Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Lelaki Bertangan dan Berhati Besi

Sebuah film penting tentang upaya pembunuhan Reinhard Heydrich, algojo Hitler yang mengkonsepkan pembersihan etnis.

3 Juni 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Lelaki Bertangan dan Berhati Besi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dimulai dari beberapa montase seorang lelaki yang mempersiapkan diri dengan kemeja seragam militer, begitu pin Nazi disematkan dengan latar belakang suara pidato Hitler, kamera menyorot cermin yang menampilkan wajah Reinhard Heydrich. Dialah tangan kanan Hitler yang diberi julukan "Lelaki Berhati Besi".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam beberapa detik pertama, Heydrich yang ditakuti itu menaiki jip terbuka menyusuri Kota Praha. Tiba-tiba saja seorang pemuda menyeberang, lalu berhenti di tengah jalan. Dia membalikkan badan dan moncong senapannya diarahkan kepada Heydrich….

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Layar freeze, membeku, hingga akhirnya kita dilempar ke tahun 1929, ketika Heydrich masih berkarier di militer Jerman dan dipecat karena terlibat skandal perempuan. Pada saat itu pula, adalah kekasihnya-yang kemudian menjadi istrinya-Lina (Rosamund Pike), yang mendorong ide tentang nasionalisme dan fasisme serta Hitler kepadanya.

Perlahan, Heydrich memperlihatkan wajah sesungguhnya: dingin, keji, tanpa hati. Dengan mudah dia membangun konsep pembersihan etnis (Yahudi) yang semula dilakukan dengan menembak ratusan orang yang kemudian dibuang ke lubang. Dengan dingin pula dia membentuk tim yang mendata jumlah warga Eropa keturunan Yahudi, atau setengah Yahudi, atau menikah dengan Yahudi, yang semuanya kelak dimusnahkan dengan teknik baru: gas.

Heydrich menjadi nama yang paling ditakuti satu Benua Eropa, sementara Hitler yang girang memanggilnya dengan sebutan penuh kasih: Lelaki Berhati Besi. Para pembencinya, para aktivis resistansi, menyebutnya Algojo Praha.

Film karya Cedric Jimenez yang diangkat dari novel sejarah karya Laurent Binet ini direkam dengan rangkaian gambar yang bercerita, agak stylish, dan cantik. Pada satu titik, kita akan merasa betapa ironisnya cerita itu karena Jimenez menunjukkan romantisisme Heydrich dengan istrinya sehingga dia terlihat sebagai "manusia baik", sementara dalam adegan berikutnya kita melihat Heydrich dengan enteng menembaki sederetan warga Yahudi.

Jimenez membagi film ini menjadi dua bagian. Paruh pertama adalah tentang naiknya Heydrich ke pucuk pimpinan Nazi dan bagaimana dia membangun konsep pembersihan etnis yang dikenal dengan nama Final Solution (Holocaust), sementara paruh kedua adalah kisah para aktivis resistansi Cekoslowakia, Jozef Gabcik (Jack Reynor) dan Jan Kubis (Jack O'Connell), yang bekerja atas arahan pimpinan "Tiga Raja". Kedua aktivis ini ditugasi merencanakan pembunuhan terhadap Heydrich, yang kelak dalam sejarah dikenal sebagai Operation Anthropoid.

Jimenez memilih adegan awal film ini dengan sempurna: pertemuan Heydrich dengan Jozef Gabcik di tengah jalan besar di Praha.

Kita hanya sedikit sempat berkenalan dengan kehidupan pribadi Jozef Gabcik dan Jan Kubis, lalu secercah rapat-rapat kaum resistansi. Semua serba minim karena begitu banyak tugas strategis dan tokoh, sehingga paruh kedua tidak sekental paruh pertama. Cerita tidak berkembang lebih dalam, berbeda dengan penggarapan sosok algojo pada paruh pertama. Padahal sutradara Jimenez berkesempatan menggali sosok kedua aktivis agar penonton bisa memahami dan mendalami pengorbanan mereka.

Adapun tokoh Lina Heydrich, yang sebetulnya sangat potensial untuk dikembangkan, akhirnya menjadi agak mubazir. Rosamund Pike sebagai Lina dengan pandangan dinginnya itu semula tampil sebagai istri serupa Lady Macbeth yang mengguncang sang suami yang cengeng ketika dipecat. Namun, dengan melejitnya sang suami, Lina mendadak menjadi istri yang lemah, takut akan kesendirian, dan bahkan kita tak tahu lagi apa pandangannya tentang Hitler serta suaminya yang menjadi maniak pembunuh itu. Kemampuannya berpikir secara strategis dan politis menguap seketika.

Film ini memang bukan film perang biasa, melainkan film tentang situasi psikologis sosok-sosok yang berperan dalam Perang Dunia II.

Jimenez mengakhiri film ini dengan cerdas. Meski kenyataannya para aktivis resistansi harus berkorban, Jimenez memutuskan memberi sebuah adegan "tribute" kepada para pejuang anti-Nazi itu. Kita disuguhi adegan kilas balik ketika Jozef Gabcik dan Jan Kubis bertemu pertama kali di atas truk menuju Praha. Sebuah bagian dalam hidup mereka yang hangat, yang selalu diceritakan kepada kawan-kawan, yang menjadi pilihan bagi mereka yang menghargai kemanusiaan.

Leila S. Chudori


The Man With The Iron Heart

Sutradara:

Cedric Jimenez

Skenario:

David Farr, Audrey Diwan, Cedric Jimenez

Berdasarkan novel sejarah karya Laurent Binet

Produksi:

Legende Films

Pemain:

Jason Clarke, Rosamund Pike, Jack O'Connell, Jack Reynor, Mia Wasikowska, Stephen Graham, Celine Sallette, Gilles Lellouche

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus