MEMBUKA KEDOK NANCY REAGAN Dalam tempo satu hari, 600 ribu eksemplar buku Nancy Reagan, The Unauthorized Biography ludes. Wartawati gosip Kitty Kelley telah menyingkap borok-borok wajah Ibu Negara, istri Presiden Ronald Reagan itu, tanpa ampun. Banyak yang meragukan cara Kitty mengumpulkan bahan-bahan berita yang "panas" itu. Pada bagian lain, dicuplik pula buku My Turn, The Memoirs of Nancy Reagan yang terbit beberapa bulan sebelumnya, sebagai bandingan. Buku ini ditulis Nancy bersama William Novak. HANYA DUA KETERANGAN yang benar dalam akta kelahiran Nancy Reagan: jenis kelamin dan warna kulit. Catatan selebihnya bikinan. Fakta-fakta asli tentang bayi Anne Frances Robbins -- kini Nancy Reagan -- dirombak dengan hati-hati. Tahun kelahiran diubah. Tempat lahir diganti, dan nama ayahnya di kesampingkan. Pada akta asli disebutkan tahun kelahiran bayi Anne Frances 6 Juli 1921. Tapi, ketika si empunya nama dewasa, tahunnya diganti 1923, lebih muda dua tahun. Dalam riwayat hidupnya Nancy mengatakan "lupa nama rumah sakit" tempat ia dilahirkan dan menambahkan, "tempat bersalin itu sudah terbakar beberapa tahun lalu." Sesungguhnya Rumah Sakit Sloane di New York itu masih utuh. Dalam catatan kelahiran itu juga disebut tempat kelahiran Edith Luckett, ibu Nancy, di Petersburg, Virginia. Padahal, aslinya di Washington, D.C. Edith juga tercatat sebagai "ibu rumah tangga", padahal sesungguhnya aktris -- pekerjaan yang tidak punya kelas ketika itu. Edith mencatut umurnya. Sebetulnya ia berusia 33 tahun ketika melahirkan Anne Frances, tapi mengaku 29. Umur suaminya ditambah setahun menjadi 28. Anne Frances tidak hanya membuat latar belakang baru dirinya, tapi juga masa depan baru. Dari pihak nenek keluarga ayahnya ia dinamakan Anne Ayers, dan dari nenek pihak ibu Sarah Frances. Sedangkan si ibu memanggil bayinya Nancy. Pada usia 17, Arne Frances Robbins ke pengadilan untuk mengubah nama itu. Ia mencoret nama ayahnya, Kenneth Seymour Robbins, bahkan orangnya sekaligus. Ia menjadi Nancy Davis saja. (Davis diambil dari nama ayah tirinya, Loyal Davis). Dalam riwayat hidupnya, Nancy menulis ayahnya adalah "seorang sarjana Princeton dari keluarga kaya". Kenyataannya, dia tidak hanya tidak pernah di Princeton tapi belum sempat mengecap pendidikan akademi. Dan keluarganya yang berasal dari Pittsfield, Massachusetts, bukan kaum berada. Ketika si mata cokelat Anne Frances lahir, orangtuanya tinggal di wilayah kumuh di Flushing Woueens, pinggiran New York. Mereka menyewa satu lantai di Amity Street dekat rel kereta api. Nancy Reagan menghabiskan banyak waktu untuk mengubah fakta-fakta itu sampai akhirnya ia menganggap samaran itu sebagai sebenarnya. Ketika ia menjadi First Lady, topeng itu telah menjadi wajah. Nancy masuk ke akademi kesenian putri orang tersohor, Smith College di Chicago. Ayah tirinya, Loyal Davis, dan Edith ingin Nancy sekolah di situ untuk mendapat lingkungan belajar dan kawan-kawan yang baik. Kebanyakan muridnya dari kalangan menengah atas. Nancy termasuk dalam golongan itu setelah ibunya kawin lagi dengan Loyal, dokter bedah saraf. Suami pertamanya, Kenneth, pegawai perusahaan asuransi, enam tahun lebih muda dari Edith. Tapi Nancy tak begitu peduli dengan ijazah akademi. Yang diinginkan hanya satu: main teater dan menjadi bintang secepatnya. Di lingkungan sekolahnya hanya sedikit orang yang seperti ibu Nancy, ibu yang bekerja. Juga satu-satunya ibu yang main sandiwara radio. Dan sementara teman-teman sekolah Nancy, angkatan 1943, bercita-cita menjadi guru, wartawan diplomat, atau pematung dan arsitek, Nancy berambisi menjadi aktris. Pada 1944, Nancy bertunangan dengan James Platt White Jr, sarjana Amherst. Koran-koran di Chicago dan Boston menulis pasangan ini akan kawin seusai perang. Tapi beberapa bulan kemudian, Nancy memutuskan pertunangan dan mengembalikan cincin berlian dari orangtua White. Keduanya sepakat tak mau bicara soal kegagalan itu. Tapi kegagalan itu menandai awal petualangan seksual Nancy. "Nancy lalu dikenal di kota itu sebagai cewek yang gampang dipacari," kata Les Weinrott, teman sekelas Nancy. Gadis itu kemudian meninggalkan Chicago untuk mengejar karier di panggung New York. Pada 1946, waktu Nancy kebagian peran kecil dalam show Lute Song ia memulai affair dengan salah satu penari gay. Si gay beberapa tahun kemudian mengakui bahwa ia seorang homoseksual yang baru tiga kali menggauli perempuan. Salah satunya Nancy. Kerja pertama Nancy sebagai aktris atas kebaikan ZaSu Pitts, teman ibunya. Ia dapat peran kecil di Ramshackle Inn yang dipentaskan di Broadway. Tahun selanjutnya, ia terlibat dalam sejumlah affair dengan para seniman panggung dan layar putih. Yang pertama, akhir 1947, Alfred Drake, raja musik Broadway tahun 1940-an. Drake memberi peran kecil dalam sejumlah pertunjukannya. Nancy kemudian berjumpa dengan Max Allentuck, produser top di Manhattan, dan menjalin asmara. Orang-orang mencibir, "Itu karena Max bisa memberinya peran." Lewat teman ibunya yang lain, Spencer Tracy, ia bisa kencan tiga kali dengan Clark Gable di New York. Dan semenjak itu, ia banyak menerima telepon dari kaum adam di kota itu. "Nancy salah satu gadis yang nomor teleponnya di kantung banyak orang," kata Penulis Anne Edwards. Termasuk di antara penelepon ini Benyamin Thau, direktur casting -- pencari pemeran -- perusahaan film MGM (Metro Goldwyn Mayer). Lewat Benyamin, si bujangan 51 tahun ini, Nancy diberi kesempatan untuk tes menuju layar putih Hollywood. Edith, yang sekuat tenaga mendukung karier anaknya, menghubungi Spencer -- salah satu bintang ternama di MGM pada 1949 -- minta dispensasi untuk Nancy. Ia tak keberatan karena salah satu anaknya yang tuli pernah ditolong Dokter Loyal Davis. Spencer meneruskan permintaannya pada Dore Schary, wakil presiden bidang produksi MGM. Pesannya, "Gadis ini tahu bagaimana tampil di panggung." Nancy dikontrak kerajaan film MGM untuk enam bulan. Honornya US$ 300 per minggu. Ia masuk layar putih pertama kali dalam film Shadow on the Wall menyusul The Doctor and the Girl. Selama berkecimpung di MGM, Nancy begitu mesra di samping Benyamin Thau. Sampai-sampai khalayak di studio itu mengira mereka akan kawin. Sang kekasih menghubungi produser-produser lain demi Nancy. "Karena ia teman tidur Benny, kita harus memberinya peran dalam film-film kami. Benny terlalu berkuasa untuk ditolak, " ujar Gottfried Reinhardt yang memproduksi The Red Badge of Courage. Dora Schary pun memberi bagian pada Nancy dalam film East Side, West Side yang dimainkan bintang-bintang besar Barbara Stanwiyck, Ava Gardner, dan James Mason. Richard Goldstone, produser film terakhir Nancy di MGM Talk About a Stranger, mengenangkan Nancy sebagai, "Wanita yang sangat ambisius. Ia selalu mengambil kesempatan makan siang untuk mendekati tokoh-tokoh. Ia pindah dari meja penulis skenario, ke meja sutradara, ke meja eksekutif. Tak ada bintang muda yang seberani itu. Dia pandai memilih sasarannya." Suatu kali dalam rangka ambisinya yang setinggi langit, Nancy mengumpulkan nama-nama cowok beken Hollywood. Dari sutradara, produser, agen, pengacara, dan aktor. Duduk di tempat teratas adalah presiden Serikat Kerja Aktor-Aktor Layar Putih (SAG). Namanya, Ronald Reagan, 38 tahun, aktor dari unit B -- film-film yang dibuat dengan biaya sempit, perusahaan film Warner Bros. Reagan baru bercerai dari aktris Jane Wyman. Nancy meminta Dore Schary menjadi penghubungnya. Istri Schary membuat pesta makan malam kecil untuk mengatur pertemuan. "Pembicaraan banyak berkisar tentang soal politik. Pandangan Reagan yang antikomunis begitu jelas. Reagan banyak omong dan Nancy mendengarkan dengan penuh perhatian, " kata Jill Schary Robinson. Selain aktor dan ketua serikat kerja, Reagan, dengan nama sandi T 10, adalah informan FBI untuk menjaring para anggota SAG yang "subversif", "anti-Amerika", atau "pengikut garis partai komunis". Setelah makan malam itu, Reagan tak menghubungi Nancy lagi. Tapi bintang kecil itu punya alasan. Ia menerima surat berisi propaganda komunis dan ia berniat mencalonkan diri dalam dewan pimpinan SAG. Ia berhasil menggaet Reagan untuk sekian kali pertemuan. Sejak makan malam kedua itu, kata Nancy beberapa waktu kemudian, "saya segera tahu" bahwa lelaki itulah yang diinginkan dikawininya. "Saya tahu menjadi istrinya adalah peran yang sangat saya inginkan." Tiga tahun Nancy berjuang untuk itu. Antara lain dengan berbaik-baik pada anak-anak Reagan dari Jane Wyman. Padahal, ketika itu Reagan playboy kelas berat. Ia kencan sedikitnya dengan 13 perempuan. Mulai dari artis kelas kambing sampai bintang. Dan kebanyakan berumur sepuluh tahun di bawahnya. Bahkan, figuran Selena Walters mengaku pernah diperkosa Reagan. Tahun 1951 kalangan perfilman Hollywood tahu cinta Nancy pada Reagan begitu mendalam. "Ia mulai tidur dengan laki-laki itu. Kami sering melihat ia keluar masuk apartemen Reagan," ujar Paula, aktris yang pernah dikontrak MGM. June Allyson, teman Nancy, mengingatkan temannya untuk kawin saja dengan lelaki hebat itu. "Saya setuju. Tapi lebih sopan kalau menunggu sampai saya diminta," kata Nancy pada Allyson. Namun, permintaan itu tak kunjung datang. Pasalnya, Reagan jatuh cinta pada si cantik Christine Larson, 26 tahun, peminat musik, seni, dan pemeluk "Bahai". Christine-lah, bukan Nancy Davis, yang kemudian diajak kawin. Tapi permohonan itu ditampik Christine. Agamanya tak menerima aktivitas politik seperti yang dilakukan Reagan. Suatu malam Nancy mengatakan pada Reagan bahwa ia hamil. Reagan malah lari ke rumah Christine, dan menurut sahabat Christine, Betty Laskey, Reagan mengatakan "bagaimana terjebaknya ia" dan "Ia khawatir jangan-jangan Nancy menipunya supaya dikawini." Februari 1952, humas MGM mengedarkan pengumuman pers. Isinya: Nancy Davis akan kawin dengan Ronald Reagan 4 Maret mendatang. MAKAN MALAM DENGAN SINATRA PESTA HUT ke-70 Reagan pada 6 Februari 1981 merupakan pesta terpenting bagi Nancy. Inilah pesta kejutan untuk Reagan dari Nancy walau sang Ibu Negara tak membayar sepeser pun untuk acara pribadi ini. (Nancy sudah diberi tahu bahwa acara-acara pribadi tak dibiayai negara. Seperti biasanya, Nancy meminta bantuan "kelompok delapan" pengusaha-pengusaha besar teman Reagan untuk membiayai pesta itu). Nancy membatasi tamunya hanya 120 orang. Ia menghapus sejumlah nama pejabat yang tak disukainya dari daftar undangan (termasuk George Bush). Ketika diberi tahu bahwa Presiden bakal menyadari absennya para tokoh penting itu, barulah Nancy dengan enggan mengundang mereka. Selain Wapres Bush, Menhan Caspar Weinberger, Jaksa Agung Smith, dan Direktur CIA William Casey, Ibu Negara tak mengundang anggota kabinet Reagan. Kebanyakan tamu merupakan teman lama dari California, termasuk para bintang Hollywood: Elizabeth Taylor, Frank Sinatra, Jimmy Stewarts, dan Irene Dunne -- aktris lama favorit Reagan yang diberi kehormatan duduk satu meja dengan Reagan. Di meja First Lady, Nancy menempatkan Frank Sinatra di sebelah kanannya. "Kami sibuk sekali, sepanjang malam memotret," kata Micheal Evans, kepala juru foto Gedung Putih. "Biasanya tak ada foto keluar sebelum dapat lampu hijau dari Ibu Negara. Kalau tak disetujui, harus dihancurkan. Itu perintah Nancy. Foto-foto lain harus diperiksa Mike Deaver atau Jim Baker. Tapi khususnya pada malam itu merupakan pengecualian. Karena pesta baru berakhir jauh larut malam dan baik Deaver maupun Baker ogah dibangunkan pada pukul 03.00 subuh. Dan mereka pun tak mau saya membangunkan Nancy pada jam sebegitu. Jadi, Deaver memberikan izin agar saya membuat keputusan sendiri, yang saya lakukan." Foto dari Gedung Putih yang paling banyak dimuat di pers setelah pesta HUT Presiden ternyata yang memperlihatkan Nancy berdansa mesra dengan Frank Sinantra. Lengan Sinatra erat merangkul punggung Nancy. Presiden tampak difoto dengan muka tegang sedang memegang tangan Nancy -- untuk meminta bergantian menjadi pasangan dansa. Sinatra tampak tersenyum pada Presiden, tapi Ibu Negara kelihatan seperti orang yang baru terbangun dari mimpi indah. Nancy tampak kecewa sang suami mengganggu acara dansanya dengan pria yang dengan perasaan kagum dipanggilnya Francis Albert itu. "Foto itu dimuat di seluruh dunia, bukan karena foto itu bagus," ujar Evans. "Saat itu, Sinatra terkait penyelidikan skandal teater Premier (New York) dan sedang diminta keterangan oleh pengusut masalah judi di Las Vegas. Tak terpikirkan sama sekali kedua kasus itu waktu saya memutuskan merilis foto tersebut." Namun, waktu Deaver melihat foto itu esok harinya, ia meledak marah. Saat masuk kantor Evans, ia berteriak-teriak pada para juru foto, "Kalian semua brengsek. Bodoh. Mengapa merilis foto Ibu Negara dengan Sinatra? Kalian kan tahu soal keterlibatannya dengan mafia. Ada apa sih dengan kalian ini?" Hubungan dekat antara penyanyi sohor itu dan Ibu Negara untuk beberapa lama membuat waswas para pembantu dekat Presiden. "Acara makan siang pribadi di area keluarga yang paling memusingkan," ujar seorang asisten kepresidenan. "Nama Sinatra tak pernah muncul dalam agenda Ibu Negara. Dan ia selalu dibawa masuk lewat pintu belakang. Tapi saya selalu khawatir pers bakal mengendusnya." "Kami sadar lebih baik tak mengganggu acara 'makan siang' pribadi itu," ujar seorang anggota staf Nancy di Gedung Putih. "Pada saat acara makan siang itu, area keluarga tahu dimasuki orang lain. Suasana menjadi agak tegang saat Sinatra mengunjungi Nancy. Nancy menyetel musik pelan-pelan, semua lagu Sinatra tentunya, yang diputar di kamar tidur Nancy siang malam. Nancy mengatur "makan-makan siang" itu dengan saksama, dan sering senewen dengan letak jembangan bunga. Hanya sedikit orang tahu saat Sinatra ada di atas sana. Biasanya Nancy mengatur "makan siang" saat Presiden ke luar kota. Acara makan siang itu berlangsung dari jam 12.30 sampai 3.30 atau 4.00. Sinatra datang ke gerbang, dan Muffie Brandon (Sekretaris Sosial Gedung Putih) lalu mengantarnya ke atas. Kemudian Nancy menghilang. Semua panggilan telepon ditahan. Kami diperintah tak mengganggu. Apa pun yang terjadi. Saat Ibu Negara sedang bersama Sinatra, ia pendeknya tak boleh diganggu. Untuk apa pun. Termasuk telepon dari Presiden sendiri." Pasangan Reagan merayakan akhir tahun pertama di Gedung Putih dengan terbang ke Palm Springs. Mereka menghabiskan acara akhir tahun di kediaman keluarga Annenberg. Tamu-tamu lain yang diundang termasuk para anggota kabinet dan staf Gedung Putih. Juga pasangan Frank dan Barbara Sinatra, tetangga keluarga Annenberg Sinatra menghabiskan acara sepanjang malam dengan mengobrol bersama Nancy -- yang membuat Barbara marah besar sehingga tak pernah lagi mau datang dalam acara pesta akhir tahun di keluarga Annenberg sesudahnya. Hubungan antara Ibu Negara dan Nyonya Sinatra selalu tegang. "Barbara merupakan wanita yang tegar," ujar Charles Wick. "Ibu Negara sama sekali tak menyukainya. Ia terlalu tegar." "Kami mengalami waktu-waktu penuh ketegangan mengurus masalah Ibu Negara-Frank Sinatra saat jamuan kenegaraan," kata seorang staf Gedung Putih. "Nancy selalu bersikeras untuk duduk di sebelah Sinatra, dan menempatkan Nyonya Sinatra jauh-jauh. Sekretaris Sosial Gedung Putih selalu berusaha secara diplomatis mengatur kembali soal tempat duduk itu. Tapi Nyonya Reagan tak mau tahu. Ia hanya ingin Sinatra duduk di sampingnya, tak peduli bakal tampak janggal sekalipun." Pada acara makan malam kenegaraan menyambut Presiden Sri Lanka, protokol menempatkan sang tamu Kepala Negara di sebelah kanan Nancy, agar Ibu Negara menempatkan Sinatra "a sinistran" (di sebelah kiri). "Sepanjang malam Nyonya Reagan hanya ngobrol dengan Sinatra. Dan Nancy mengabaikan sinyal-sinyal dari pihak protokol agar memberikan perhatian pada Presiden Jayewardene," ujar seorang wanita yang duduk di meja Presiden Reagan dalam acara itu. "Ia sama sekali mengabaikan Presiden Sri Lanka malang itu, seperti mengabaikan pelayan yang mau menuang anggur. Sungguh memalukan." PEMBANTAIN OLEH IBU NEGARA BARU pada 1982 Washington mengetahui betapa besarnya pengaruh Nancy terhadap kepresidenan Reagan. Pengunduran diri secara paksa dan pemecatan atas para pembantu presiden dimulai pada Januari tahun itu dengan pemecatan atas diri Direktur Keamanan Nasional Richard Allen. Allen ditendang lantaran menerima uang atas nama Nancy dari sebuah majalah Jepang sebagai balas jasa wawancara. Setelah itu terjadilah serentetan pemecatan lainnya: Joe Canzeri, karena membuat pembukuan ganda mengenai jamuan makan malam di Gedung Putih dan Komite Nasional Partai Republik. Menyusul penyikutan terhadap Jenderal Alexander Haig, lantaran kelewat bersemangat dan selalu meminta tempat duduk istimewa di pesawat kepresidenan. Setelah itu yang menjadi korban adalah duta besar di London, John Louis, karena tak ada di London ketika Perang Falkland berlangsung. Fotografer Gedung Putih, Karl Schoumacher, juga digusur karena telah lancang mencetak foto Frank Sinatra lebih dari satu. Nancy bermaksud memberikan foto itu untuk Washington Post. Setelah itu, lebih dari selusin pembantu dekat Reagan, mulai dari penulis pidato Nancy, Mona Charen, beberapa duta besar, sampai ke direktur CIA William Casey, menjadi korban "pembantaian" Nancy. Sebegitu jauh, rahasia bahwa Nancy berada di belakang penggusuran-penggusuran itu tak terkuak. Ia hanya diketahui rakyat Amerika sebagai seorang istri presiden yang penuh pengabdian dan selalu menjauhkan diri dari campur tangan atas hal-hal yang berbau politik. Barulah ketika Kepala Staf Gedung Putih Donald Regan dipecat pada 1987, peranan Ibu Negara itu mulai diketahui orang. Dengarlah kesaksian Paul Weyrich, ketua umum Free Congress Foundation. "Nyonya Reagan malah kelewat peduli dengan kebijaksanaan. Akibatnya, ia selalu terlibat dalam segala macam hal mulai dari pendirian resmi pemerintah tentang masalah aborsi, sampai pada perjanjian tentang INF (Kekuatan Nuklir Jarak Menengah). Rakyat Amerika tak sadar bahwa dengan memilih Reagan, mereka punya dua presiden. Artinya, lelaki yang mereka pilih dan perempuan yang dinikahinya. Pada akhirnya, ibu negaralah, dan bukan si presiden, yang menentukan hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan nasional dan pergantian para anggota kabinet" Pada akhirnya, kata Weyrich lebih lanjut, orang harus punya tiga macam strategi agar apa-apa yang diusulkan sampai kepada Presiden. Pertama, ia harus punya strategi bagaimana caranya untuk bisa berhubungan dengan Presiden. Kedua, ia harus melobi kepala staf Gedung Putih, yang sebenarnya presiden part time. Dan yang terakhir, ia harus punya strategi bagaimana caranya bisa menetralisasi Nancy Reagan agar tidak mengobrak-abrik hal-hal yang diusulkan. Kebesaran Reagan mulai kempis pada 1985. Tusukan pertama terjadi ketika Jim Baker harus pergi dari kalangan orang yang paling dekat dengan Reagan. Jabatannya pada masa jabatan pertama adalah Kepala Staf Gedung Putih. Dalam masa jabatan kedua, ia bertukar pekerjaan dengan Menteri Keuangan Donald Regan. Pertukaran itu lahir dari buah pikiran Reagan sendiri yang didukung oleh Michael Deaver, kemudian disetujui Nancy dan diterima oleh Presiden. Reagan adalah orang terakhir yang diberi tahu tentang pergantian tempat itu. Sebenarnya Ibu Negara ingin semua anggota kabinet megajukan permintaan mengundurkan diri pada awal masa jabatan kedua, tapi gagasan itu ditolak Reagan. "Nixon melakukan hal seperti itu," kata Ibu Negara. "Tapi, lihat apa yang terjadi pada masa baktinya yang kedua," jawab Reagan lagi. Reagan sadar betul istrinya ingin mengenyahkan orang-orang yang disukainya: mulai dari Penasihat Presiden Edwin Meese, Mendagri William Clark, sampai Menteri Perburuhan Raymond Donovan. Ketiga orang itu mendapat kesulitan dengan badan-badan hukum federal karena masalah-masalah keuangannya yang dicurigai. Nancy juga menginginkan agar Menteri Pertahanan digusur karena dianggapnya "terlalu militeristis". Termasuk yang jadi sasaran adalah Menteri Kesehatan Margaret Heckler karena perceraiannya dan Direktur Manajemen dan Bujet, David Stockman karena kelancangannya yang dengan terbuka mengatakan bahwa kebijaksanaan ekonomi Reagan tak akan berhasil. Namun, Reagan, yang tuli, mematikan alat pembantu pendengarnya, dan meminta semua anggota kabinetnya tetap menduduki kursi masing-masin. Tiga dari orang-orang yang jadi sasaran Nancy benar-benar berhenti. Lalu Nancy menyampaikan itu kepada suaminya dengan penuh kemenangan. "Anda lihat sendiri sekarang, kan saya tak selalu mendapat apa yang saya inginkan," katanya mengecilkan arti pengaruhnya terhadap suaminya. Tapi, dari situ mulai terungkap peranan ahli astrologi terhadap segala langkah yang diambil Nancy. Terutama orang yang disebutnya sebagai "si Joan dari San Francisco". Orang itu ternyata Astrolog Joan Quigley. William Henkel, anggota staf Gedung Putih yang dekat dengan Nancy, yang mula-mula mencium soal itu. Henkel heran dengan kebiasaan Michael Deaver yang punya penyakit untuk mengubah dengan tiba-tiba waktu audiensi Presiden dengan tamu-tamunya. Itu ditambah lagi dengan keraguan yang mencengangkan dan pengunduran-pengunduran pertemuan, perintah yang saling bertentangan dan selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. "Sekarang barulah saya tahu akan kegilaan itu," kata Henkel. "Mula-mula kami menertawakannya, tapi kemudian saya sadar bahwa saya pun harus menggunakan dalih-dalih yang digunakan Deaver untuk menutupi hal-hal yang diinginkan Ibu Negara." Ketergantungan keluarga Reagan kepada penghitungan perbintangan Joan Quiqley dengan komputer merupakan rahasia yang dijaga erat di Gedung Putih. Takut kalau rahasia ketergantungan pada astrolog itu terbuka, Nancy memerintahkan perusahaan telepon memasang jaringan telepon khusus langsung, tanpa melalui operator. Dia menggunakan telepon tersebut untuk setiap saat aman berkonsultasi dengan astrolognya. Setiap akhir pekan Nancy berada di peristirahatan Camp David dengan menenteng dua telepon. Yang satu untuk berhubungan dengan Henkel, dan yang satu lagi dengan Joan Quigley. Dari situlah ia mengatur jadwal harian Presiden. Nancy mengatur waktu-waktu pertemuan sampai ke detail. Mula-mula ia mendapat jadwal Presiden dari Henkel dan kemudian mengakurkannya dengan tabel yang dibuat Quigley. Si astrologlah yang menentukan waktu baik dan waktu buruk, kapan ia harus meninggalkan Gedung Putih. Ketiga orang itu, Nancy, Henkel, dan si astrolog, kalau sudah membicarakan jadwal yang baik menurut perhitungan bintang, betah sampai berjam-jam. Pengaturan itu begitu membingungkan kepala staf Donald Regan sehingga ia memberi warna angka-angka tanggal pada kelender mejanya. Hijau untuk "hari baik", merah untuk "hari buruk", dan kuning untuk hari yang "boleh jadi baik boleh jadi buruk". Atas dasar itu jadwal Presiden diserahkan kembali kepada istrinya untuk disetujui. Dengan cara itu pula ia tahu tentang apa-apa yang dilakukan Presiden setiap waktu. BUSANA WAH YANG GRATIS SAAT masuk Gedung Putih dan harus "hidup hanya dengan 200.000 dolar per tahun" -- gaji Presiden AS -- Nancy minta Julius -- penata rambut pribadinya -- membuat perjanjian dengan Clairol -- perusahaan yang membiayai Julius. Karena menggunakan produk Clairol, Nancy mengharapkan Clairol memberikan imbalan, menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk berdirinya sebuah salon kecantikan di Gedung Putih. Perusahaan Clairol setuju. Julius dikontrak US$ 20.000 per tahun agar bisa terbang ke Washington tiga kali seminggu untuk mengecat rambut Nancy. Pengecatan dengan produk Clairol ini dipublikasikan. Imbalan bagi Clairol, tentu saja, promosi besar, yang jika dinilai bisa lebih gede jumlahnya dari 20.000 dolar setahun. Tiap kali datang ke Gedung Putih, Julius juga mengecat uban Presiden. Nancy nyaman saja kuitansi-kuitansinya dibayari orang lain. Walau ia dan suaminya termasuk jutawan, Nancy tak pernah merasa kaya. "Ia selalu sesumbar tidak punya duit," ujar salah satu anggota staf senior Nancy. "Juga gampang meneteskan air mata, 'Oh, kami tak mampu membiayainya. Ronnie dan saya tak punya uang. Kami begitu lama mengabdi pada masyarakat sehingga tak punya kesempatan menabung untuk hari tua. Dan sekarang hari tua itu sudah datang'. Kemudian butir air mata berjatuhan, dan para teman pun membuka dompet," kata sang staf lagi. Sebagai ibu negara hidup Nancy lebih nikmat dari semasa masih nyonya gubernur. Yang pertama dipilih untuk memberikan "servis" adalah Gucci. Toko Gucci di Beverly Hills tutup pada 27 November 1980, saat Nancy selama dua jam memilih pakaian dan perlengkapannya. Sebagai imbalannya, Carlo Celoni diundang kedua kali pelantikan Reagan. Berita Nancy berbelanja di toko Gucci muncul di harian Women's Wear, Los Angeles Times, dan lainnya. Tentu saja tanpa menyebutkan, semua diberikan secara gratis. Setelah masuk Gedung Putih, Nancy di muka publik hanya memakai pakaian dari perancang Amerika. Keputusannya untuk memakai hasil karya perancang AS disambut hangat. Selama delapan tahun mukim di Gedung Putih, ia menerima hasil karya para perancang AS senilai US$ 1 juta. Kalau harus membayar penuh, pakaian Nancy untuk pelantikan sang suami harganya US$ 46.000. Sebagai First Lady ia tak membayar sepeser pun. Jika ingin tas tangan kulit buaya untuk Suatu lawatan, Nancy tinggal memanggil Judith Lieber. Sang perancang biasanya paling sedikit mengirim tiga tas. Dan semuanya diambil Nancy. "Pakaian gratis mengalir tiap hari," kata seorang juru foto Gedung Putih. Obsesi Nyonya Reagan mengumpulkan dan memiliki pakaian dan pernak-perniknya bisa disamakan dengan apa yang dipraktekkan Imelda Marcos. Perancang yang dikenal paling dekat dengan Nancy adalah Adolfo, spesialis pakaian gaya Chanel yang digemari Nancy sejak 1967. Kata Oscar de Lavin, bekas eksekutif Adolfo, "Sebagai istri gubernur, Nancy diberi harga obral. Tapi, setelah Gedung Putih, semua gratis. Nancy Reagan merupakan satu-satunya pelanggan yang diberi gratis oleh Adolfo. Tapi Adolfo sendiri mengaku layak memberi gratis pada Nancy karena ia mendapat publisitas gratis, dan penjualan di toko-tokonya seantero AS melonjak drastis." Nancy seperti buta pada peraturan yang melarang penerimaan hadiah-hadiah mahal. Ia ngibul soal pemberian hadiah-hadiah pakaian dan pernak-perniknya yang gratis itu, sampai akhirnya Badan Pajak Internal mengusutnya. James Rosebush, pengurus "masalah citra" Gedung Putih, adalah yang pertama kali "gerah " dengan "isi lemari pakaian" Nancy yang tak pernah diumumkan sejak sang suami menduduki pos presiden. Tapi masalah pakaian ini masih terbungkus rapi, sebelum para penasihat hukum Gedung Putih menjelaskan peraturan untuk mengumumkan hadiah-hadiah yang diberikan pihak luar. Nancy dengan lugu bertanya, "Apakah ini berarti saya harus mengumumkan soal baju-baju saya?" "Baju apa?" "Pakaian saya dari Adolfo, Bill Blass, Oscar, dan Jimmy (Calanos)." Ruangan jadi senyap. Yang hadir sadar bahwa Nancy sudah menerima ratusan ribu dolar dari para perancang. "Kami memahami bahwa hal ini bakal menjadi masalah humas cukup besar," ujar seorang bekas staf Gedung Putih. "Saya ada di sebuah ruangan bersama Nancy waktu Jim Baker masuk dan menyemprot Nancy. 'Semua harus dihentikan. Itu bakal mempermalukan Presiden', kata Baker." Para penasihat hukum memberi tahu pasangan Reagan bahwa, jika pakaian-pakaian itu merupakan hadiah, harus dilaporkan sebagai pemasukan yang harus dipajak, sesuai dengan harga di toko. Peraturan pemerintah 1978 menyebut keharusan melapor bagi para pejabat tinggi pemerintah dan istri mereka, atas pemberian hadiah senilai lebih dari 35 dolar. Bila para perancang hanya "meminjamkan" pakaian-pakaian pada Ibu Negara, tidak dikategorikan sebagai pemasukan yang wajib dipajak. Namun, kalau meminjam, kan harus dikembalikan. Padahal, Nancy tak punya niat memulangkan busana-busana itu. Setelah rembukan beberapa hari antara para penasihat hukum serta staf Gedung Putih dan Ibu Negara diambil jalan keluar mengumumkan pakaian-pakaian itu sebagai "pinjaman", dan setelah dua-tiga kali dipakai bakal disumbangkan ke sejumlah museum. Mulanya rencana hibah pakaian ke museum disambut hangat oleh banyak kalangan. Tapi segera media AS mengendus bau kecurangan. Pada 1982 sejumlah besar penulis kolom, kartunis, dan komentator mulai mengecam jurus licik Nancy untuk menghindari pajak itu. Setelah kritik-kritik pedas itu, Nancy menyerah. "Ibu Negara tak lagi menerima busana dari perancang Amerika," ujar sekretaris pers Nancy. Diumumkan juga bahwa Nancy telah mengembalikan permata-permata "pinjaman" dari Bulgari. Merasa opini masyarakat mulai baik lagi, Nancy mengulang praktek menerima pakaian gratis. Kali ini dengan sembunyi-sembunyi. Dan ia tak pernah lagi tertangkap basah, sampai 1987. Di koran Washington Post, Judi Mann menyebut Nancy Reagan sebagai wanita dingin yang tak berperasaan. "Ia lebih suka menjadi orang yang tampak cantik di mata masyarakat daripada berguna untuk masyarakat." DUA POTONG ROTI DI GEREJA KELUARGA Reagan bukanlah keluarga yang taat beragama. Malah mereka jarang pergi ke gereja. Karena itulah Nancy, atas alasan "soal-soal sekuriti", selalu mengelak untuk pergi ke gereja setiap hari Minggu. Ia mengatakan, para pengunjung gereja yang lain pasti terganggu oleh pengaturan sekuriti yang demikian ketat. Apalagi setelah Reagan tertembak. Ketaktahuan keluarga Reagan atas prosesi-prosesi gereja begitu berkesan pada Asisten Presiden Michael Deaver -- ketika ia mengiringi keluarga Presiden pada 1980 ke gereja Episcopal di Virginia. Ketika mereka berjalan perlahan mendekati altar untuk menerima komuni, Nancy menjawil tangan Deaver. "Mike," bisiknya dengan nervus, "apakah semua orang minum dari gelas yang sama?' "Semuanya akan beres dan sudah diatur," jawab Deaver kalem. "Mula-mula mereka akan membagikan roti, dan kemudian ketika piala sampai kepada Anda, celupkan roti itu ke dalamnya. Anda tak usah menempelkan bibir Anda ke piala itu." Reagan, yang pada kenyataannya tuli, memiringkan kepalanya untuk menguping instruksi Deaver. "Apa, apa, apa?" tanyanya. "Ala, ikuti saja apa yang saya lakukan," perintah Nancy. Lalu baki yang berisi roti sampai ke depan mereka. Nancy mengambil sepotong roti dan mencelupkannya ke dalam anggur yang ada di cangkir itu. Tapi, karena Nancy gugup, roti itu lepas dari tangannya dan jatuh ke dalam anggur. Nancy memandang kepada Deaver dengan penuh ketakutan. Melihat apa yang dilakukan istrinya, Reagan melakukan segala yang diinstruksikan sang istri. Ia mengambil sepotong roti, mencelupkannya ke dalam anggur, dan melakukan seperti yang dilakukan istrinya: melepaskan roti itu sehingga tenggelam ke dalam anggur. "Saya menyaksikan bagaimana pak pendeta bergerak terus sam- bil menggeleng-gelengkan kepalanya dan melihat pada dua gumpalan roti yang terjatuh ke dalam anggur," kata Deaver. MENINGGALKAN GEDUNG PUTIH SAAT-SAAT meninggalkan Gedung Putih adalah masalah tersendiri. "Mom membeli karung" ledek Ron Reagan. "Ia menimbun barang-barangnya di depan balkon Truman. Tampaknya, mereka harus berjuang untuk mengusirnya dari sana." Ini kesan Rob tentang ibunya menjelang meninggalkan Gedung Putih. Seminggu menjelang pesta pengukuhan, keluarga Reagan sadar bahwa mereka harus mempersiapkan mental untuk meninggalkan nation capitol. Hari-hari menjelang malam pelantikan ternyata merupakan hari-hari yang menyiksa bagi mereka, terutama hagi First Lady, yang mengharuskan dia menyisih dan memberikan "tempatnya" untuk Bush dan Barbara di tengah panggung penobatan presiden kelak. Menjelang malam penobatan, gedung parlemen penuh dengan sinar, bendera, dan umbul-umbul. Malam penobatan itu menjadi penobatan yang termahal sepanjang sejarah Amerika Serikat. Saat kota berkilau siap dengan pesta perayaan menyambut kedatangan presiden baru, keluarga Reagan duduk makan malam di Gedung Putih sambil menonton TV dan menyadari betapa memilukannya masa-masa terakhir mereka. Insomnia adalah gangguan utama Nancy. Namun, Nancy Reagan berkata lain bahwa di hari terakhirnya sebagai First Lady, dia bisa tidur nyenyak. Padahal, jelas-jelas dia gelisah, dan selalu mengulang-ulang berita-berita TV yang meliput Barbara Bush dengan hangat, seakan-akan mengolok-olok dirinya. Suara-suara minor terhadap First Lady rupanya sampai juga ke telinga Barbara. Dalam sebuah jamuan makan siang yang diadakannya, ia sempat menyindir orang yang akan digantikannya itu. "Saya ingin Anda melihat saya sepanjang minggu dan selalu terkesan," kata Barbara bercanda kepada tamu-tamunya di Kennedy Centre. "Yang jelas, Anda mungkin tidak perlu lagi ... mencatat soal rambut, rias, dan pakaian-pakaian rancangan desainer." Barbara kemudian membuka jaketnya menirukan peragawati yang melenggok dan terdengar derai tawa para tamu melihat gayanya menirukan 'citra' Nancy Reagan. Salah seorang tamu memberikan komentarnya. "Akhirnya kita akan mempunyai First Lady yang sesungguhnya di Gedung Putih. Seorang nyonya rumah tangga yang bisa mencuci piring makannya sendiri," kata Pamela Beody, ipar bekas gubernur Massachusetts. Eliot Richarson, bekas Jaksa Agung AS, yang juga ikut dalam jamuan makan siang itu, melukiskan Nyonya Bush sebagai "Aset besar bagi presiden terpilih. Topengnya tidak mungkin copot karena dia memang tidak pernah memakai topeng." Nyonya Reagan meraih telepon kamarnya dan mengatakan kepada seorang temannya tentang apa yang digunjingkan oleh Barbara. "Itu sama sekali tidak benar," kata First Lady. "Bila tidak karena kami, mereka tidak akan berada di sini." Memang Nancy benci karena harus meninggalkan Gedung Putih untuk Bush. Ia tidak pernah merasa enak dengan keluarga ningrat yang berasal dari daerah timur itu. Mereka mempunyai tradisi yang tua dengan status sosial berdasarkan harta warisan. Tidak itu saja. Ia juga cemburu terhadap spontanitas dan kecekatan gerak keluarga Bush. Namun, yang betul-betul mengganggunya saat ini adalah ketidaksukaannya jika dibandingbandingkan dengan pesaingnya itu. Barbara baginya hanyalah seorang wanita periang. Kadang membuatnya terlihat lucu dan pantas disebut "si gemuk keriput berambut putih". Dalam keadaan gundah semacam itu, lagi-lagi First Lady terpukul ketika membaca berita di Newsweek, Barbara Bush dikatakan akan membawa "angin segar setelah Nancy". Bahkan, dalam laporan utamanya, Time menyebut Nyonya Bush sebagai "Si pembawa kehidupan baru yang menyegarkan di Gedung Putih". Nancy panas setiap kali membaca tulisan yang menggambarkan bagaimana keakraban yang terjalin di antara sesama anggota keluarga Bush. Setiap foto yang menunjukkan keceriaan keluarga Bush, bagi Nancy seakan-akan mengorek "luka" yang ada di dalam hubungannya dengan anak-anaknya. Hanya Maureen Reagan -- anak perempuan Reagan dari istri pertama -- yang menemaninya menjalani malam-malam terakhirnya di Gedung Putih. Menjelang pukul 7 pagi, 20 Januari 1989, Nancy -- yang hanya mempunyai waktu lima jam lagi sebagai First Lady -- menyeruput kopinya dan menyetel berita di TV. Dalam waktu yang sama, ia membolak-balik halaman mode dari lima surat kabar. Ini adalah acara rutin yang dilakukannya selama delapan tahun menghuni Gedung Putih. Tidak lupa ia mengomentari penampilan Barbara sehari sebelumnya. Saat-saat pengukuhan semakin dekat. Dengan berlinangan air mata, Nancy memerintahkan pembantu pribadinya, Anita Costello, untuk mengeluarkan pakaian upacara -- satu setel baju dengan warna merah kesukaannya. Ia memilih warna itu setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang lain yang memakai warna serupa di atas panggung nanti. Dengan enggan, ia menghias flower room di Gedung Putih. Diletakkannya setangkai anggrek putih yang mungil bagi Barbara. Itu pun, setelah Presiden Reagan mengatakan bahwa ia telah menempelkan "surat kaleng" untuk Bush dengan kata-kata "Jangan merasa terganggu dengan orang-orang pandir itu", di ruang pakaian. Bahkan, Reagan meninggalkan satu pesan lagi untuk rekannya Bush yang berisi kata-kata, "Lanjutkan, dan Tuhan bersamamu". Kesibukan lain juga terjadi di ruang tidur kepresidenan. Di tangga menuju ke ruang tidur, pembantu Nancy tampak bolak-balik memeriksa laci-laci berulang-ulang hingga sekretaris pers Nancy Reagan menegurnya. "Jika ada barang yang tertinggal di sini, mereka tahu ke mana harus mengirimkannya," katanya. Sebetulnya, pembantu itu tidak salah. Ia tahu betul Nancy akan meledak-ledak jika ia tahu ada barang yang tertinggal. Ada juga pelayan yang mempunyai kenangan manis dengan Nancy. Tapi memang kebanyakan tidak merasa kehilangan atas kepergian First Lady yang angkuh itu. Nancy dikatakan selalu menjaga jarak, dan menganggap mereka tidak lebih sebagai pelayan raja. Ini berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kehangatan yang ditunjukkan oleh Jimmy dan Rosalynn Carter, serta sikap pasangan Jerry dan Retty Ford yang santai. "Pekerjaan di sini tidak menarik bagi kami sebagai manusia biasa," kata Matty Mayfield, salah seorang staf. "Mereka tahunya ruangan harus selalu bersih," sambungnya. Pada pagi yang terakhir, Reagan dan Nancy tampak berjalan memasuki semua ruangan keluarga dan melongok ke ruang yellow oval. Mereka berdiri sejenak di Truman Balcony menatap kehijauan rumput di Ellipse dan Jefferson Memorial. Keduanya kemudian saling memandang dengan air mata menggantung di pelupuk. Adegan ini sempat diabadikan oleh seorang fotografer istana. Pukul 10 lebih 30 menit, Reagan dan Nancy bersiap-siap menemui Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Kali ini Nancy menunjukkan sikapnya yang simpatik. Ketika menghampiri Dan Quale dan istrinya Marilyn, ia mengeluarkan kata-kata yang manis. "Hatiku selalu mendoakan kalian berdua selama masa kampanye," kata Nancy. "Saya tahu bahwa apa yang dikatakan orang tentang kalian sama sekali salah. Sekarang adalah kesempatan bagi kalian untuk memperlihatkan apa yang bisa kalian lakukan untuk negara ini. Saya dan Ronnie selalu akan mendukung, sebab saya dan Ronnie tahu betul siapa sebenarnya Dan," sambung Nancy. Tentu saja kata-kata Firts Lady ini menyentuh hati Dan dan istrinya. "Ia sangat menyenangkan," kesan Marilyn. Seorang pengawal kemudian memberitahukan bahwa mobil kepresidenan sudah siap membawa Reagan dan Nancy beserta rombongan lainnya menuju tempat upacara. Ketika pasangan Gedung Putih itu berjalan menuju ke iring-iringan kepresidenan, Marilyn menuliskan kesannya, "Saat itu sangat memilukan, semua orang nampak mencucurkan air mata." DHN, FS, RFM, dan BSU
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini