DEMAM berdarah hinggap juga ke kota Martapura, Kalimantan
Selatan. Meskipun tidak segawat Banjarmasin. Dinas Kesehatan
Kabupaten Banjar rupanya sudah pasang kuda-kuda. Begitu
diketahui seorang anak keturunan Tionghwa yang diduga positif
demam-berdarah, dr Fauzi Darwis, Kepala Dinas Kesehatan setempat
memerintahkan bawahannya mengadakan penyemprotan nalathion ke
tempat-tempat tinggal orang Tionghowa di pasar Martapura,
pertengahan Desember yang lalu. Tetapi di Kampung Jawa
nyamuk-Mesir, pembawa penyakit tersebut, mengambil ikorban
seorang anak dan diboyong ke Rumahsakit Ratu Zaleha. Hari itu
juga di kampung tersebut seorang anak tak sempat tertolong dan
meninggal. Hanya sehari setelah sakit. "Darah merembes dari
lobang lobang bulu di kulitnya", cerita Hamad, paman anak yang
tak tertolong tadi. Si paman ini menceritakan bahwa dua-tiga
anak tetangganyajuga terserang penyakit yang diduga
demam-berdarah. "Kalau darah keluar dari mulut dan hidungnya si
penderita dapat bertahan. Dua-tiga hari kemudian dia sembuh dan
dapat bermain kembali", sambungnya.
Anak Tionghowa yang jadi korban di pasar Martapura tadi menarik
perhatian dr Fauzi Darwis, karena umurnya sudah 17 tahun.
Padahal menurut catatan yang paling banyak terserang penyakit
serba berdarah ini adalah anak di bawah 15 tahun. Dan menurut
catatan Fauzi yang paling banyak adalah antara 1 sampai 5 tahun.
Semptotnya Macet
Begitu di Kampung Jawa ditemukan penderita, para petugas
penyemprot memboyong pula peralatan mereka ke sana. Tapi yang
kena semprot hanya 50 buah rumah di sekitar tempat terkenanya
korban-korban cilik tadi. "Karena kami tak mendapat biaya dari
pemerintah daerah. Yang dikerjakan sekarang ini berasal dari
Inspeksi Kesehatan", jawab mantri Burhan yang memimpin
penyemprotan. Tetapi ketika penduduk mengajukan supaya sekitar
rumah mereka juga disemprot, sedangkan biayanya akan mereka
tanggung secara bergotong-royong, Fauzi punya alasan:
"Semprotnya sedang macet". Untuk kekurangan itu dia masih bisa
memberikan jalan keluar yang kelihatannya tak bakalan banyak
menelan biaya.
Dia anjurkan masyarakat supaya lebih baik membasmi jentik-jentik
nyamuk saja. Di kulah (bak-air), sumur, tong dan bejana lain.
Sebab katanya kalau hanya mengandalkan penyemprotan, dan
membiarkan jentik-jentik, hasilnya akan kurang memadai. Untuk
tempat-tempat penampungan air yang cukup besar, dr Fauzi
menyarankan agar penduduk memelihara ikan mas atau lainnya yang
bisa memakani jentik-jentik. Sedang asyik-maksyuk dengan
anjuran-anjuran itu, daerah serbuan nyamuk tambah meluas saja.
Kini ke Kampung Melayu. "Nah, ke Kampung Melayu lagi. Padahal
jaraknya cukup jauh", kata Fauzi seraya membelalakkan mata di
balik kacamatanya. Dokter kita ini bagaikan dipermainkan saja
oleh nyamuk yang menurut keterangan punya jarak-terbang sejauh
500 meter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini