Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Lari-lari di tempat

Di teater tertutup tim dipergelarkan paduan suara sekelompok orkes simponi ipmi. anggotanya terdiri dari osj (orkes simponi jakarta). pergelaran cukup panas. (ms)

10 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONDUKTOR juga pencipta lalu, FX Soetopo, adalah orang keras. 30 gustus yang lalu di Teater Tertutup TIM ia mati-matian mengangkat Overture (WA Mozart) bersama sekelompok pemain orkes simfoni dari Ikatan Penggemar Musik Jakarta (IPMJ). Pada nomor pertama mereka yang sebagian besar juga anggota Orkes Simfoni Jakarta (OSJ) masih harus terbanting-banting melayani repertoar yang cukup njlimet ini. Syukur. Soetopo kemudian bersikap keras dalam membawakan karya H. Wieniasky. Legenda. Di bagian tengah biola solo Nusyirwan Lesmana menukik dengan tajam. Menjelang akhir komposisi ini dipaksa menjerit jerit - ditutup dengan beberapa cekikan pada dawai biolanya yang terasa menggigit. FX Rusmin, bintang seriosa yang tangguh, mengambil posisi di sisi kiri Soetopo. Bertindak sebagai bariton solo ia membawakan karya GF Handel Ombra Mai Fu Arie dari Opera Serse. Rusmin membuktikan suaranya masih tetap berwibawa - melayang-layang di antara tangan-tangan Soetopo yang berayun kian ke mari. Meskipun sekelompok pemain biola 1 di sayap kanan nyaris terbirit-birit agak kecepatan. Babak pertama itu ditutup dengan flut solo Soeparno, membawakan karya Joseph Haydn - Konzerto fur Flute yang terdiri dari 3 bagian. Haleluya "Wah baru kali saya main tanpa general rehearsal. Habis tempatnya rebutan sama dramanya Putu... " kata Soetopo menggosok peluh dari lehernya di belakang panggung. Dikenal sebagai manusia "seenaknya," terakhir bersama IPMJ ia memimpin pergelaran di Lembaga Indonesia Amerika (LIA) 24 Peb. silam. Baru kali ini mereka tampil di depan publik terbuka. Jadi, menurutnya, "pergelaran kami malam ini sebagai pemanasan. Lari-lari di tempat dulu, sebelum pada Nopember depan kami bermain dengan kecepatan penuh." Serombongan penyanyi kemudian mengisi trap di belakang. Mereka terdiri dari 10 sopran, 10 alto, 8 tenor serta 9 bariton. Hampir semuanya adalah bintang-bintang radio seriosa masa lalu. Haleluja karya Handel yang cukup megah kemudian dipakai sebagai awal babak dua. Lalu Teater Tertutup tiba-tiba terasa amat sempit: FX Soetopo dan rekan-rekannya berhasil bermain dengan baik sekali. Juga solois Pranawengrum Katamsi yang muncul berikutnya untuk membawakan lagu Panis Angelicus karya Cesar Frank, berhasil menampilkan suara soprannya dengan indah. Sebagai komposisi Barat yang terakhir dipilih An Die Musik karya F.Schubert. Pada kesempatan inilah para pemain biola menunjukkan aksi, mempermainkan dawai instrumen bersahut-sahutan dengan lengking suara flut. Sesudah itu sayup-sayup terdengar suara Sutejo K membuka lagu rakyat Sulawesi yang bernama Ati Raja - aransemen Nicolai Varfolomejef. Liriknya yang terasa manis kemudian dipercayakan pada Pranawengrum kembali. Karya Jokolelono yang bernama Api Kemerdekaan sempat pula diperdengarkan lewat paduan suara yang diaransir oleh Soetopo sendiri. Lagu ini amat kompak. Boleh kata ia menjadi nomor emas dari 10 lagu yang diserakkan pada malam penampilan itu. Soetopo agaknya akan membawa angin segar ke pelataran TIM. Pada akhir acaranya, ia ternyata menunjukkan diri juga sebagai seorang komponis lewat komposisinya yang bernama Batu Nisan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus