Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Long Beach, setengah abad lampau, adalah kota yang menikmati hidup. Para pengunjung berbondong menikmati sore di tepi pantai yang indah, kasino mendulang dolar, dan restoran sibuk melayani pengecap makanan sedap. Namun, kini, Long Beach yang tetangga Manhattan, New York, AS, tak lebih dari kota yang kisruh berantakan. "Seperti habis diserbu tentara Serbia," demikian detektif Vincent LaMarca (Robert De Niro) mengenang.
Kota indah yang tercampakkan itulah bingkai City by the Sea. Film yang disutradarai Michael Caton-Jones iniantara lain menyutradarai The Jackal dan Rob Roydiilhami artikel berjudul Mark of a Murderer. Laporan jurnalistik berbasis kisah nyata karya Michael McAlary, wartawan majalah Esquire, itu meraih penghargaan Pulitzer pada 1997. Aktor terkemuka Robert De Niro dipasang masih menjadi daya pikat utama dalam film berdurasi 108 menit ini.
Film dibuka dengan adegan Joey Nova (James Franco) yang sedang sakaw, ketagihan narkoba. Malam yang gelap berhujan deras tidak menghalangi niat Joey berburu narkoba hingga akhirnya dia terjebak dalam perkelahian dengan bandar narkoba kelas teri. Tiba-tiba pemadat yang sedang fly ini menghunjamkan belati ke jantung sang bandar. Picasco, nama bandar itu, langsung tewas dan Joey pun panik setengah mampus. Dia tahu pasti, Spyder (William Forsythe), majikan Picasco, bakal segera memburu dan memaksanya membayar kematian Picasco.
Kamera lantas menyorot kehidupan Vincent LaMarca. Lelaki setengah baya dengan kegetiran bertumpuk. Ayahnya diganjar hukuman mati di kursi listrik karena penculikan yang menewaskan seorang bayi; rumah tangganya bubar, dan Vincent tak boleh sama sekali menyentuh anak lelaki satu-satunya. Vincent lantas mati-matian membangun karier sebagai detektif jempolan, terutama sebagai pelarian dari hidup yang menyebalkan.
Mata Vincent LaMarca yang selalu loyo, kurang tidur, juga perut yang buncit (De Niro sengaja membuat bobotnya bertambah 4,5 kilogram), berhasil menyuguhkan sosok yang lelah lahir batin. Hubungan asmara dengan Michelle (Frances McDormand), yang tak pernah jelas prospeknya, turut menegaskan betapa hidup Vincent penuh dengan cengkeraman trauma perkawinan.
Segala kegelapan ini dilengkapi dengan kenyataan bahwa Joey Nova, tersangka pembunuhan yang jadi buron, tak lain adalah Joey LaMarca, anak kandung yang dia rindukan sepanjang umur. Pergulatan batin segera menggebrak, terutama ketika Joey secara serampangan dituding membunuh polisi dan media massa menulis adanya "gen pembunuh" dalam keluarga LaMarca.
Tanggung jawab sebagai detektif dan naluri seorang bapak bergulat hebat dalam sosok Vincent, yang ditampilkan dengan bagus oleh De Niro. Vincent juga sempat membombardir Joey dengan kuliah panjang tentang hubungan bapak-anak dengan gaya yang rada cengeng. Bagi pemuja De Niro, City by the Sea cukup layak ditonton. Walaupun belum mengesankan akting kelas wahid, banyak kritikus menilai penampilan De Niro kali ini paling lumayan setelah dia tampil jeblok dalam filmnya beberapa tahun terakhir, seperti 15 Minutes dan Flawless. Apalagi kali ini De Niro ditunjang oleh akting McDormand yang berkelas dan mampu menguatkan karakter pahit Vincent. Penampilan James Franco sebagai pecandu yang kurus lagi menjengkelkan turut memperkuat jalinan cerita.
Secara keseluruhan, tampak City by the Sea meniru jejak Road to Perdition yang sukses menggabungkan brutalitas dunia mafia serta hubungan subtil ayah dan anak. Seperti halnya Road to Perdition, City by the Sea juga menampilkan gambar-gambar khas kota urban yang suram, apartemen yang gelap, orang-orang yang hidup sebatang kara, juga hari-hari suram yang terus diguyur hujan.
Sayangnya, Ken Hixon, penulis skenario City by the Sea, kurang lihai merangkai dialog dan adegan. Dialog mengalir lurus, miskin, dan gampang ditebak. Akibatnya, relasi benci tapi rindu yang menggedor empat generasimendiang ayah Vincent, Vincent sendiri, Joey, dan Angelo (anak Joey)tidak muncul.
Akhirnya, film ditutup dengan adegan-adegan klise yang seindah kalimat-kalimat dalam kartu Hallmark. Sementara Vincent LaMarca yang asli keburu pensiun sebelum persoalannya tuntas, Vincent De Niro sanggup membereskan seluruh problem. Dan, semua orang berpelukan.
Mardiyah Chamim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo