Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Miami Vice dalam Warna Gelap

Serial yang meledak pada 1980-an kini diangkat menjadi film layar lebar. Jauh lebih intens, gelap, dan bergaya.

31 Juli 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MIAMI VICESutradara dan skenario: Michael Mann Pemain: Colin Farrell, Jamie Foxx, Gong Li

Untuk menikmati film yang seksi ini, sebaiknya justru Anda melupakan serial televisi yang -pernah meledak pada tahun 1980-an itu. Laut biru, langit cerah, blazer- warna putih atau biru muda, dagu keunguan karena belum dicukur, dan aksen kental Miami detektif Sonny Crockett dan Ricardo Tubbs yang menyembur dengan suara yang parau dan dianggap seksi pada masa-nya. Kita juga harus melupakan, bahkan jangan sampai membanding-kan antara Don Johnson dan Collin Far-rell yang kini memerankan Sonny Croc-kett (masya Allah, masakan ada yang -berani membandingkan mereka ber-dua?); apalagi membandingkan anta-ra Philip Michael Thomas, pemeran Ri-co Tubbs dalam serial, dan Jamie Foxx -di layar lebar, are you kidding?

Dalam banyak hal, para pencinta film akan segera memahami bahwa film layar lebar Miami Vice adalah sebuah obsesi lama Michael Mann (Heat, Ali, The Insider, dan Collateral) untuk mengangkat skenario Anthony Yerkovich ke layar lebar sejak 1980-an. "Ini sebetulnya materi film layar lebar," kata Mann saat itu.

Setelah melalui masa uji coba di dunia film dan meraih sukses dalam Heat, The Insider, Ali, dan Collateral, dengan segera obsesi puluhan tahun silam itu baru terwujud. Kini Miami Vice tak lagi tampil dengan warna pastel, cerah, kenes dengan bikini Miami. Sonny Crockett dan Rico Tubbs kini mengenakan jas warna gelap, biru tua dan kelabu, dengan visualisasi segelap film Collateral, karya Mann sebelumnya. Crockett dan Tubbs kini ditugasi menyamar ke dalam jaringan narkoba terkemuka yang selama ini disorot pemerintah AS, Jose Yero (John Ortiz). Duo Crockett-Tubbs mengajukan proposal kepada Yero-yang dikenal sebagai "babi gila" yang luar biasa keji saat menyiksa musuhnya-untuk menjadi distributor pengiriman narkoba ke AS. Yero mencium bau aneh dari duo ini, yang tampak terlalu "sempurna". Tetapi pacar "Bos Besar" Isabella (diperankan oleh Gong Li, yang meski telah menanjak dalam usia, tetap jelita)-yang bertugas mencuci uang panas mereka-menghalau kecurigaan Yero. Barulah pasangan detektif itu mengetahui bahwa di atas Yero yang keji itu, masih ada lagi Bos Besar bernama Montoya (Louis Tosar), yang jarang bersedia bertatap muka dengan "pengedar" kelas kambing. Berkat Isa-bella, Montoya menyetujui proposal Crockett-Tubbs dan perjalanan berbahaya itu pun dimulai.

Sudah diduga, gerakan Isabella yang jelita itu-karena saling kerling yang begitu "panas" antara Croc-kett dan dirinya-akan berakhir dengan sebuah hubungan cinta yang sangat berbahaya. Semakin berbahaya dan semakin mereka berada di bawah "-mikroskop" jaringan Montoya, sema-kin panas pula percintaan itu (yang sial-an, apa boleh buat, terpotong-potong oleh pisau sensor). Konteks hubung-an yang dalam dan emosional antara Sonny dan Isabella plus hubungan Tubbs dengan -pacarnya, Trudy Joplin (Naomie Harris), memiliki konteks penting dalam cerita dan bagaimana akhirnya peran kedua perempuan yang dicintai duo Crockett-Tubbs itu akhirnya menjadi sandera bagi kelompok Montoya.

Meski ini adalah sebuah film genre thriller-action, adegan laga yang se-sungguhnya baru akan ditemui pada 45 menit terakhir, karena Mann meng-abdikan jam pertama pada perkenal-an persoalan dan para tokoh baru. Collin Farrell dan Jamie Foxx adalah dua aktor besar abad ini, tetapi chemistry keduanya sebagai "sohib" belum terasa kental dibanding katakanlah chemistry panas antara Gong Li dan Collin Farrell. Penampilan Farrell yang mencoba masuk ke sebuah sosok playboy, penuh minyak dan malas bercukur, memang kini lebih gelap dan introvert. Foxx tampil tegap dan seksi. Meski porsi penampilannya tidak sebanding Farrell, dia tetap tidak meninggalkan kelasnya sebagai se-seorang yang pernah mendapat -Piala Oscar.

Gong Li tampil pada saat terbaik jika dia tidak berbicara. Bahasa Inggris dan Spanyol yang terpatah, yang membuat penonton harus menguak telinga seluas mungkin, akhirnya me-yakinkan kita kemampuan berbaha-sa tetap menjadi sebuah prasyarat penting dalam seni peran. Namun, baha-sa tubuh Gong Li memang tak ada dua-nya, bahkan jika dibandingkan de-ngan juniornya, Ziyi Zhang, yang memang lebih mulus dan belia itu.

Musik Phil Collins yang menjadi hit pada serial Miami Vice diaransemen ulang untuk kebutuhan masa kini. Untuk bagian ini, tampaknya hit Collins belum tertandingi.

Sekali lagi, meski Michael Mann menyutradarai serial dan layar lebar ini sekaligus (setelah 20 tahun), janganlah membandingkan keduanya. Film ini penuh dengan kegelapan, intensitas, dan gaya; sementara serial televisi pada tahun 1980-an itu..adalah sebuah serial tahun 1980-an lengkap dengan segala atributnya yang membuat kita sekarang tertawa geli.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus