Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Menjinakkan 2 kribo

Achmad albar dan ucok harahap rekaman bersama di irama tara. lagu-lagunya gampang, lancar, liriknya kosong. kalau 100% rock, tak bakal diterima perusahaan rekaman. ada niatan untuk merekam trio kribo.

26 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KE-2 kribo pribumi yang suka ngamuk di panggung itu, sudah menyerah kepada perusahaan kaset dengan label "Irama Tara" . Baik Achmad Albar, maupun Ucok Harahap, rupa-rupanya tak mungkin lagi setia sampai mati kepada irama musik ganas yang pernah dianut. Bahkan Ucok yang bertampang serem itu berkata: " Kelompok musik rock itu hanya ada kalau di panggung. Kalau sudah rekaman kita nggak bisa menyebut diri kelompok rock. Coba lihat hasil rekaman: Giant Step, SAS, Superkid ataupun God Bless. Sebab kalau mau 100 persen rock, nggak bakal diterima cukong". Oma Irama Tak kurang dari 8 buah lagu enteng-entengan telah dikerjakan oleh Ucok dan Albar dalam kerjasama mereka yang pertama ini. Semuanya hampir tak membayangkan sama sekali warna musik yang pernah dikerjakan Albar dengan God Bless maupun Ucok dengan AKA-nya. Lagu-lagunya gampang, lancar dan liriknya terasa datang dari sesuatu yang kosong. Barangkali penulisan lagu-lagu tersebut lebih merupakan kerja terbatas dengan sedikit inspirasi, untuk menunjang ide komersiil seorang cukong: mengawinkan sepasang kribo yang masing-masing telah punya nama beken. Dua kribo ini menjadi genit dan manis, meskipun mereka telah mencoba memasukkan unsur-unsur sabetan Rolling Stones, Grank Funk dan Elton John Lagu-lagu buah tangan Albar bersama lan Antono tersebut terutama tidak sempat dilontarkan dengan totalitas yang semestinya, pada hal judulnya cukup serem. Misalnya saja: Neraka Jahanam. Sedangkan dalam lagu Wadam yang sempat disinggung hanya segi luar kehidupan kaum yang unik itu. Padahal dari orang-orang seperti Albar dan Ucok dengan materi suara yang mereka miliki, juga dengan kemampuan mereka sebagai musisi, seharusnya sudut-sudut kehidupan tersebut dapat digali dengan lebih menarik. Coba longok di fihak lain lagu-lagu dang dut pada masa ini, sebagaimana yang datang dari tangan Oma Irama. Di samping kesentimentilan, masih dapat lebih jauh direngkuh hal-hal tragis dalam kehidupan. Sayang sekali Albar dan Ucok hanya lenggang-lenggang kangkung, untuk keperluan ajojing dalam sebuah diskotik - kendati lagu seperti Rahmat dan Cinta cukup serius dan kaya untuk gebrakan mereka yang pertama ini. Soalnya mungkin lirik-lirik hanya kata-kata potongan saja, tanpa melihat temperamen lagu. Sehingga lagu dan lirik tak saling mendukung. Pada lagu Kami Datang, sesuatu yang sendu, serius dan haru menjadi asing karena liriknya mempropagandakan kegembiraan. Aneh 'kan? Musik yang dijaga oleh Teddy pada drum, lan Antono pada gitar, Yongky pada key board, Mamat pada bas, Ucok dan Albar pada perkusi, cukup kompak, meskipun kelihatannya ditahan-tahan -supaya tidak menghilangkan kadar manis. Kadangkala kita merasa mendengarkan Deep Purple, kadangkala Genesis atau juga Rick Wakeman. "Pengaruh bagaimana pun tetap ada, sebab tun itu cuma 8", kata Albar mengaku terus terang. "Rekaman ini memang direncanakan keluar dengan beat yang easy listening, datar dan gampang diterima. Beda dengan God Bless. Sebab kita nggak bikin break-break yang mengutamakan mutu. Kita bikin yang mudah ditangkap dulu". Selanjutnya ia mendongeng bahwa dia pribadi sebenarnya lebih suka muncul dalam rekaman solo. Tapi lacur, cukong menghendaki lain. Bahkan pernah diniatkan untuk menurunkan trio kribo, dengan Melky Goeslaw sebagai orang ketiga. "Anggap saja ini untuk mencari kesibukan, di samping juga cari duit. Itu saya akui". Penonton Yang Salah "Dengan hasil rekaman ini ingin kami tunjukkan, sebetulnya kami tidak bermusuhan", tukas Ucok. "Juga di antara pemain musik lain, permusuhan tidak ada. Lewat rekaman ini saya menghasilkan sesuatu yang baru". Ucapan ini memang sedikit menghapuskan kesan sengketa antara dua kribo seperti yang dahulu peMah dipublikasikan dalam sebuah media. Waktu itu disebutkan bahwa penabuh-penabuh musik rock ini punya perbedaan aliran yang keras. Tapi soal yang kedua, bahwa rekaman ini membuat sesuatu yang baru, ternyata tidak lebih dari cipoa. Baik Ucok maupun Albar tidak menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya - terutama dalam segi vokal. Kendatipun pasaran kaset di Surabaya dan Malang mengelu-ngelukan kaset ini dengan lumayan, toh kerja yang hanya 15 hari ini bukan tonggak yang kukuh untuk mempertahankan perkawinan si dua kribo. Suara Albar tetap dominan. Sama sekali tidak terasa kesan saling isi mengisi yang dicapai baru taraf menyuguhkan duet yang kompak. Sudah wajar: keduanya memang punya bakat menyanyi yang baik. Padahal penggabungan ini sesungguhnya bisa menghasilkan rekaman yang bagus andaikan musik soul yang menjadi kecenderungan Ucok benar-benar dikawinkan dengan rock murni dari Albar. "Di Indonesia nggak mungkin akan tampil kelompok rock yang punya temperamen sendiri. Sebab kerja mereka hanya mengambil alih aliran rock Barat", jawab Ucok. "Kelompok rock yang punya nama, adalah kelompok yang bisa membawakan dengan persis lagu-lagu Led Zeppelin, Grand Funk, atau lainnya - menurut penonton. Jadi yang salah itu penonton, jelas", kata Ucok selanjutnya. Ucapan ini tentunya sudah terlalu jauh, sebab rekaman musik macam Harry Roesli diterima dengan baik sekarang. Albar sendiri tidak punya komentar apa-apa, meskipun jelas dia tidak begitu pesimis. "Kalau turun ke panggung, saya harus tetap bersama God Bless", kata Albar. "Saya akan tolak turun ke pangoung sama-sama. Ucok saya rasa juga tidak mau. Integritas dan identitas pada grup yang menyebabkan hal tersebut ti dak mungkin".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus