anna Pa-senko, gadis mungil ber-umur 4 tahun itu, di rumahnya di Gomel, Belarusia. Sepanjang- hari ia harus meringkuk di tempat tidur, berseli-mut. Ia lumpuh.
Foto-foto Knoth mampu membuat ki-ta membayangkan bagaimana setelah ”kebocoran” itu, terbawa angin, radia-si menyebar ke mana-mana. Tragedi itu terjadi di Ukraina, tapi dampak kontaminasinya sampai ratusan bahkan ribuan kilometer.
Tanpa rasa takut, Knoth datang ke ko-ta-kota kecil yang wilayahnya tertutup. Sebuah fotonya menunjukkan sebuah ”kota hantu” bernama Muslyumovo ka-rena semua penduduknya meng-ungsi. Di jalan bernama Karl Max itu, diperli-hatkan Su-ngai Techar, tempat dahu-lu warga selalu mengambil- air. Kini masih tercemar. Ta-pi ada angsa-angsa ber-main.
Setelah Amerika menja-tuhkan bom di Hiroshima, Sta-lin menginginkan me-miliki bom yang kekuatannya lebih- besar. Dan empat- tahun kemudian, seper-ti ditulis oleh Antoinette de Jong, penulis yang memberi- teks pada karya Robert Knoth, salah satu intelijen ke-percayaan Stalin ber-nama Lavrenti Beria datang ke Se-mipalatinsk.
Di daerah terpencil di Kazakhstan inilah, atas perintah Stalin, untuk pertama kalinya para ilmuwan Rusia bereksperimen dengan nu-klir. Dan ketika ledakan uji coba itu menghasilkan asap seperti cendawan raksasa, Beria tampak gembira. ”Apakah ini lebih dari bom atom Amerika,” katanya sembari mengecup kening para ilmuwan.
Irina, Nastya, Annya….
Seno Joko Suyono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo