Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Nama Weird Genius diambil dari salah satu karakter game personal computer lawas berjudul Limbo
Lagu Lathi memuncaki tangga lagu Spotify di dalam dan luar negeri.
Video klipnya di YouTube ditonton lebih dari 69 juta pemirsa.
SUATU hari, pada 2013, gamer dan YouTuber Reza “Arap” Oktovian mengajak Eka Gustiwana membentuk grup musik. Tahun itu adalah tahun saat lagu Clarity oleh Zedd atau Wake Me Up oleh Avicii (meninggal pada 2018) diputar berulang-ulang di saluran musik yang memantik naik daunnya aliran electronic dance music (EDM). Band usulan Reza itu diniatkan berfokus pula pada EDM karena belum banyak musikus Indonesia menggarap genre ini. Namun Eka, yang pada tahun itu juga menjadi bahan pembicaraan karena menggubah rekaman marah-marah “Demi Tuhan” Arya Wiguna menjadi video musik cemerlang, belum menyanggupi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baru tiga tahun kemudian ide grup musik itu akhirnya terwujud. Reza dan Eka, digenapi Billy Taner, mulai menggarap musik dengan mengusung nama Weird Genius. Nama band ini lagi-lagi bermula dari ide Reza, yang diambil dari salah satu karakter game personal computer lawas berjudul Limbo. “Karakter ini aneh, namun kuat dan cerdik. Saya pikir itu cukup merepresentasikan kami sebagai grup,” ujar Reza dalam wawancara tertulis Weird Genius dengan Tempo, Kamis, 2 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Formula bermusik mereka konsisten sedari awal, yaitu musik elektronik dan lirik berbahasa Inggris dengan bubuhan instrumen tradisional Indonesia. Lagu pertama mereka, DPS, tentang “this world is crazy, but we love the insanity”, ditingkahi beat terompong (perangkat gamelan Bali) dengan klip video yang juga dibuat di Bali. “Musik itu universal, siapa pun dengan kapabilitas bisa membuat karya bagus. Namun, dari sisi industri musik, sebuah lagu harus punya keunikan,” kata Eka menjelaskan alasan Weird Genius memadukan EDM dengan musik tradisi.
Video klip Weird Genius feat Sara Fajira berjudul Lathi yang ditonton 65 juta pemirsa per Juni 2020. Youtube/Weird Genius/Youtube
Weird Genius alias WG kemudian berjalan mantap dengan rutin merilis single, menumbuhkan basis penggemar setia, dan rajin naik panggung dalam agenda musik nasional ataupun internasional. Mereka antara lain tampil dalam Viral Fest Asia Festival 2017, Soundrenaline Bali 2018, dan SHVR Ground Festival 2019, serta menjadi local act dalam konser Yellow Claw dan The Chainsmokers di Jakarta. Mereka sering mengajak musikus lain berkolaborasi, terutama untuk mengisi vokal, seperti Letty dalam Lunatic dan Big Bang, Prince Husein (Sweet Scar), Daniel Rimaldi (Last Dance), serta Charita Utami (Flickshot). “Mayoritas lagu kami berlirik, tapi WG tidak ada penyanyi. Reza pun lebih ke rapper ketimbang penyanyi,” tutur Eka. “Kami juga mencari bakat-bakat yang orang belum tahu siapa dia.”
Weird Genius berganti personel pada 2019, saat Billy Taner digantikan Gerald Liu, seorang disc jockey dan produser musik rap. Para personel ini berbagi peran dengan sederhana: Eka sebagai lead arranger, Gerald untuk sound design, dan Reza menjadi penulis lirik serta taste maker. “Hanya Reza yang tahu apakah suatu lagu layak dirilis atau tidak. Ibarat di perusahaan rekaman, Reza itu A&R (artists and repertoire),” ucap Gerald.
Kelompok ini menjadi makin matang dan terus menaikkan standar pada setiap karya terbaru mereka. Hingga kemudian pada akhir Februari lalu Weird Genius merilis lagu yang meledak melebihi apa yang pernah mereka buat dalam empat tahun terakhir: Lathi.
Saat tulisan ini dibuat, Lathi baru saja memecahkan rekor di platform pemutar musik digital Spotify sebagai lagu yang paling lama menduduki posisi puncak di Top Chart Indonesia. Selama enam pekan berturut-turut, lagu Lathi yang dibawakan Weird Genius bersama penyanyi Sara Fajira tak pernah turun dari peringkat pertama. Rekor sebelumnya adalah empat pekan berturut-turut, yang dipegang oleh Hindia dengan lagu Secukupnya. Tak hanya di seranai lokal, Lathi juga memuncaki tangga lagu di negara lain, seperti di Singapore Viral 50 dan Malaysia Viral 50, juga di Hong Kong dan Taiwan. Bahkan mereka menembus jajaran Global Viral 50 Spotify dan bertengger di posisi kedua. Di YouTube, klip video Lathi, yang dikeluarkan sebulan setelah perilisan lagunya, telah ditonton sebanyak 69 juta kali.
Seperti formula Weird Genius sebelumnya, Lathi adalah hibrida seimbang antara musik elektronik dan tradisi, kali ini gamelan Jawa. Lagu ini dimulai dengan tempo upbeat yang kontras dengan lirik murung tentang relasi tak sehat: “I was born a fool, broken all the rules. Seeing all null, denying all of the truth....”
Setelah eskalasi emosi, satu kalimat berbahasa Jawa yang dinyanyikan dalam gaya sinden ditempatkan sebagai punchline yang mengubah nuansa lagu itu secara dramatis tapi mulus. Ini pertama kalinya Weird Genius benar-benar memasukkan bahasa daerah ke lagu mereka. Lirik itu berbunyi: “Kowe ra iso mlayu saka kesalahan, ajining diri ana ing lathi (Kamu tak bisa lari dari kesalahan, harga diri seseorang ada pada lidah/tutur kata).”
Reza si penulis lirik meminjam penggalan akhir kalimat itu dari peribahasa Jawa, ajining diri dumunung aneng lahi, ajining raga ana ing busana (harga diri terlihat dari tutur kata, kehormatan badan terlihat dari pakaian). Lirik itu kemudian disempurnakan oleh Sara Fajira, penyanyi 25 tahun asal Surabaya berdarah Polandia-Batak-Yaman yang fasih berbahasa Inggris dan Jawa. “Setelah membaca lirik dari Bang Arap (Reza), aku langsung terpikir membuat lirik bahasa Jawa yang cocok untuk melengkapinya,” kata Sara lewat sambungan telepon.
Teknologi sekarang pula yang membuat Lathi mendulang popularitas begitu deras. Media sosial memungkinkan lagu ini disebar dan dikreasi ulang hingga menjangkau lebih banyak pendengar setiap hari.
Bagi Sara, kolaborasi dengan Weird Genius ini juga pertama kalinya dia bernyanyi dengan gaya sinden. Sara dasarnya adalah penyanyi band hip-hop yang mampu rapping. Saat perekaman lagu Lathi, dia diminta menggunakan head voice untuk menyanyikan lirik dalam bahasa Jawa. “Ternyata bisa, langsung terbawa juga cengkok sindennya. Mungkin karena sudah sering melihat adikku yang biasa membawakan lagu dangdut dan Melayu,” ujar Sara.
Tak hanya dalam lagu, dalam klip video Lathi, Weird Genius juga memadukan seni modern dan tradisi lewat penampilan penari kontemporer dan tradisi Jawa, seperti tarian Jawa, debus, serta kuda lumping. Banyak YouTuber terkenal dalam dan luar negeri mengunggah reaksi takjub mereka saat menonton video ini.
Pengarsip musik David Tarigan menilai Lathi sebagai karya tepat zaman yang dieksekusi dengan bagus. Lathi punya semua unsur yang menjadi perhatian publik, terutama anak muda, seperti musik trendi, unsur kelokalan, isu bertahan di hubungan yang tidak enak, hingga nuansa mistis. “Percampuran tradisional dan modern bukan formula baru, tapi Weird Genius membawa hibrida ini sesuai dengan kebutuhan anak zaman sekarang,” tutur David melalui wawancara telepon.
Teknologi sekarang pula yang membuat Lathi mendulang popularitas begitu deras. Media sosial memungkinkan lagu ini disebar dan dikreasi ulang hingga menjangkau lebih banyak pendengar setiap hari. Tanda pagar #LathiChallenge viral di berbagai platform media sosial dengan total jutaan pengguna. Salah satu kreasi lagu Lathi yang paling banyak mendapat perhatian dibuat oleh narablog kecantikan berdarah Indonesia-India, Jharna Bhagwani, di Instagram. Jharna, 17 tahun, membuat video memulas wajah dengan lagu Lathi sebagai pengiring. Lewat penyuntingan yang sangat selaras dengan tempo lagu dan kejutan jump scare pada bagian berbahasa Jawa, video Jharna hingga saat ini telah ditonton lebih dari 15 juta akun. Jumlah pengikutnya melonjak dari ratusan ribu menjadi 3 juta.
Video Jharna juga viral di Twitter dan menarik makin banyak orang untuk menjadi penyuka lagu Weird Genius. Terakhir, Didik Nini Thowok turut serta dalam tantangan #LathiChallenge ini dan mengunggah video dirinya menari dengan latar musik Lathi karena dia prihatin lagu tersebut sempat dituding sebagai lagu pemanggil setan. “Lathi versi Didik Nini Thowok terinspirasi banyak hal sejak pemahaman yang keliru," tulis maestro tari itu dalam keterangan unggahan di akun Instagram-nya. “Mbok ya belajar, belajar, dan belajar kalau belum tahu bahasa Jawa.”
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo