Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DEWA BUDJANA muncul di panggung, santai tanpa alas kaki. Dekat sekali dengan dia, sebagian penonton duduk lesehan membentuk setengah lingkaran. Tak berjarak, tapi juga tak mengganggu. Di sela lagu, Budjana bercerita banyak diselingi guyonan dan celetukan yang membuat para penonton tergelak. "Santai saja, kalau tegang mainnya malah enggak enak," kata Budjana dalam penampilannya di Jazz Buzz Salihara, Ahad malam, 18 Februari lalu.
Meski tampil santai, musiknya tak lantas sembarangan. Budjana berkolaborasi dengan kuartet string yang masing-masing telah punya jam terbang tinggi. Ada Alvin Witarsa dan Eko Yuliantoro yang bermain biola, Adi Nugroho memegang viola, dan Dimawan Krisnowo Adji pada selo. Pertunjukannya juga dilengkapi permainan vibraphone Arief Winanda. Malam itu, band yang biasa mendampingi Budjana tampil diistirahatkan dulu.
Perpaduan gitar Budjana dengan komposisi ini menghadirkan nuansa berbeda, seperti sebuah orkestra mini. Bunyi vibraphone meningkahi, kadang terdengar seperti gamelan, kadang menggaung seperti lonceng. Mereka mengawali dengan dua lagu baru Budjana: Queen Kanya dan Mahandini. Lagu-lagu ini masuk album Mahandini, yang rencananya diluncurkan Budjana pada April nanti.
Queen Kanya bertempo sedang dengan petikan gitar yang tajam dan berenergi. Lagu ini dibuat Budjana untuk menghormati Ida I Dewa Agung Istri Kanya, seorang ratu Bali yang memimpin perlawanan rakyat Klungkung melawan Belanda sepanjang 1814-1850. Belanda menjulukinya wanita besi karena mampu membunuh Mayor Jenderal A.V. Michiels, konon dengan tusuk konde. Yang paling berkesan bagi Budjana, sang ratu ternyata juga komposer yang banyak menulis lagu. "Saya dan teman-teman sedang memperjuangkan Ratu Kanya menjadi pahlawan nasional, belum banyak yang tahu sepak terjangnya," ujar Budjana.
Adapun Mahandini adalah lagu yang juga menjadi judul album baru Budjana dan merupakan sebuah kata baru yang ia ciptakan sendiri, seperti "zentuary". Mahandini merupakan gabungan dari kata nandini yang berarti kereta dan maha yang berarti besar. Mahandini adalah sebuah angkutan besar bagi Budjana karena di album anyar itu ia berkolaborasi dengan sejumlah musikus kelas dunia, seperti Jordan Rudes dari Dream Theater, Mohini Dey yang baru-baru ini bekerja sama dengan Steve Vai, serta Marco Minnemann asal Jerman yang pernah bermain bersama Joe Satriani.
Selanjutnya, Budjana membawakan lagu-lagu yang ada di albumnya terdahulu, tapi telah diaransemen ulang dalam gaya string. Semua aransemen dibuat Budjana dengan mempertimbangkan lagu apa yang cocok untuk digabung dengan alat gesek, tanpa tambahan drum ataupun perkusi. Di antaranya lagu Zentuary, Caka, Dawaiku, Bunga yang Hilang, Lake Takengon, dan Joged Kahyangan.
Menurut Budjana, kolaborasi dengan alat gesek ini diusulkan kurator pertunjukan Salihara, Tony Prabowo. Idenya telah mereka bicarakan selama dua tahun. Unsur vibraphone ditambahkan belakangan karena Budjana menghendaki adanya alat musik pukul yang bernada. "Baru tiga bulan lalu fix pemainnya dan mulai latihan sepulang saya dari Amerika," kata Budjana.
Main bersama pemusik gesek memunculkan nostalgia sendiri bagi Budjana. Apalagi pemain yang mendampinginya merupakan anggota Sa’Unine String Quartet yang main bersama Budjana sejak pertama berdiri pada 1992. Budjana pernah membuat kolaborasi Dewa Budjana dan Trio Sa’Unine untuk tur dan rekaman bersama. "Saya pertama belajar menulis string ya mereka ini korbannya," ucap Budjana, tertawa.
Tak mengherankan jika malam itu interaksi Budjana dengan pemain alat gesek sangat cair dan penuh canda. Pada bagian tertentu, mereka dibiarkan berimprovisasi sendiri, sementara Budjana diam memperhatikan. Pada lagu Bunga yang Hilang, Budjana tampil hanya diiringi selo Dimawan Krisnowo Adji dan menghasilkan komposisi yang menghanyutkan.
Sebuah kejutan muncul di tengah pertunjukan saat Budjana tiba-tiba memanggil seorang penonton ke panggung. Ternyata dia adalah Shadu Rasjidi, pemain bas yang merupakan putra musikus jazz Idang Rasjidi. Dengan spontan, Budjana meminta Shadu turut tampil bersamanya. "Saya lama main dengan ayahnya, sekarang giliran sama anaknya," ujar Budjana.
Moyang Kasih Dewimerdeka
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo