USAHA untuk mempopulerkan adis kecil Lini (11 tahun) sebagai
pelukis ajaib, sudah sampai pada tingkat penerbitan sebuah buku
yang tebalnya 176 halaman. Dengan kertas HVS mantel karton,
informasi dalam bahasa Indonesia dan Inggeris serta kata-kata
pengantar dan sambutan dari drs. Primadi (ITB) dan Kusnadi, buku
itu hampir penuh denan guntingan berbagai koran yang pada
hakekatnya berisi rasa kaget dan takjub akan keajaiban yang
rupanya membuat semua orang ikut latah untuk memuji - kendatipun
barangkali belum pernah melihat "goresan-goresan Lini" yang
tersohor itu.
Buku itu bernama Garis-Garis Lini penerbit "Sanggar Alam". Pada
mantel belakang, pelukis Danarto menuliskan: Nathaliniwidhiasi
adalah Lini, Lini, Lini lini, lini... dan seterusnya. Kemudian
sejumlah gambar-gambar Lini baik hitam putih dan berwarna dapat
dijumpai di dalamnya, berikut beberapa foto kegiatan anak kecil
ini waktu menyelenggarakan pameran dan waktu dikerumuni oleh
banyak orang yang mengaguminya.
Lebih dari segala itu adalah bahwa buku ini, penuh dengan
komentar-komentar yang menjadikan setiap garis Lini begitu
banyak bisa digali untuk diceritakan. Bukan saja
goresan-goresannya, tetapi perasaan-perasaan anak itupun dicoba
dibeberkan. Dengan kata lain, mungkin inilah buku yang paling
lengkap dalam perpustakaan pribumi sampai saat ini, yang
berusaha memperkenalkan seseorang yang masih hidup dan baru
berusia 11 tahun lagi.
Tidak Perlu Dongeny
Kita tak meragukan lagi bahwa Lini memang lain dari anak-anak
biasanya dalam soal melukis. Yang terasa agak berlebihan adalah
kalau puji-pujian yang selama ini kita ucapkan tidak cukup,
sehingga pantas untuk dijumlahkan dan digebrakkan dalam sebuah
buku.
Memperkenalkan goresan-goresan Lini, perkembangan flkiran dan
perasaannya lewat lukisan-lukisannya adalah usaha yang tidak
saja akan bernilai sebagai dokumen, tetapi juga baik untuk
menambah jumlah buku-buku reproduksi lukisan pribumi yang sampai
kini masih jarang dilakukan. Tetapi menambahkan pada
halaman-halaman lainnya begitu banyak komentar, kesan, saran,
dari beberapa orang yang memang penting atau tidak penting,
rasanya kemudian membuat sedikit keadaan menjadi kacau dan tidak
simpatik.
Lini memang pantas dipelajari juga seluk-beluk kehidupan
pribadinya untuk telaah yang lain. Untuk kepentingan senirupa
rasanya cukup dengan mengumpulkan reproduksi-reproduksi
gambarnya tanpa terlalu banyak kecap.
Dan bagi Lini sendiri, yang masih akan terus tumbuh, entah
berkembang, macet atau malahan ambyar -- belum diperlukan sebuah
dongeng. Lini sebagai seorang pelukis paling banter hanya ingin
agar karya-karyanya sampai ke hati orang lain. Dan untuk itu
memang salurannya bisa sebuah buku reproduksi - di samping
pameran - tetapi sebuah buku yang simpatik dan sederhana saja.
Sehingga kecap-kecap tidak lebih menonjol dari gambar-gambar.
PW
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini