Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Melayu, Bibit Ulangan

Sejak tegaknya musik pop, musik melayu deli lenyap perlahan-lahan. munculnya kaset yang dinyanyikan Said Effendy yang pernah tenar dengan lagu seroja, dapat membangkitkan selera musik melayu. (ms)

27 Januari 1979 | 00.00 WIB

Melayu, Bibit Ulangan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DALAM siaran ulang tahun TVRI tahun lalu, kita bertemu kembali dengan Said Effendy. Biduan lagu-lagu Melayu yang pernah dipuja terutama karena menyanyikan Seroja ciptaan Husein Bawafie. Juga seorang penulis lagu yang sudah menghasilkan sekitar 40 buah gubahan. Di antaranya Bahtera Laju, yang pernah menjadi simbul cinta para pemuda tahun 50-an. Sekarang, dengan iringan Orkes Melayu Pancaran Muda, muncul sebuah kaset dengan label 'Flower Sound' -- berisi 14 lagu, yang 10 buah dinyanyikan Effendy. Di antara yang 14 itu, 5 buah gubahan Effendy Lagu Rindu, Timang-timang, yang dahulu juga meraih sukses besar, Asmara Dewi, Potong Padi dan Hanya Nyanyian. Dari dalam suaranya yang berat, terpilih rasa intim yang sederhana. Lalu kita jadi teringat inilah musik Melayu yang pernah merayu kita -- yang sekarang seperti tak punya tempat lagi. Sejak Rakhmat Kartolo menyanyikan lagu Patah Hati, sejak tegaknya musik pop, Melayu lenyap perlahan-lahan. Kadang ia terasa muncul dalam lagu-lagu The Mercy's yang asal Medan itu. Tetapi langkahnya terdengar sayup: identitasnya yang ditandai gendang Melayu, kempul, bas, gitar, akordeon dan beberapa alat tiup, mulai bergeser ke arah warna dangdut -- yang oleh Effendy dinamakan Melayu tabla. Tabla adalah jenis alat musik yang berasal dari negeri martabak itu. Sekarang Effendy memaksa kita mengingat identitas Melayu kembali. Menarik medan di Effendy nongol kembali sudah lain. Di satu pihak, musik pop Indonesia sudah lebih jelas meng arah ke Barat -- meski ada usaha belakangan ini dari sementara anak muda untuk "mencari identitas" dengan menengok musik tradisionil. Di sisi lain musik dangdut menjadi bertambah ke India -- di samping terlihat juga usaha memasukkan warna Barat dalam aransemen. Lagu-lagu yang dikumpulkan dalam kaset ini jadinya merupakan bibit kembali. Kalau ia berhasil berdaun, mungkin masa kejayaan musik Sjaiful Bachri -- ingat lagu Semalam Di Malaysia, yang dulu juga tenar lewat tenggorokan Effendy, dan tidak disertakan dalam kaset ini -- akan mendapat tempat lagi, meskipun tentu tidak memenuhi seluruh ruangan. Bau Melayu dalam kaset ini masih keras, walaupun warnanya tidak persis seperti pada masa jaya Effendy dulu. Kita rasakan misalnya pukulan-pukulan dangdut dan irama pop yang mengajak ajojing. Suara sang penyanyi sendiri masih tetap berat, mempesona, dengan teknik dan penjiwaan yang baus. Liriknya, yang kendati merupakan bahasa Pujangga Baru, tidak membuat risi karena lagunya klop dengan watak kata-kata. Dalam lagu Timang-Timang misalnya, anda tahu ada bait seperti ini: Timang-timang anakku sayang/Buah hati ayahanda seorang/Jangan menangis dan jangan merajuk sayang/Tenanglah tenang dalam buaian. Anehnya lirik ini tidak terasa ketinggalan zaman. Banyak kemungkinan dalam musik kita sekarang. Selera yang berbeda saling hidup berda'mpingan. Sukses satu jenis musik tidak ditegakkan lagi di atas kehancuran jenis yang lain. Dalam hal ini Effendy orang yang tepat untuk membangkitkan kekuatan musik Melayu yang penuh rayuan, tetapi jauh lebih sederhana dari dangdut. Kemampuannya masih bisa diandalkan, walaupun enerjinya mungkin tidak seperti dulu. Lebih dari itu, bangkitnya satu warna dalam musik tentu bergantung pada pasaran selera -- yang memang bisa dipengaruhi. Putu Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus