SETIAP menghadiri pertunjukan La Boheme ciptaan komponis Italia
Giacomo Puccini (1858-1924), yang pertama menarik perhatian
adalah musiknya yang memukau. Bertebaran aria (bagian yang
biasanya merupakan pameran vokal red) yang begitu mengharukan
dan menghanyutkan, yang amat melodis dan ekspresif. Apalagi
ditamFilkan pada saat yang tepat di sepanJang ceritanya.
Suara vokal sepenuhnya mendapat kesempatan mengembangkan
keistimewaan keindahannya dan kekhasannya. Keanggunan suara
manusia dapat memancar penuh dalam aria yang hebat-hebat ini --
membuktikan kemungkinan adanya keistimewaan dan kesempurnaan
suara manusia sebagai alat ekspresi auditif yang tiada
bandingnya.
Opera La Boheme, sebagaimana opera Puccini yang lain seperti
Tosca, Manon, Madame Butterfly, telah menjadi amat populer dan
dijadikan repertoar tetap dari setiap perkumpulan opera yang
mempunyai nama.
La Bobee berdasarkan cerita kehidupan bobemien seniman di Kota
Paris kesengsaraan, kedinginan, rasa lapar. Cara hidup yang
tidak menghiraukan hari esok. Apabila ada yang mendapat sedikit
rezeki, segera akan mendapat sambutan meriah. Dan pesta pun
diselenggarakan beramai-ramai. Sering juga terdapat hubungan
persahabatan yang sejati. Dan bila suatu ketika cinta bersemi di
kalangan mereka, ada sikap saling menghargai yang mengharukan.
Pemain Amatir
Bahkan mereka tidak enggan berkorban di saat timbul keadaan yang
mencemaskan, seperti dalam La Boheme ini. Ketika Mimi, kekasih
Rodolfo, sakit keras, kawannya yang lain secara spontan menjual
barang-barangnya untuk membantu membeli obat dan keperluan yang
mendesak. Dan ketika Mimi ternyata toh tidak bisa tertolong dan
meninggal, sikap persahabatan dan kesetiaIawanan benar-benar
membesarkan hati.
Cerita yang mendasari opera La Boheme, diangkat dari karya Henri
Murger, sebenarnya bukan drama konflik kekuatan dan benturan
kepentingan yang saling konfrontasi. Tidak ada yang istimewa
hanya kejadian biasa yang bisa ditemukan di sekeliling kita
setiap hari. Tapi musik ciptaan Puccini yang mendukungnya,
membuatnya begitu dekat dan bcgitu indah mengharukan. Beberapa
tahun belakangan ini beberapa kedutaan asing mengusahakan
pertunjukan opera Barat di Jakarta. Dimulai oleh Kedubes Austria
dengan opera Fledermaus. Menyusul Kedubes Italia dengan
Barbieri di Seviglia ciptaan Rossini. Memang Kedubes Italia
tentunya tidak mau ketiggalan, karena merasa mewakili suatu
bangsa dan negara yang sejak zaman baheula dikenal sebagai
negara opera.
Para pengusaha Jerman Barat sempat pula mengisi Studio 5 RRI,
disaksikan penonton yang meluap, dengan sebuah operet karya
Franz Lehar berjudul (Inggris) The Merry Widow. Dan semuanya itu
dengan hara karcis yang cukup mahal untuk rata-rata orang
Indonesia.
Dengan La Bobeme, Kedubes Italia nampaknya hendak memecahkan
rekor. Dengan sebuah orkes yang intinya terdiri dari pemain
amatir dan dengan persiapan hanya sekitar 3 minggu, mereka dapat
menyiapkan pertunjukan.
Sudah tentu kita senang dapat menikmati suara penyanyi Italia
dari La Scala yang menakjubkan, yang amat jarang kita alami.
Tetapi haruslah disayangkan, mereka pada umumnya tidak mendapat
dukungan iringan musik yang mereka perlukan. Orkesnya sendiri
tentu tidak dapat disalahkan. Mereka telah berbuat sebisa
mereka. Richard Haskins, pimpinan musiknya (pimpinan paduan
suara Lembaga Indonesia-Amerika red) hampir tidak pernah bisa
membenahi detil. Ia hanya menyentuh garis besar dan
terus-menerus menjaga agar musik klop dengan nyanyian yang
sedang dibawakan. Ekspresi yang halus dan tajam, kemerduan bunyi
biola atau pun alat tiup tidak pernah bisa kita cicipi.
Tentu saja kita patut menghargai jerih payah ini, sambil
membayangkan cara kerja ngos-ngosan karena dikejar waktu. Dan
sudah tentu, setelah selesai semuanya, Kedubes Italia boleh
merasa telah berjasa membawa suatu karya besar ke tengah
masyarakat Indonesia.
Tapi saya kira semua kita tahu, bahwa musik bukanlah pekerjaan
buruburu, dengan hasil yang bisa dipetik dalam waktu singkat.
Diperlukan waktu untuk menyerap dan mengendapkan baik teknis
maupun artistik. Kita sangsi apakah tuan-tuan dan nyonya-nyonya
penyanyi dari La Scala juga turut bergembira dengan hasil di
Bali Room itu. Tetapi barangkali memang lak ada waktu lagi untuk
berlatih dengan cukup dan mantap. Di abad ke-2O ini agaknya
orang dituntut kerja cepat. Dan kalau perlu Puccini boleh di
.....
Binsar Sitompul
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini