KE-2 kribo pribumi yang suka ngamuk di panggung itu, sudah
menyerah kepada perusahaan kaset dengan label "Irama Tara" .
Baik Achmad Albar, maupun Ucok Harahap, rupa-rupanya tak mungkin
lagi setia sampai mati kepada irama musik ganas yang pernah
dianut. Bahkan Ucok yang bertampang serem itu berkata: "
Kelompok musik rock itu hanya ada kalau di panggung. Kalau sudah
rekaman kita nggak bisa menyebut diri kelompok rock. Coba lihat
hasil rekaman: Giant Step, SAS, Superkid ataupun God Bless.
Sebab kalau mau 100 persen rock, nggak bakal diterima cukong".
Oma Irama
Tak kurang dari 8 buah lagu enteng-entengan telah dikerjakan
oleh Ucok dan Albar dalam kerjasama mereka yang pertama ini.
Semuanya hampir tak membayangkan sama sekali warna musik yang
pernah dikerjakan Albar dengan God Bless maupun Ucok dengan
AKA-nya. Lagu-lagunya gampang, lancar dan liriknya terasa datang
dari sesuatu yang kosong. Barangkali penulisan lagu-lagu
tersebut lebih merupakan kerja terbatas dengan sedikit
inspirasi, untuk menunjang ide komersiil seorang cukong:
mengawinkan sepasang kribo yang masing-masing telah punya nama
beken.
Dua kribo ini menjadi genit dan manis, meskipun mereka telah
mencoba memasukkan unsur-unsur sabetan Rolling Stones, Grank
Funk dan Elton John Lagu-lagu buah tangan Albar bersama lan
Antono tersebut terutama tidak sempat dilontarkan dengan
totalitas yang semestinya, pada hal judulnya cukup serem.
Misalnya saja: Neraka Jahanam. Sedangkan dalam lagu Wadam yang
sempat disinggung hanya segi luar kehidupan kaum yang unik itu.
Padahal dari orang-orang seperti Albar dan Ucok dengan materi
suara yang mereka miliki, juga dengan kemampuan mereka sebagai
musisi, seharusnya sudut-sudut kehidupan tersebut dapat digali
dengan lebih menarik. Coba longok di fihak lain lagu-lagu dang
dut pada masa ini, sebagaimana yang datang dari tangan Oma
Irama. Di samping kesentimentilan, masih dapat lebih jauh
direngkuh hal-hal tragis dalam kehidupan. Sayang sekali Albar
dan Ucok hanya lenggang-lenggang kangkung, untuk keperluan
ajojing dalam sebuah diskotik - kendati lagu seperti Rahmat dan
Cinta cukup serius dan kaya untuk gebrakan mereka yang pertama
ini. Soalnya mungkin lirik-lirik hanya kata-kata potongan saja,
tanpa melihat temperamen lagu. Sehingga lagu dan lirik tak
saling mendukung. Pada lagu Kami Datang, sesuatu yang sendu,
serius dan haru menjadi asing karena liriknya mempropagandakan
kegembiraan. Aneh 'kan?
Musik yang dijaga oleh Teddy pada drum, lan Antono pada gitar,
Yongky pada key board, Mamat pada bas, Ucok dan Albar pada
perkusi, cukup kompak, meskipun kelihatannya ditahan-tahan
-supaya tidak menghilangkan kadar manis. Kadangkala kita merasa
mendengarkan Deep Purple, kadangkala Genesis atau juga Rick
Wakeman. "Pengaruh bagaimana pun tetap ada, sebab tun itu cuma
8", kata Albar mengaku terus terang. "Rekaman ini memang
direncanakan keluar dengan beat yang easy listening, datar dan
gampang diterima. Beda dengan God Bless. Sebab kita nggak bikin
break-break yang mengutamakan mutu. Kita bikin yang mudah
ditangkap dulu". Selanjutnya ia mendongeng bahwa dia pribadi
sebenarnya lebih suka muncul dalam rekaman solo. Tapi lacur,
cukong menghendaki lain. Bahkan pernah diniatkan untuk
menurunkan trio kribo, dengan Melky Goeslaw sebagai orang
ketiga. "Anggap saja ini untuk mencari kesibukan, di samping
juga cari duit. Itu saya akui".
Penonton Yang Salah
"Dengan hasil rekaman ini ingin kami tunjukkan, sebetulnya kami
tidak bermusuhan", tukas Ucok. "Juga di antara pemain musik
lain, permusuhan tidak ada. Lewat rekaman ini saya menghasilkan
sesuatu yang baru". Ucapan ini memang sedikit menghapuskan kesan
sengketa antara dua kribo seperti yang dahulu peMah
dipublikasikan dalam sebuah media. Waktu itu disebutkan bahwa
penabuh-penabuh musik rock ini punya perbedaan aliran yang
keras. Tapi soal yang kedua, bahwa rekaman ini membuat sesuatu
yang baru, ternyata tidak lebih dari cipoa. Baik Ucok maupun
Albar tidak menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya -
terutama dalam segi vokal. Kendatipun pasaran kaset di Surabaya
dan Malang mengelu-ngelukan kaset ini dengan lumayan, toh kerja
yang hanya 15 hari ini bukan tonggak yang kukuh untuk
mempertahankan perkawinan si dua kribo. Suara Albar tetap
dominan. Sama sekali tidak terasa kesan saling isi mengisi yang
dicapai baru taraf menyuguhkan duet yang kompak. Sudah wajar:
keduanya memang punya bakat menyanyi yang baik. Padahal
penggabungan ini sesungguhnya bisa menghasilkan rekaman yang
bagus andaikan musik soul yang menjadi kecenderungan Ucok
benar-benar dikawinkan dengan rock murni dari Albar.
"Di Indonesia nggak mungkin akan tampil kelompok rock yang punya
temperamen sendiri. Sebab kerja mereka hanya mengambil alih
aliran rock Barat", jawab Ucok. "Kelompok rock yang punya nama,
adalah kelompok yang bisa membawakan dengan persis lagu-lagu Led
Zeppelin, Grand Funk, atau lainnya - menurut penonton. Jadi yang
salah itu penonton, jelas", kata Ucok selanjutnya. Ucapan ini
tentunya sudah terlalu jauh, sebab rekaman musik macam Harry
Roesli diterima dengan baik sekarang. Albar sendiri tidak punya
komentar apa-apa, meskipun jelas dia tidak begitu pesimis.
"Kalau turun ke panggung, saya harus tetap bersama God Bless",
kata Albar. "Saya akan tolak turun ke pangoung sama-sama. Ucok
saya rasa juga tidak mau. Integritas dan identitas pada grup
yang menyebabkan hal tersebut ti dak mungkin".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini