Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di beberapa kampus ternama di Indonesia seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada (UGM), lagu ini yang menjadi sakral dinyanyikan dalam rangkaian acara-acara formal di perguruan tinggi. Lagu tersebut memiliki makna yang dalam dan mengandung pesan berharga bagi Mahasiswa. Lagu apakah itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari laman Universitas Indonesia, lagu De Brevitate Vitae memiliki arti “Dalam Singkatnya Kehidupan”. Lagu yang juga dikenal dengan judul Gaudeamus igitur ini adalah lagu berbahasa Latin yang merupakan lagu komersium akademik dan sering dinyanyikan di berbagai negara Eropa. Di negara-negara Barat, lagu ini kerap dinyanyikan sebagai anthem dalam upacara kelulusan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Indonesia, beberapa kampus top telah menggunakan lagu ini sebagai bagian dalam agenda resminya, antara lain saat wisuda mahasiswa. Sejumlah kampus tersebut seperti Universitas Indonesia (UI) di Jakarta, Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta, Universitas Hasanuddin di Makassar, Institut Pemerintahan Dalam Negeri di Sumedang dan Universitas Bina Nusantara di Jakarta.
Ada beberapa juga yang tidak menyertakan lagu ini karena beberapa alasan yang salah kaprah, salah satunya karena mereka beranggapan lagu gaudemus sangat bernuansa hedonis, yang padahal tidak demikian. Hal ini mungkin akibat kurangnya pengetahuan para penerjemah lagu latin dan juga kurangnya pengetahuan atas sejarah lagu gaudemus yang merupakan lagu perjuangan para mahasiswa di Jerman.
Baca: Nyanyian untuk Sang Maha Guru
Lirik dan Terjemahan Lagu Gaudeamus igitur
Sebagaimana dilansir dari laman staff.blog.ui.ac.id, lagu Gaudeamus igitur atau yang memiliki arti “Karenanya marilah kita bergembira” memang memiliki makna yang dalam dan layak diresapi artinya dalam kegiatan-kegiatan akademik di Universitas. Maka tak heran jika lagu ini cocok digunakan dalam agenda penting kampus ternama.
Berikut lirik dari Gaudeamus igitur:
Gaudeamus igitur, iuvenes dum sumus
Gaudeamus igitur, iuvenes dum sumus
Post iucundam iuventutem
Post molestam senectutem
Nos habebit humus, Nos habebit humus
Vivat academia, Vivant professores
Vivat academia, Vivant professores
Vivat membrum quodlibet
Vivant membra quaelibet
Vivat senatores, Vivat senatores
Kemudian, terjemahan atau makna dari lagu tersebut adalah sebagai berikut:
Mari kita bergembira, selagi masih muda
Mari kita bergembira, selagi masih muda
Setelah masa muda yang penuh keceriaan
Setelah usia tua yang penuh kesukaran
Tanah akan menguasai kita
Hidup kampusku, Hidup para profesor
Hidup kampusku, Hidup para profesor
Hidup setiap anggota
Hidup seluruh anggota
Hidup para senat, Hidup para senat
Biasanya, lagu ini dimainkan untuk mengiringi kehadiran jajaran pimpinan Universitas, Majelis Wali Amanat, Dewan Guru Besar dan Senat Akademik dalam upacara penerimaan mahasiswa baru maupun upacara wisuda. Di samping penggunaan hymne atau mars universitas tersebut.
Pesan Moral dalam Gaudeamus Igitur
Bila menengok liriknya, lagu ini bukanlah sebuah ajakan untuk hidup dalam hedonisme seperti yang sering dituduhkan, hal ini dapat dilihat dari bait kedua dari stanza ini yang secara tersurat dan tersirat berisi pengakuan akan keberadaan alam lain setelah kematian yaitu surga dan neraka
Lagu De Brevitate Vitae ini dikenal dengan sebutan “Gaudeamus igitur” atau “Gaudeamus” yang merupakan kata pembuka dari lagu ini. Di Britania Raya, lagu ini juga dikenal sebagai The Gaudie.
Melodi lagu ini terinspirasi oleh lagu abad pertengahan, bishop of Bologna karya Strada. Pada zaman dahulu, Gaudeamus ini menjadi lagu perjuangan kebebasan akademi di Jerman.
Lirik lagu ini mencerminkan rasa semangat para pelajar yang tetap ada walaupun dengan pengetahuan bahwa pada suatu hari nanti mereka semua akan mati. Makna tersebut sebagaimana dirangkum dalam bait pertama pada baris keempat.
Kemudian, jiwa lagu ini lebih diperjelas lagi pada isi bait ketiga, yang mengandung arti kesadaran akan dekatnya kematian dengan kehidupan manusia di bumi ini.
DANAR TRIVASYA FIKRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.