Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Memahami Covarrubias

Museum Pasifika di Bali menyuguhkan karya-karya Miguel Covarrubias. Seniman Meksiko yang mengenalkan Bali kepada dunia.

11 November 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak awal Oktober 2013 sampai akhir Januari 2014, Museum Pasifika di BTDC Area Blok P, Nusa Dua, Bali, menggelar secara spesial karya-karya Miguel Covarrubias. Sejarah kebudayaan mencatat, Covarrubias adalah manusia yang paling berjasa dalam memperkenalkan Bali kepada dunia, lewat buku Island of Bali. Melalui buku terbitan 1937 tersebut, Bali memang jadi dipahami segenap bangsa Eropa dan orang Amerika. Dari sana lantas muncul ungkapan magis: "Kunjungi Bali sebelum engkau mati"—sebuah tagline yang terus menstimulasi warga dunia mengunjungi Bali tanpa henti, sampai kini.

Menyimak pilihan waktu Oktober sebagai pembukaan pergelaran, dan mencermati peran Covarrubias, bisa diraba pameran ini berhubungan dengan dua peristiwa besar yang terjadi pekan-pekan lalu, yakni Pemilihan Miss World dan Konferensi APEC—yang juga digelar di kawasan Nusa Dua. Maka penghadiran Covarrubias selayak kitab referensi ihwal lintas budaya bagi publik internasional, seperti delegasi Miss World dan APEC. Setelah para tamu khusus itu pulang, pameran yang direalisasi Museum Pasifika dan Mexico-Gobierno de la Republica ini terbuka selebar-lebarnya untuk siapa saja.

Melihat pameran ini memang selayak membuka lembar-lembar kehidupan Covarrubias di Pulau Dewata. Jajaran foto hitam-putih yang terekspos bagus menjadi fakta visual yang membikin penonton masuk ke masa lalu. Pemaktuban pernyataan-pernyataan Covarrubias dalam wall text muncul sebagai koridor yang menuntun penonton ke perspektif pikirannya sebagai budayawan peneliti. Sedangkan pemajangan puluhan lukisan dan sketsanya memberikan hiburan mata yang sangat menyenangkan. Maklum, sketsa dan lukisan Covarrubias disarati estetisme. Warna-warna pastel senantiasa dikomposisikan dalam harmoni tanpa cela, lewat bentuk-bentuk yang kebanyakan elongated.

Miguel Covarrubias (1904-1957) datang ke Bali pada 1930, atas sponsor Guggenheim Fellowship. Ia ditugasi meneliti dan menuliskan kebudayaan Bali. Lantaran memiliki keterampilan melukis, ia diminta sekalian mengilustrasikannya. Apa yang dihasilkan Covarrubias melebihi target yang diangankan sponsornya. Sepulang dari Bali, ia tak hanya membawa hasil penelitian tekstual, tapi juga sketsa, drawing, dan lukisan dalam berbagai medium.

Sepulang dari Bali, apalagi setelah Island of Bali terbit, Covarrubias terjunjung sangat tinggi. Ia diangkat sebagai profesor di perguruan tinggi antropologi di Kota Meksiko. Keterampilannya membuat ilustrasi dipakai di banyak buku dan media massa. Reproduksi lukisannya dijadikan ilustrasi di media cetak internasional New Yorker, Vogue, sampai Vanity Fair. Selanjutnya, dunia tahu, lukisan Covarrubias pada pengujung abad ke-20 diperebutkan kolektor dalam harga ratusan ribu dolar.

Tak bisa disangkal, Covarrubias merupakan ilmuwan pertama yang mengangkat kebudayaan dan kesenian Bali ke pembicaraan internasional. Lebih spesifik, Island of Bali menjadi referensi utama yang membawa pelukis sejagat datang ke Bali dan selanjutnya tinggal di Bali. Antonio Blanco dan Han Snel adalah di antaranya.

Mencermati kedalaman pemahamannya atas anatomi budaya Bali, pameran pun berusaha tampil sistematis. Jajaran seni visual dan aneka dokumen lantas dibelah dalam beberapa bagian. Di setiap bagian tertera kutipan yang diambil dari bukunya. Untuk bagian "Ritual dan Perayaan", Covarrubias menulis: "Ngaben atau pembakaran mayat adalah suatu peristiwa yang harus dipenuhi oleh rasa sukacita. Bukan dengan kesedihan! Karena ngaben merupakan manifestasi telah dipe­nuhinya kewajiban paling suci: membebaskan roh orang yang meninggal, agar mereka dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi, dan menjelma menjadi makhluk yang lebih baik."

Pada bagian "Sawah, Pekerjaan, dan Kekayaan", ia menulis: "Menurut legenda, pada awalnya orang Bali hanya mengkonsumsi air tebu sebagai makanan pokok. Karena kasihnya kepada umat manusia, Dewa Wisnu muncul ke bumi dengan cara menyamar, untuk memberi makanan yang lebih baik. Ia memaksa Ibu Pertiwi untuk membuahi, sehingga menghasilkan beras."

Pada sisi "Seni Teater Bali", Covarrubias mencatat: "Di Bali, sebuah perayaan tidaklah lengkap tanpa adanya pertunjukan musik, tari, dan teater. Seni tari Bali merupakan sebuah pertunjukan yang menghibur. Namun ekspresi bahasa tubuh dalam tarian itu berhubungan dengan ritual magis."

Pameran berjuluk "Miguel Covarrubias and Bali" ini penting ditonton masyarakat budaya dan seni Indonesia dari segala sektor dan lapisan. Pada muaranya, pameran ini juga sangat berguna untuk pengetahuan para pengelola pariwisata Indonesia, yang harus diakui (dengan rasa malu) tidak tahu siapa Covarrubias. Sedangkan para budayawan, seniman, dan pemandu wisata internasional sudah sejak dulu fasih menyebut nama Miguel Covarrubias.

Agus Dermawan T., pengamat seni budaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus