Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Kebenaran Berubah Sesuai Zaman

Buku Sapiens Yuval Noah Harari dijadikan komik. Terlalu sederhana tapi meyakinkan.

5 Februari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Buku Sapiens Yuval Noah Harari diadaptasi ke dalam komik sehingga sejarah panjang manusia diringkas dan lebih mudah dicerna.

  • Peradaban manusia diikat oleh sebuah fiksi yang dipercayai oleh semua Homo sapiens.

  • Buku penting guna memahami untuk apa manusia menjadi penghuni bumi.

TATANAN dunia terbentuk oleh fiksi. Kalimat Yuval Noah Harari ini membikin ribut para saintis. Melalui Sapiens, sejarawan Israel lulusan Oxford University, Inggris, ini membelejeti sejarah kita dan membongkar kesalahpahaman tentang manusia sebagai makhluk adiluhung. Sapiens, yang menyorot titik-titik penting sejarah manusia, kini dibukukan dalam novel grafis sehingga kian mudah dicerna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia menerjemahkan dua seri novel grafis Sapiens ke bahasa Indonesia. Kendati dilabeli buku untuk dewasa, komik ini bagus juga jika dibaca anak-anak. Soalnya, tak hanya merangkum dan meringkas sejarah 4,5 miliar tahun planet bumi, bahasannya bertumpu pada perkembangan manusia hingga menjadi penguasa bumi hari ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seri komik Sapiens dibagi ke dalam faset-faset yang mengacu pada bukunya. Pembabakan ini membuat Sapiens terasa lebih ringan mengurai bagian-bagian penting sejarah manusia. Sementara buku Sapiens mengurai sejarah manusia dari A ke Z, komiknya mengikuti bagian-bagian tertentu sehingga terasa lebih dalam meski disajikan dalam bentuk dialog-dialog tokohnya.

Menyajikan teori dan narasi sejarah yang kompleks dalam komik adalah pilihan jitu untuk mendekatkan pengetahuan penting guna memahami eksistensi kita. Cerita dan rumusan-rumusan teori Harari menjadi lebih bertenaga karena lebih mudah dipahami dalam gambar dan dialog.

Tokoh utamanya adalah paman Yuval, keponakannya, Zoe; dan Profesor Saraswati, ahli biologi dari India. Mereka menjelajah ke seluruh dunia, ke masa lalu, untuk menceritakan sejarah bumi, menemui dan berkomentar tentang enam jenis sapiens yang muncul 2 juta tahun lalu. Sejak Homo sapiens keluar dari Afrika Timur lalu menjelajah ke sudut-sudut dunia, lima Homo lain pelan-pelan punah.

Neanderthal di Eropa musnah 30 ribu tahun lalu ketika Homo sapiens sampai di lembah Balkan. Denisovan di Rusia tersisih saat Homo sapiens sampai ke sana. Mamut musnah tatkala sapiens menyeberang ke Alaska. Persimpangan di Asia membuat sebagian dari mereka sampai ke Australia dan menyisihkan megafauna di benua ini.

Meski kian banyak temuan bahwa ada 2 persen gen Neanderthal di tubuh manusia saat ini, Harari tak mau membahasnya lebih jauh karena, melalui Profesor Saraswati, ini adalah kotak pandora sejarah manusia. Jika teori kawin campur mengemuka, paham rasisme akan menguat: bahwa manusia memang tidak berasal dari Homo yang sama. Para sejarawan lebih senang pada teori okupasi bahwa Homo lain kalah oleh Homo sapiens.

Sapiens karya Yuval Noah Harari, David Vandermeulen, dan Daniel Casanave.

Sapiens

Grafis vol. 1 (248 halaman) dan vol. 2 (255 halaman)
Yuval Noah Harari, David Vandermeulen, Daniel Casanave
Kepustakaan Populer Gramedia, 2022



Seri pertama komik Sapiens sampai di sini, sampai revolusi kognitif 70 ribu tahun lalu yang ditandai dengan temuan api—temuan paling penting evolusi sapiens. Seri kedua mulai berfokus pada manusia, dimulai dengan revolusi pertanian. Setelah zaman batu selesai, revolusi pertanian mendorong Homo sapiens bermukim serta mendomestikasi hewan dan tumbuhan. Harari menyebutnya “perjanjian dengan iblis”, ketika sapiens Irak mulai mengolah gandum.

Keberhasilan itu mendorong sapiens bermukim, berkoloni, bukan nomaden seperti ketika mereka berburu. Domestikasi gandum membuat mereka bisa menghindari kelaparan. Akibatnya, jumlah mereka kian meruyak. Anak-anak lahir lebih banyak dan tumbuh membentuk koloni sendiri.

Otak dan pikiran manusia pun berubah. Inovasi-inovasi yang muncul sejak domestikasi membuat sapiens kian modern hingga mengubah paradigma yang menjadi cikal-bakal tatanan dunia. Meski secara biologis manusia bukan makhluk yang pandai bekerja sama, kebutuhan dan keinginan yang tumbuh akibat domestikasi melahirkan konsep hak milik yang mendorong sapiens menjadi makhluk sosial.

Tak seperti hewan lain, begitu lahir sapiens tak langsung mandiri. Mereka bergantung pada ibu dan bapak, yang membuat manusia saling bergantung. Menurut Harari, ketergantungan dan penderitaan adalah modal awal manusia membentuk peradaban. Pengikatnya adalah fiksi tersebut. Lahirnya kepercayaan komunal membuat manusia kian lihai bekerja sama tanpa ikatan yang jelas.

Meski terlalu sederhana untuk uraian sejarah manusia yang kompleks, komik Sapiens berhasil meyakinkan bahwa konsep kebenaran dalam peradaban manusia berubah seiring dengan waktu. Keyakinan bahwa manusia berbeda gender secara alami, misalnya, berubah dari zaman ke zaman.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Bagja Hidayat

Bagja Hidayat

Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Alumni IPB University dan Binus Business School. Mendapat penghargaan Mochtar Loebis Award untuk beberapa liputan investigasi. Bukunya yang terbit pada 2014: #kelaSelasa: Jurnalisme, Media, dan Teknik Menulis Berita.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus