Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Dipermainkan Nyamuk Mesir

Demam berdarah menyerang Martapura, Kalimantan Selatan. dilakukan penyemprotan malithion. Karena kurang biaya, penyemprotan tak menyeluruh. Sementara daerah serbuan nyamuk makin meluas.

22 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEMAM berdarah hinggap juga ke kota Martapura, Kalimantan Selatan. Meskipun tidak segawat Banjarmasin. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar rupanya sudah pasang kuda-kuda. Begitu diketahui seorang anak keturunan Tionghwa yang diduga positif demam-berdarah, dr Fauzi Darwis, Kepala Dinas Kesehatan setempat memerintahkan bawahannya mengadakan penyemprotan nalathion ke tempat-tempat tinggal orang Tionghowa di pasar Martapura, pertengahan Desember yang lalu. Tetapi di Kampung Jawa nyamuk-Mesir, pembawa penyakit tersebut, mengambil ikorban seorang anak dan diboyong ke Rumahsakit Ratu Zaleha. Hari itu juga di kampung tersebut seorang anak tak sempat tertolong dan meninggal. Hanya sehari setelah sakit. "Darah merembes dari lobang lobang bulu di kulitnya", cerita Hamad, paman anak yang tak tertolong tadi. Si paman ini menceritakan bahwa dua-tiga anak tetangganyajuga terserang penyakit yang diduga demam-berdarah. "Kalau darah keluar dari mulut dan hidungnya si penderita dapat bertahan. Dua-tiga hari kemudian dia sembuh dan dapat bermain kembali", sambungnya. Anak Tionghowa yang jadi korban di pasar Martapura tadi menarik perhatian dr Fauzi Darwis, karena umurnya sudah 17 tahun. Padahal menurut catatan yang paling banyak terserang penyakit serba berdarah ini adalah anak di bawah 15 tahun. Dan menurut catatan Fauzi yang paling banyak adalah antara 1 sampai 5 tahun. Semptotnya Macet Begitu di Kampung Jawa ditemukan penderita, para petugas penyemprot memboyong pula peralatan mereka ke sana. Tapi yang kena semprot hanya 50 buah rumah di sekitar tempat terkenanya korban-korban cilik tadi. "Karena kami tak mendapat biaya dari pemerintah daerah. Yang dikerjakan sekarang ini berasal dari Inspeksi Kesehatan", jawab mantri Burhan yang memimpin penyemprotan. Tetapi ketika penduduk mengajukan supaya sekitar rumah mereka juga disemprot, sedangkan biayanya akan mereka tanggung secara bergotong-royong, Fauzi punya alasan: "Semprotnya sedang macet". Untuk kekurangan itu dia masih bisa memberikan jalan keluar yang kelihatannya tak bakalan banyak menelan biaya. Dia anjurkan masyarakat supaya lebih baik membasmi jentik-jentik nyamuk saja. Di kulah (bak-air), sumur, tong dan bejana lain. Sebab katanya kalau hanya mengandalkan penyemprotan, dan membiarkan jentik-jentik, hasilnya akan kurang memadai. Untuk tempat-tempat penampungan air yang cukup besar, dr Fauzi menyarankan agar penduduk memelihara ikan mas atau lainnya yang bisa memakani jentik-jentik. Sedang asyik-maksyuk dengan anjuran-anjuran itu, daerah serbuan nyamuk tambah meluas saja. Kini ke Kampung Melayu. "Nah, ke Kampung Melayu lagi. Padahal jaraknya cukup jauh", kata Fauzi seraya membelalakkan mata di balik kacamatanya. Dokter kita ini bagaikan dipermainkan saja oleh nyamuk yang menurut keterangan punya jarak-terbang sejauh 500 meter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus