Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama tiga jam, Bella Previta dan empat temannya berdiri berdesak-desakan bersama ribuan remaja lain di EX Plaza, Jakarta, 22 Januari lalu. Para remaja belasan tahun itu sedang berjuang untuk memperoleh tiket konser Justin Bieber, yang baru digelar tiga bulan kemudian, 23 April. Hari itu, 4.000 dari 10 ribu tiket yang disediakan ludes sejam sebelum loket ditutup.
”Demi JB, aku rela deh antre sampai tiga jam,” ujar Bella, gadis 15 tahun yang selalu membawa topi ungu. JB adalah inisial nama sang idola yang biasa digunakan para belieber, sebutan untuk para remaja penggila Bieber. Kata belieber adalah bentuk permainan kata believer dan lieber (bahasa Jerman yang berarti sayang).
Siswi kelas I SMA Negeri 9 Jakarta Timur itu berburu tiket bersama empat rekannya, yakni Debby Septaliana, 16 tahun, Nabila Tami Zuita (15), Shinta Setiorini (16), dan Dini Indriyani (18). Perjuangan mereka tak sia-sia. Bella dan Nabila mendapat tiket seharga Rp 1,65 juta. Adapun Debby, Dini, dan Shinta memperoleh tiket Rp 1,15 juta.
Dengan jatah uang saku dan makan Rp 25-30 ribu setiap hari, tiket itu tentulah barang yang tergolong mahal bagi mereka. Namun belieber tak kehilangan akal. Debby sudah menabung sejak dua tahun lalu. "Aku yakin JB bakal konser di Indonesia, makanya sudah menabung. Eh, kebetulan kemarin aku dapat arisan juga, jadi enggak perlu minta uang ke Mama," kata gadis itu, yang ingin mendengar lagu favoritnya, That Should Be Me dan Born to Be Somebody, dinyanyikan sang idola.
Nabila, yang sering mendapat panggilan untuk menari saman, dapat menyisihkan hasil menarinya untuk membeli tiket konser. Dini, yang sudah bekerja sejak enam bulan lalu, rela berpuasa belanja dan menyisihkan sebagian pendapatannya demi Bieber. Adapun Bella dan Shinta sibuk mengencangkan ikat pinggang untuk menghemat pemakaian uang saku hariannya. "Kami enggak jajan di sekolah, dibela-belain bawa bekal dari rumah, demi dengerin JB nyanyiin lagu favorit dan lihat nge-dance-nya," kata mereka kompak.
Sebagai belieber, mereka juga berlomba-lomba mengoleksi pernak-pernik Justin Bieber. Poster penyanyi pop Kanada itu, misalnya, telah merajai dinding kamar Debby. Tempo menyambangi kamar Debby di rumahnya di kawasan Kayu Manis, Matraman, Jakarta Timur. Kamar seluas 2 x 3 meter itu diselimuti gambar Bieber dalam berbagai ukuran, dari seukuran kartu pos hingga poster separuh daun pintu. "Ini aku kumpulin sejak dua tahun lalu, dari dikasih teman, saudara, hingga hunting," ujarnya.
Dia dan empat sahabatnya berlomba-lomba memamerkan koleksi mereka kepada Tempo. Poster, cangkir, majalah, buku, tas, jaket, topi, kaus, sepatu, gantungan kunci, gelang karet, dan cakram digital sang idola kemudian terhampar di lantai kamar Debby.
"Aku kemarin dapat poster bagus nih waktu lagi ke Bandung. Lumayan besar dan ganteng banget si JB," ujar Bella. Sontak mata teman-temannya langsung tertuju ke sebuah poster yang dia bentangkan.
"Wah, keren banget! Muka JB kelihatan cute, ganteng, dan aduh auranya keluar banget, deh," teriak Nabila. Mata siswi SMA Al-Azhar 4 Kemang Pratama ini seakan terpatri pada poster tersebut.
Shinta dan Dini pun terpana saat melihat gambar idola mereka yang cukup besar dan terlihat berbeda dibanding poster-poster lain. "Di Bandung di mana kamu beli? Aku mau, dong. Harganya berapa?" para gadis itu memberondong Bella dengan berbagai pertanyaan.
Tampaknya, tak ada artis yang lebih tenar daripada Justin Bieber di dunia remaja masa kini. Berbagai cara dan usaha dilakoni para belieber untuk bisa "bertemu" dan dekat dengan dia. Berbagai benda berbau Bieber menjadi perkakas utama mereka. Bahkan, saking cintanya, Bella dan Nabila mengubah warna cat kamar mereka, dari pink menjadi ungu, warna kesenangan Bieber. "Pokoknya Justin abis, deh. Serba ungu. Rasanya tenang terus bisa dekat banget dengan JB," seloroh dua gadis yang juga berbaju ungu ini kompak.
Kegandrungan mereka pada Bieber bahkan merambah pula ke alam fantasi. "Debby tuh daya khayalnya tinggi. Dia suka nulis-nulis khayalannya dengan JB," ujar Bella. Untuk mengekspresikan rasa cintanya kepada sang artis, Debby suka menulis dongeng yang menggambarkan perjumpaan seorang gadis biasa, yakni dirinya, dengan sang pangeran, yang tentu saja Bieber.
Adapun Nabila suka komik. "Aku suka mengekspresikan seluruh perasaanku tentang Justin di buku komik ini," kata gadis yang suka membawa gantungan kunci bergambar Bieber itu.
Bahkan kelima gadis remaja ini ternyata punya pengalaman yang sama: Bieber menjadi bunga tidur mereka. "Iya, aku pernah mimpi ketemu JB, terus diajak ke panggung, dikasih bunga, terus dicium," ujar Shinta.
Saat belanja pun mereka selalu memburu barang-barang yang berhubungan dengan Bieber. Seperti Sabtu pekan lalu, di sela-sela obrolan dengan Tempo, mereka dengan penuh semangat menuju Toko Buku Gramedia Matraman karena mendapat kabar ada sebuah majalah remaja memberikan bonus topeng Bieber. "Lucu tuh pasti topengnya," kata Dini. Begitu tiba di depan eskalator dan melihat buku bergambar Bieber, serentak mereka pun berteriak dan berlari menuju rak buku memburu topeng itu.
Mereka juga makin heboh menjelang konser Bieber. Mereka merogoh kantong hingga ratusan ribu rupiah dan berburu barang hingga ke luar kota demi penampilan yang maksimal pada konser nanti. Baju dan aksesori serba ungu menjadi barang yang diincar kelima remaja ini. "Kalau untuk beli pernak-pernik buat nonton konser, ada sedikit minta ke orang tua," ujar Bella tersipu-sipu. Yang lain mengiyakan.
Dini bahkan berniat mengecat ungu seluruh tubuhnya agar bisa menarik perhatian sang idola. "Ada yang tahu enggak di mana bisa ngecat tubuh jadi ungu? Siapa tahu JB lihat aku dan minta aku naik ke panggung, lalu aku dikasih bunga dan dapat ciuman," ujar Dini, yang langsung disambut seruan heboh rekan-rekannya.
Pertemuan Debby, Dini, Bella, Nabila, dan Shinta memang unik. Dari kelima remaja ini, hanya Bella dan Nabila yang sudah saling kenal sejak di bangku SMP. Selebihnya, mereka bertemu di jejaring sosial Twitter. "Aku, Nabila, dan Debby bikin akun untuk kami bertiga. Namanya @protectjbeiber," ujar Bella.
Mereka juga mengaku memperoleh banyak hal positif sejak menjadi belieber, dari mendapat banyak teman, menjadi lebih percaya diri, hingga memiliki mimpi-mimpi baru. "Aku jadi bisa belajar conversation dalam bahasa Inggris karena berkenalan dengan belieber di luar negeri," kata Bella.
Mendengarkan lagu-lagu Bieber, seperti That Should Be Me, Born to Be Somebody, First Dance, I'll Be, dan Down to Earth, mereka percaya, membuat hidup lebih berwarna. "Lagu-lagu itu sangat menginspirasi kami, baik di saat sedih maupun senang. Saat mendengarkan lagu-lagu itu, kami serasa bisa membayangkan perjalanan hidup JB," kata Shinta. "Justin juga bisa membuat aku lebih percaya bahwa mimpi itu bisa menjadi nyata," ujar Nabila.
I was born to be somebody
Ain nothing thats ever gonna stop me
I light up the sky like lighting
I gonna rise above
Show 'em what I'm made of
I was born to be somebody
I was born to be
And this world will belong to me...
Suryani Ika Sari
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo