Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mereka yang Menentang

4 Oktober 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak Rabu pekan lalu, mereka yang melangkah masuk GoetheHaus harus diperiksa isi tasnya, menyerahkan kartu tanda penduduk, dan mengisi buku tamu dengan jelas. Pemeriksaan yang ketat ini adalah reaksi atas protes yang ditujukan kepada Festival Film Q yang diselenggarakan, antara lain, di GoetheHaus.

Sejak lahir pada 2002, Festival Film Q tak terlalu diguncang protes yang berkepanjangan. "Memang, pada 2002 dan 2003, kami pernah didatangi juga oleh pihak FPI (Front Pembela Islam), tapi kami berdialog baik baik," kata John Badalu, Direktur Festival Film Q. Tampaknya, tahun ini, terhadap festival yang berlangsung sejak Jumat, 24 September, hingga hari Minggu kemarin itu, protes yang dilontarkan lebih keras.

Selasa pekan lalu, FPI menyatakan menentang festival ini dan, "meminta kegiatan mempromosikan kehidupan seks bebas, seks menyimpang, homoseksualitas, dan lesbian agar segera dihentikan," kata Ketua FPI DKI Jakarta Habib Salim Umar Alattas. Setelah mendatangi Pusat Kebudayaan Prancis, GoetheHaus, Erasmus Huis, dan beberapa tempat pemutaran lainnya, FPI menyampaikan surat protes tersebut kepada pihak penyelenggara.

Keesokan harinya, sekitar 50 mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi GoetheHaus dan menyampaikan orasi yang isinya menganggap film yang ditayangkan festival itu sarat pelanggaran moral dan agama.

Protes ini tentu saja membuat masyarakat jengkel dan bertebaranlah komentar di media sosial, seperti Facebook dan Twitter, yang mendukung festival tersebut, justru karena tahu betul film film yang ditayangkan adalah film kesenian yang tidak menampilkan pornografi.

"Saya tak mengerti kenapa harus protes terhadap festival film ini. Ini negara merdeka, dan festival ini tidak hanya bertema film gay dan lesbian, tapi juga perayaan terhadap kebebasan memilih, berkesenian, dan berekspresi," kata aktris dan sutradara Lola Amaria.

"Kalangan muda dan reformis sepatutnya tetap mendukung kebebasan memperoleh informasi melalui sebuah festival film, demi kesetaraan. Festival Film Q harus tetap diadakan," kata sutradara Riri Riza kepada Tempo.

Terlepas dari dukungan dan kecaman, John Badalu mengaku memang ada sebagian tempat, seperti Japan Foundation, Apollo Bar, dan Galeri Cemara, yang mengundurkan diri sebagai tempat pemutaran film. Sedangkan GoetheHaus, CCF, Erasmus Huis, dan Kineforum Taman Ismail Marzuki masih tetap memutar film film festival itu.

Tudingan pornografi? "Sama sekali tidak. Bahkan banyak film yang sama sekali tak memperlihatkan kontak fisik. Kebanyakan film yang ditayangkan sangat halus penyajian cerita dan persoalannya," kata John. Dia juga menunjuk bahwa banyak film bertema politik dan sosial yang ditayangkan karena festival film ini adalah soal orang orang marginal, yang terpinggirkan. John menekankan bahwa festival ini juga diadakan terbatas untuk mereka yang diundang dan anggota Q Munity. "Jadi ini festival yang tidak terbuka untuk yang tak diundang."

Dari GoetheHaus, asisten bagian program budaya Goethe Institut, Dinyah Latuconsina, menyatakan bahwa setelah protes itu mereka tetap menyerahkan keputusan kepada pihak penyelenggara, yaitu Yayasan Q Munity Kesetaraan Indonesia.

Yayasan Q Munity segera memberikan jawaban tertulis yang menyatakan festival akan tetap berlangsung karena, "Festival ini adalah bagian dari tawaran kami kepada publik untuk meningkatkan kesadaran tentang hak asasi manusia, khususnya dari perspektif gender dan seksualitas dalam identitas manusia."

NN, LSC

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus