Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Serial televisi Spanyol
Aksi intens dan konflik psikologis menjadi formula sukses
PERUBAHAN itu datang seperti gelombang besar. Para pemain La Casa de Papel mendadak punya banyak pengikut—bahkan hingga jutaan—di media sosial tak lama setelah serial itu tayang di Netflix dengan judul Money Heist. Jumpsuit merah mencolok yang biasa dipakai geng perampok Money Heist juga mulai dikenakan orang-orang di berbagai negara untuk karnaval dan pesta kostum. Begitu pun topeng Salvador Dali yang epik. Pesohor seperti pemain sepak bola Kylian Mbappé, Karim Benzema, dan Neymar Jr. mengenakannya. Topeng ikonik tersebut juga dikenakan demonstran dalam aksi menuntut hak-hak sosial dan demokrasi. Termasuk di Indonesia saat berlangsung demonstrasi 24 September lalu di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“La Casa de Papel adalah kisah tentang kegagalan, sebelum kemudian dibeli Netflix,” kata Jesús Colmenar, salah satu produser sekaligus sutradara serial televisi asal Spanyol itu. Ia mengatakan demikian karena, pada musim pertamanya, La Casa de Papel hanya ditonton sekitar 4,5 juta orang. Jumlah itu bahkan terus merosot sampai kemudian nyaris tinggal seperempatnya pada pengujung musim kedua. Ketika kemudian Netflix mengakuisisi tayangan ini, Colmenar tak berharap banyak. Terlebih tak ada promosi khusus untuk La Casa de Papel, yang tayang perdana pada 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah ditonton pemirsa Netflix, peringkatnya di situs film IMDB perlahan melejit hingga naik ke posisi kedua di bawah Stranger Things dalam kategori serial televisi paling populer. Bahkan kini Money Heist bertengger di klasemen teratas dengan rating 8,5. Rentetan fenomena itu menggugah Netflix untuk meminang produser Álex Pina agar mau membuat musim ketiga Money Heist. “Bisakah kalian merampok lagi?” Tawaran itu, seperti kita tahu, tak ditepis Pina.
Tekanan publik membuat Colmenar dan Pina menyepi berbulan-bulan dulu sebelum menggarap lagi Money Heist dengan sentuhan baru. Nyatanya, serial musim ketiga mereka yang tayang tahun lalu tetap meledak. Sekitar 34 juta orang di seluruh dunia menonton pada pekan pertama penayangannya. Demikian pula paket episode musim keempat yang dirilis pada 3 April lalu. Belum sebulan serial itu beredar, penggemar sudah sibuk membuat teori untuk episode musim berikutnya.
Film Money Heist produksi Netflix./imdb
Ketegangan yang intens, drama percintaan yang tak (terlalu) picisan, dan ikatan emosional di tengah komplotan perampok menjadi formula yang membuat Money Heist memikat. Serial ini berkisah tentang sekelompok perampok yang diotaki Sergio Marquina alias Professor (diperankan Álvaro Morte). Sosok jenius yang perfeksionis itu membawahkan orang-orang dengan berbagai keahlian beridentitas nama-nama kota: Tokyo, Nairobi, Lisbon, Denver, Rio, Berlin, Bogota, Stockholm, Manila, Marseille, dan lain-lain. Lisbon alias Raquel Murillo awalnya inspektur polisi yang memburu Tokyo dan kawan-kawan. Namun ia malah jatuh cinta kepada Professor dan membelot dari institusinya.
Pada dua musim awal, sekawanan perampok ini diceritakan membobol bank percetakan uang, Royal Mint of Spain. Sedangkan pada dua musim berikutnya mereka menguras emas dari brankas Bank Spanyol. Bagaimanapun, film dengan tokoh utama pelaku kriminal selalu menarik. Ini seperti yang kita rasakan saat menonton film Now You See Me (2013) dan sekuelnya (2016). Money Heist juga bisa menjungkirbalikkan logika kita. Kita sadar bahwa merampok uang negara—apa pun alasannya—adalah perbuatan ilegal. Namun, di sisi lain, kita ingin tokoh seperti Tokyo dan Professor sukses menjalankan misinya. Kita tak mau salah satu anggota kawanan itu mati, berharap mereka tak kalah dalam upaya perampokan.
Money Heist mengingatkan kita pada secuplik kisah Robin Hood. Bukan perkara uang yang dibagikan kepada rakyat jelata, melainkan soal keberpihakan kita. Hal ini disadari tim produksi Money Heist dengan memilih sosok Salvador Dali sebagai ikon mereka dalam aksi. Dali, terlepas dari ketenarannya sebagai perupa surealis, adalah sosok yang melawan kapitalisme. Dia menolak pemisahan kaya dan miskin, dan tergerak untuk memperjuangkan keadilan. Namun, sementara Robin Hood mencuri demi si miskin, Professor dan gengnya memporak-porandakan kas negara buat mereka sendiri.
Pilihan lagu Bella Ciao sebagai mars pengiring aksi Professor dan kawan-kawan juga menjadi semacam simbolisasi kepahlawanan mereka. Awalnya, Bella Ciao merupakan lagu yang mengiringi derap perlawanan terhadap fasisme di Italia pada 1922-1945. Lagu ini kemudian populer hingga ke luar Italia dan kerap digunakan demonstran dalam aksi menentang rezim. Penggunaan lagu itu juga menguatkan konsep klasik bahwa pahlawan adalah mereka yang berjuang untuk kepentingan orang banyak. Bahwa ia/mereka adalah pencuri seperti termaafkan karena yang dicuri adalah sesuatu yang dimiliki penguasa, yang kerap represif. Ini pula yang membuat aksi kawanan pimpinan Professor justru dielu-elukan.
Permainan batas antara tindakan bejat dan mulia ini ditambah dengan penguatan karakter di kubu perampok ataupun polisi. Akal sehat kita diusik oleh keberadaan tokoh aparat seperti Gandia (yang malah seperti jagal), Kolonel Tamayo, dan polisi berparas culas, Alicia Sierra. Di sisi lain, para perampok bertopeng Dali itu malah mengundang simpati. Ada Nairobi yang tengah sekarat, Lisbon yang ditawan aparat di bawah tangan, juga Rio yang disekap dan diminta polisi menggali kuburnya sendiri. Adapun Professor sebagai dalang perampokan malah sempat linglung lantaran mengira Lisbon tewas dalam baku tembak. Inilah yang menggiring keberpihakan kita dalam situasi yang disebut Tokyo (Úrsula Corberó) sebagai peperangan. “Harapan itu seperti domino. Sekali saja gagal, berikutnya pun akan begitu,” ujarnya.
Money Heist./imdb
Serial dengan alur maju-mundur ini menjerat kita tak hanya dengan permainan psikologis dan konspirasi, tapi juga dengan strategi perampokan yang penuh intrik dan darah. Sayangnya, pada musim keempat Money Heist, aksi baku tembak baru menajam pada episode-episode akhir. Selebihnya, pada episode awal, kita bergulat dengan ketegangan di ruang sandera dan perebutan kuasa di tubuh geng perampok. Konflik kudeta ini kembali menjadi peluru yang sempat mengendurkan kekuatan mereka. Selagi berjibaku menghadapi serangan polisi dari luar gedung bank, mereka masih harus bergelut dengan pertikaian antara Tokyo dan Palermo.
Tak lupa, bumbu urusan asmara yang sebenarnya tak rumit membuat rencana besar perampokan menjadi lebih kompleks. Saking rumitnya, lima menit akhir episode pamungkas Money Heist musim keempat ini membuat napas tersekat. Jalan keluar kembali berkabut, dan entah tipu daya apa lagi yang akan dilakukan Professor dan kelompoknya pada musim tayang berikutnya. Namun sepertinya lagu Bella Ciao akan lebih populer setelah musim keempat serial ini. Juga topeng Salvador Dali dengan tatapan matanya yang intimidatif itu.
ISMA SAVITRI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo