Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Serial drama thriller politik dengan latar belakang demonstrasi mahasiswa di Korea pada 1987.
Didominasi kisah tentang penyanderaan di dalam asrama mahasiswa.
Snowdrop memicu kontroversi jauh sebelum ditayangkan.
KITA kembali ke Korea tahun 1987. Ketika warna hidup masih didominasi merah darah dan hitam misteri. Ketika K-pop belum menggebrak dan K-drama serta film Korea masih jauh dari Piala Oscar. Ini adalah tahun-tahun rezim militer Chun Doo-hwan yang represif tengah diguncang para aktivis dan mahasiswa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan latar belakang inilah serial Snowdrop karya sutradara Jo Hyun-tak dan penulis skenario Yoo Hyun-mi berkisah melalui 16 episode yang luar biasa menegangkan. Pada episode pertama, penonton “nyaris” tertipu karena berkenalan dengan para penghuni asrama mahasiswa putri Universitas Hosu yang manis-manis dan polos. Adegan awal ini memberi kesan serial sepanjang 16 episode ini adalah kisah cinta antarmahasiswa dengan latar belakang pergolakan 1987.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adegan dalam Snowdrop. Dok. JBTC
Ternyata, setelah beberapa episode, kita menyadari sesungguhnya Snowdrop adalah kisah korupnya pemerintah Korea Selatan dan Korea Utara pada masa itu. Sama-sama korup, sama-sama gila kuasa, dan ternyata perbedaan ideologi dibuang ke sampah. Pemerintah Korea Selatan menghadapi pemilihan umum, dan untuk mencapai kemenangan rezim otoriter di masa itu, mereka membutuhkan kerja sama dengan Korea Utara guna melahirkan “rekayasa skandal” yang kelak bisa dibereskan. Itu semua adalah latar politik yang perlahan terungkap dalam drama ini.
Tapi plot serial ini menampilkan tokoh yang saling mencintai meski sejak awal sudah terasa segalanya bisa berakhir tragis. Eun Yong-ro (diperankan Jisoo, yang dikenal sebagai salah satu anggota kelompok Blackpink) mahasiswa sastra Inggris Universitas Hosu, bertemu dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Im Soo-ho (Jung Hae-in). Pada episode awal itu pula terungkap bahwa Im Soo-ho yang tampan itu ternyata intel Korea Utara yang tengah ditugasi partai politik menyusup ke Seoul.
Maka kisah cinta—versi serial drama Korea terbatas pada saling memandang dan berciuman sekilas—itu ternyata justru menjadi sampiran. Dari seluruh drama itu, ternyata plot utamanya adalah kisah tiga intel Korea Utara, termasuk Im Soo-ho, menduduki dan menyandera puluhan isi asrama mahasiswa perempuan Universitas Hosu. Artinya, ya, Im Soo-Ho yang melelehkan hati penonton itu ternyata akan menyambar leher Eun Yong-ro dan meletakkan pistol di kening gadis cantik itu; gadis cantik yang pernah menyelamatkan dia dari buruan intel Korea Selatan.
Adegan dalam Snowdrop. Dok. JBTC
Tapi tentu saja Jo Hyun-tak dan Yoo Hyun-mi tidak menyajikan cerita sesederhana itu. Di setiap pojok asrama, dalam setiap sekumpulan mahasiswa yang menginginkan perubahan, di antara para pion dan penguasa, akan selalu lahir satu, dua, atau tiga orang yang membelok dari rencana semula alias pengkhianat. Dan dalam sebuah drama politik, mereka yang berkhianat atau “menyelip” keluar dari rencana selalu dibutuhkan bukan hanya untuk sebuah klimaks cerita, tapi karena dalam kehidupan para pengkhianat selalu tumbuh subur dan hidup di sekeliling kita.
Sutradara Jo Hyun-tak selalu menyiapkan tiga hal yang pasti dalam setiap episode. Pertama, pemerintah Korea Utara dan Korea Selatan di masa itu makin lama terlihat makin korup, serakah, dan mengerikan. Kedua, dalam setiap episode selalu ada pengkhianat baru, atau paling tidak ada seseorang yang terungkap identitasnya. Ringkasnya, hampir semua tokoh dalam serial ini memiliki dua identitas dan topeng yang menutupi identitas asli mereka. Ketiga, semua kejutan di setiap kelokan cerita betul-betul tak bisa diprediksi dan dapat diramu sebagai bagian cerita yang penting.
Romansa dalam serial ini—yang semula mungkin diharapkan banyak pencinta aktor Jung Hae-in—minim, tapi sebetulnya tetap memiliki benang merah tipis sepanjang 16 episode. Sebab, dalam beberapa titik, intel/penyandera/intel Korea Utara itu tentu saja lemah hati di hadapan gadis manis Eun Yong-ro (yang diperankan Jisoo dengan bagus). Keistimewaan serial ini adalah kemampuan mempertahankan ketegangan setiap episode, dan menyembunyikan identitas begitu banyak tokoh. Serangkaian gambaran komikal para pejabat tinggi yang serakah dan dungu hampir memasuki slapstick itu mungkin bermaksud satirikal, tapi bagi saya memecahkan segala ketegangan yang terbangun.
Jauh sebelum drama ini ditayangkan, kontroversi sudah merebak. Dari sinopsis yang beredar, serial ini dituduh menyimpangkan sejarah. Stasiun televisi yang menayangkan serial ini tentu saja segera membantah dengan menyatakan drama tersebut justru satirikal terhadap kedua rezim otoriter di masa itu. Tapi protes demi protes tetap muncul, di antaranya menyebutkan betapa para anggota keluarga mahasiswa prodemokrasi yang tewas merasa dilukai. Kritik utama mereka ada pada bagian tokoh Im Soo-ho sebagai agen Korea Utara yang disangka aktivis prodemokrasi. Bagian ini dianggap merendahkan perjuangan aktivis sesungguhnya karena di masa rezim lalu mahasiswa yang betul-betul turun ke jalan ditahan dan disiksa dengan tuduhan mereka agen Korea Utara.
Adegan dalam Snowdrop. Dok. JBTC
Kritik ini memang sah. Mengangkat cerita apa pun dengan latar belakang sejarah dalam serial atau film adalah dilema bagaimana meramu fakta dan fiksi, dan bagaimana karya yang sebetulnya sebuah fiksi itu tetap bisa dianggap sebagai kreasi, bukan dokumen sejarah. Sejauh apa seorang kreator bisa menggunakan lisensinya untuk berkisah dengan latar belakang sejarah? Pertanyaan ini selalu saja kembali terlontar pada karya-karya fiksi sejarah, baik film maupun serial.
Serial Snowdrop jelas mempunyai sikap kritis dan bahkan mengejek pemerintah diktator kedua negara, Korea Selatan dan Korea Utara. Kedua pemerintah sama-sama digambarkan sebagai villain, penjahat kemanusiaan. Namun beberapa tafsir dan penggambaran tokoh dalam serial ini seharusnya membutuhkan kepekaan yang lebih dalam.
Serial yang baru saja selesai ditayangkan ini kini tersedia di platform Disney+ Hotstar dan menjadi salah satu judul yang dicari penggemar drama politik. Dari sisi eksekusi dan kedalaman cerita, drama Snowdrop masih jauh di belakang beberapa film dan serial dengan tema mirip, seperti 1987: When the Day Comes (Jang Joon-hwan, 2017), A Taxi Driver (Jang Hoon, 2017), bahkan Youth of May (Moon Jun-ha, 2021).
Dok. JTBC
Snowdrop
Sutradara: Jo Hyun-tak
Penulis skenario: Yoo Hyun-mi
Pemain: Jung Hae-in, Jisoo, Yoo In-na
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo