Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Kenanglah bing

Lomba seni suara mengenang lagu bing di selenggarakan di studio v rri jakarta. memet slamet juara umum. lagu bing memiliki sifat khas, sulit di nyanyi kan tetapi tetap populer.

22 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LOMBA Seni Suara Mengenang Bing Slamet almarhum, rupa-rupanya dipelopori oleh kota gudeg. Tersebut lah sebuah grup bernama De Stoepa yang menghimpun pencinta-pencinta musik setempat. Dari sana muncul prakarsa untuk mengenang Bing, yang ditangkap dengan baik oleh Koordinator Artis Safari RI, Jakarta. Sebuah piala bergilir disediakan, lalu pada bulan Maret tahun 1975 untuk pertama kalinya kerepotan itu diselenggarakan. Menelurkan Endang Kus Dwiyuliningrum sebagai juara. Tahun berikutnya piala tersebut berpindah ke tangan Mien Martono. Tetapi tahun ini rupa-rupanya piala hendak diusahakan berputar di kalangan yang lebih luas. Demikianlah diadakan penarikan ke Jakarta, untuk diperebutkan dalam tingkat Jawa-Madura. Pada malam final yang diselenggarakan di Studio V RRI Jakarta 7 Januari ini, tampak wajah Bing dalam bulatan di dinding. Panggung cukup menarik dengan hiasan sejumlah pot bunga. Waktu itu muncullah Sukaety Hidayat, wakil Jawa Barat, dengan nomor undian pertama membawakan lagu wajib anya Semalam. Ia menyanyi dengan serius dan tekun, dan dengan sederhana pula menyelesaikan lagu berikutnya Oh nhamku sebagai lagu pilihan. Biduanita yang menyanyi dengan nada bes ini seperti membuka suasana yang membuat banyak orang teringat pada lomba-lomba nyanyi di masa lalu. Di mana yang paling penting adalah suara dan teknik menyanyi, bukannya aksi. Piliha Juri Tapat Tak kurang dari 20 biduan dan biduanita dari daerah-daerah: Jawa Barat Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogya dan DKI Jakarta bertanding dengan bersungguh-sungguh. Sag juara Jakarta -- Hetty Koes Endang pun sudah berusaha sebaik-baiknya membawakan lagu wajib. Sayang sekali jago yang tak bosan-bosannya ikut perlombaan nyanyi ini sedikit meleset dalam refrain. Diteruskan dengan lebih banyak lagi kesleo dalam membawakan lagu pilihan Risau. Tak heranlah, para juri (Binsar Sitompoel, Isbandi, Saleh Soewita, R. Samsi, Djauhari, Olan Sitompul) yang diketuai Iskandar dan yang rupa-rupanya sudah hampir hafal dengan suara Hetty, hanya bisa memberi angka 265. Dengan demikian ia berada di bawah Ratna Kusnarti yang berhasil mengumpulkan angka 269,5, padahal ia hanya juara ke-2 tingkat Jakarta. Sedikit di bawah Hetty adalah Sukaety Hidayat yang berhasil mendapat angka 263. Jadi sudah pastilah urutan juara kali ini: Ratna, lalu Hetty, kemudian Sukaety. Berkata seorang penonton: "Sial buat Hetty". Di bagian pria, Memet Slamet yang ceking, berkumis dan sering kelihatan seperti orang mengantuk, tiba-tiba sedemikian unggulnya. Ia menyanyi dengan ekspresi yang jelas dan mantap, sehingga bisa mengumpulkan angka 275. Dengan demikian ia tidak saja mengungguli finalis-finalis pria yang lain, tetapi juga berhasil menempatkan dirinya sebagai juara umum. Juara pria lainnya adalah A.H. Rasid, wakil Jawa Tengah, dengan angka 268,5. Disusul Dimas Manzah dari Jawa Tumur dengan angka 264,5. Ini berarti, untuk kegiatan kali ini wakil-wakil dari kota gudeg belum kebagian tempat. Sementara Gatot Sunyoto yang ikut pula bertanding atas nama Jakarta, setelah gagal membawakan lagu pilihan Nurlela dan lagu wajib Hanya Semalam, dengan sportif mengakui bahwa pilihan juri memang tepat. "Saya puas dengan hasil penilaian juri. Seharusnya memang mereka yang menang. Kalau aku menang, wah nggak bener penilaian juri", komentarnya kepada TEMPO. Bagus, Tot. Sulit Suasana perlombaan memang lain dengan suasana lomba lagu pop yang juga merupakan kegiatan tahunan itu. Dalam arena ini muncul kesederhanaan dan beberapa nama yang sebelumnya tidak pernah kita dengar. Hal ini mungkin disebabkan oleh temperamen lagu-lagu yang diperebutkan - yakni sifat khas lagu-lagu Bing. Ada sesuatu warna dalam lagu-lagu yang dijadikan lagu wajib dan pilihan itu, yang agaknya hanya bisa dicapai atau dihayati oleh mereka yang berusia 20 tahun ke atas. Iskandar sendiri berkata: "Lagu-lagu Bing adalah lagu populer, tetapi populer balada". Dalam jumlah sekitar 30 buah, lagu-lagu Bing memang memiliki tempat tersendiri karena sifat-sifatnya, dan agaknya tak bisa dipisahkan dari warna suara Bing yang berat, mesra dan merdu. "Sayang almarhum tidak pernah membikin arsifarsif lagu yang dikarangnya", ujar Iskandar. Untuk olah suara, almarhum hebat dan berbakat sekali. Apalagi main gitarnya. Jazz adalah alirannya". Diterangkannya juga bahwa lagu-lagu almarhum sulit dinyanyikan kecuali Belaian Sayang dan Nurlela. Namun karena lagu-lagu itu enak sekali, rupa-rupanya kesulitannya tidak membuat dia kehilangan popularitas. Kita tahu lagu-lagu tersebut masih selalu bisa dinyanyikan tanpa ada rasa lapuk. Lebih-lebih kalau kebetulan dapat penyanyi yang cocok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus