Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Menteri Kebudayaan: Lee Man Fong, Pelukis yang Disukai Bung Karno

Cerita pelukis Lee Man Fong yang membuat Presiden Soekarno terpukau dengan goresan kuasnya.

15 Februari 2025 | 10.02 WIB

Lukisan Lee Man Fong yang dipamerkan di Museum Nasional Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat,  10 Februari 2025. TEMPO/Ihsan Reliubun
Perbesar
Lukisan Lee Man Fong yang dipamerkan di Museum Nasional Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat, 10 Februari 2025. TEMPO/Ihsan Reliubun

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan pameran bertajuk Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara di Museum Nasional, Jakarta menampilkan karya pelukis besar yang disukai Presiden Soekarno. "Kalau di sini ruang pameran dari koleksi karya seorang pelukis besar, Lee Man Fong. Ini pelukis yang disukai oleh Bung Karno dan bahkan ikut menjadi editor dari lima buku volume koleksi Bung Karno," kata Fadli kepada wartawan, Senin malam, 10 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Yang dimaksud Fadli, buku-buku itu adalah Lukisan-lukisan dan Patung-patung Presiden Soekarno bersampul hitam. Editor buku itu Lee Man Fong, pelukis Istana Negara kala itu. Buku ini dicetak pertama kali di Jepang, pada 1964 dengan ukuran 40 x 30 sentimeter.

Mengenal Lukisan Karya Lee Man Fong

Adapun lukisan Lee Man Fong didominasi warna cokelat dan kuning emas. Ia dibingkai dalam pigura berukuran 103 x 50 sentimeter. Delapan lukisan ini terdiri dari gambar dua kelinci, dua bangau, dua kakatua, singa, dua merpati, dua bebek, dan dua anjing.

Fadli tidak mendetailkan pemilik koleksi lukisan Lee Man Fong ini. Dia hanya menjelaskan bahwa pameran akulturasi atau percampuran budaya Tionghoa dan Nusantara disediakan itu sejumlah kolektor. "Dipinjamkan dari beberapa kolektor," kata dia.

Berdasarkan penjelasan di ruang pameran, Man Fong dilahirkan di Guangzhou, Tiongkok, 14 November 1913. Dari Tiongkok ia pindah ke Singapura. Terakhir ia bermukim Indonesia. "Namun sejauh-jauh menjejak negeri lain, ia masih berstatus warga negara Tiongkok," dikutip dari penjelasan di ruang pameran. Ia meninggal di Puncak, Jawa Barat, pada 3 April 1988.

Pameran akulturasi budaya Tionghoa itu akan berlangsung selama tiga bulan ini, sejak dibuka 11 Februari 2025, menghadirkan sejumlah lukisan Lee Man Fong bertema satwa, yang menjadi salah satu tema favorit dalam kariernya sebagai pelukis. Lukisan itu bermedium cat minyak di atas hardboard atau bahan komposit serat kayu.

Tema satwa selalu muncul dalam lukisan Man Fong lantaran dipacu oleh oleh dorongan banyak orang agar dirinya melukis cap ji shio atau dua belas satwa yang mewakili tahun kelahiran. "Cap ji shio dalam astrologi Tiongkok dipercaya mengisyaratkan perjalanan nasib seseorang," dikutip dari buku Melipat Air: Jurus Budaya Pendekar Tionghoa, Lee Man Fong, Siaw Tik Kwie, Lim Wasim karya Agus Dermawan T.

Dalam buku itu, Man Fong menggambarkan satwa shio itu secara realistik, teknik, dan gaya yang dihadirkan adalah gabungan chinese-western art. Sementara setting lingkungan dan alam yang disuguhkan umumnya beraroma Tiongkok dan Indonesia.

Alasan Pameran Digelar di Museum Nasional Indonesia

Isi pameran ini berasal dari koleksi yang dipinjamkan dari Museum Benteng Heritage di Tangerang dan dari Museum Nasinal Indonesia sendiri. Bukan tanpa sebab memamerkan budaya Tionghoa di Nusantara ini edi Museum Nasional Indonesia. Tentu saja bukan di tempat ramah seperti di mal yang mudah diakses banyak orang,  "Di museum sekarang makin banyak anak muda yang datang," ujar Fadli.

Fadli Zon mengatakan pameran ini menampilkan berbagai aspek akulturasi budaya Tionghoa dan Nusantara. Ada benda peninggalan terdahulu hingga ekspresi budaya kontemporer. "Kami merayakan ini sebagai peringatan Imlek dan Cap Go Meh," ucap dia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus