Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendakian Maut ke Himalaya
Penulis: Michael Useem
Penerbit: BIP (Kelompok Gramedia)
Cetakan: 1, 2012
Tebal: xxii + 450 halaman
ROY Vagelos adalah eksekutif Merck & Co yang tangguh dalam berbisnis. Tapi ia memiliki sisi lain yang mencemaskan para pemegang saham. Saat menduduki posisi senior vice president of research di perusahaan pembuat obat ini, pada 1970-an, Vagelos mulai memimpin kampanye untuk melenyapkan river blindness.
Kebutaan yang disebabkan oleh larva microfilaria ini kerap menjangkiti penduduk yang menetap di sekitar sungai di Afrika dan Amerika Selatan. Vagelos sadar bahwa ia dan timnya tengah menghadapi tantangan yang terlihat mustahil untuk ditaklukkan. Dari luar: river blindness telah membikin badan-badan kesehatan nyaris frustrasi mengatasinya. Dari dalam: para penentang yang menyayangkan uang 200 juta dolar dihabiskan untuk mengembangkan obat yang calon pemakainya tak akan mampu membelinya.
Begitu duduk di posisi puncak Merck & Co (1985), Vagelos mengembangkan obat itu dan menghabiskan ratusan juta dolar lagi untuk mendistribusikannya kepada orang-orang yang berisiko. Michael Useem mengajak kita memasuki pertarungan Vagelos dan menyingkapkan wawasan fundamental di balik perjuangannya menegakkan momen kepemimpinan: gigih menghadapi kemustahilan.
Vagelos pada akhirnya mampu membukakan mata para penentangnya bahwa derma ratusan juta dolar bukanlah kesia-siaan. Merck & Co lantas dikenal sebagai perusahaan yang bervisi, memiliki jiwa, dan membangun idealisme di sekitarnya. Ia memang telah melanggar prinsip sempit profitabilitas perusahaan, tapi itu hanya sesaat untuk kemudian mengembalikannya kepada perusahaan dalam rupa reputasi hebat.
Eugene Kranz memperlihatkan spirit serupa di tengah kebingungan ratusan orang di Houston yang menanti apakah para astronaut Apollo 13 sanggup kembali dengan selamat setelah pesawat mereka terkoyak oleh ledakan. Kranz dan timnya beradu kecerdasan melawan kegagalan teknologi dalam waktu yang sangat terbatas. Saat para ahli tekniknya mengatakan tak ada cara untuk dapat membawa ketiga astronaut kembali ke bumi dengan selamat, Kranz berkukuh, “Kita tidak akan pernah menyerah."
Kisah-kisah yang dituturkan Useem memang bukan peristiwa biasa, melainkan momen luar biasa yang menjadi "pentas" bagi pribadi-pribadi istimewa untuk menunjukkan kualitas kepemimpinannya. Apa yang membedakan Kranz, Vagelos, Blum, Gutfreud, dan lima nama lain dalam buku ini ialah kemampuannya dalam memutuskan dan kesanggupan dalam bertindak. Kepemimpinan, pada galibnya, menyangkut dua perkara ini. Tidak adanya tindakan dapat mengakibatkan kerusakan besar pada kepemimpinan, sama besarnya dengan kerusakan akibat tindakan yang tidak tepat.
Useem, Direktur Center for Leadership and Change Management di Wharton School saat menulis buku ini, membicarakan kepemimpinan dengan cara yang berbeda. Ia menunjukkan, sebagai kecakapan yang dapat dipelajari, kepemimpinan selalu dapat ditemukan dalam beragam peristiwa. “Saya belajar dengan cara sulit," kenang Arlene Blum tentang pendakiannya bersama sembilan perempuan lain ke Annapurna, salah satu puncak di Himalaya. “Meskipun saya belum seperti jenderal yang memimpin pasukan, saya sudah mulai bergerak ke sana."
Alfredo Cristiani menemukan momen kepemimpinannya saat ia ditarik oleh situasi yang tiba-tiba saja datang menghampirinya. Sebagai petani kopi, ia diminta oleh pihak yang bertikai yang sudah lelah kepada para politikus untuk menyelesaikan konflik bersenjata di negerinya, El Salvador. Ini titik balik bagi Cristiani, dan ia meyakini bahwa sebuah kesempatan historis tengah menunggunya. Sejarah menantinya memainkan peran menegosiasikan revolusi. Waktu membuktikan ia salah satu orang yang mampu menciptakan perbedaan di dunia.
Ya, pada akhirnya, kepemimpinan memang soal performance. “Orang menjadi pemimpin hanya di dalam momen performance itu," kata Useem. Di saat-saat seperti itu, kita dipaksa berfokus pada pengambilan keputusan yang sukar, pada momen menentukan ketika tujuan dipertaruhkan dan kita tidak yakin apakah dapat mencapai tujuan itu.
Dian R. Basuki, penulis blog di Tempo.co
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo