BILA orkes istirahat, tapi ada hadirin yang masih ingin
menghentak-hentakkan kaki, apa akal? Mula-mula hanya tepukan
tangan yang ritmis. Kemudian, eh, tangan itu mulai menepuk yang
lain. Paha, pundak, kadangkala dada. Itulah konon asal mula
irama Jazz yang berkembang sekarang ini. Pada mulanya irama itu
untuk mengiringi tari yang disebut buckdance--tari rusa jantan.
Di Teater Terbuka, Taman Ismail Marzuki, 1 & 2 Oktober, musik
dan tari itu dibawakan oleh Piedmont Buckdancers. Mereka Quentin
'Fris' Holloway dan John Dee Holeman, dua hitam dari Carolina
Utara.
Dan inilah pertunjukan yang disuguhkan oleh Usica--kantor
komunikasi AS --di Indonesia, yang rupanya ingin menunjukkan
akar-akar musik yang kini berkembang di negeri yang dijuluki
"kuali adonan berbagai bangsa" itu. Kecuali dua musikus yang
sekaligus penari kijang jantan itu, juga ada Trio Joe Cormier
dan kelompok Valley Ramblers. Dua grup belakangan ini, menurut
Joe Wilson, pembawa acara, mencoba mempertahankan 'kemurnian'
musik country.
Dengan kostum hitam-putih Trio itu mengawali pergelaran malam
pertama. Biola gitar dan piano berpadu menggemerincingkan musik
yang biasanya untuk mengiringi tarian. Biola yang dibawakan Joe
Cormier melantunkan melodi yang kadang lincah merengek-rengek,
ditingkah petikan gitar Edmond Boudreau yang memberi tekanan di
tempat-tempat tertentu. Konon inilah warna gesekan biola asli
Skotlandia, yang terdengar di zaman imigran Eropa berdatangan ke
Amerika. Dan piano Joe Patenaude menggemakan latar belakang yang
membentuk ruang. Sungguh memancing kaki bergerak, mengikuti
biola dan gitar. Cormier dan Boudreau sendiri pun begitu.
Untuk membuktikan bahwa musik memang untuk mengiring tari,
muncul dua bersaudara Don dan Eileen Golden menghentak-hentak
kaki mengikuti si Trio. Kadang pula hentakan kaki bersepatu itu
terdengar sebagai suara keempat. Stepdance ini memang
benar-benar hanya membutuhkan kedua kaki--sementara bagian badan
dari pinggul ke atas tetap tegak. Tidak seperti dalam
buckdance.
Trio Joecormier digantikan Piedmont Buckdancers. Suara lenguhan
John Dee Holeman diiring petikan gitarnya sendiri dan piano
Quentin 'Eris' Holloway seperti mengeluhkan duka cerita moyang
mereka, imigran Afrika. Dan seperti mengancam, atau putus asa,
teriak Holeman "Kamu pun akan kalah, kau tak bisa menang
terus-terusan" -- jreng, jreng, jreng ....
Ada kesan antara gitar dan piano tak diselaraskan nadanya. Tapi
efeknya memang ada, petikan gitar yang jauh lebih nyaring
mendukung lenguh suara Holeman dengan klop. Tapi itulah, untuk
isi lirik yang tidak mengeluh pun nada blues yang muram dan
putus tetap saja tercangking. Maka agak janggal di telinga bila
John Dee Holeman mengajak "sayang"-nya jalan-jalan dengan
suara serak itu. "Kenakan rok putihmu sayang/Kita jalan-jalan
malam ini." Kok seperti ajakan mau merampok. Suguhan blues
kedua mereka diseling tarian kijang jantan itu tadi--oleh
keduanya juga.
SEBAGAI gongnya muncul kelompok Valley Ramblers dipimpin Red
Rector, pemain mandolin. Ia didampingi Don Stover yang memegang
banjo, Forrest Daugherty dengan biola, Wayne Henderson dengan
gitar dan Carol Henderson dengan bas gitar. Permainan kelompok
ini memang kompak, dan ketrampilan masing-masing tak diragukan.
Kelincahan petikan Rector pada mandolin banyak dipuji para
kritikus musik Amerika. Gesekan biola Daugherty memberinya
berbagai hadiah dalam perlombaan. Suami-istri Henderson terkenal
dengan rekaman petikan solo-gitarnya. Dan Don Stover, si
banjois, adalah salah seorang yang melahirkan jenis country baru
di tahun 50-an, yang kini populer disebut bluegrass (dari warna
rumput di Negara sagian Kentucky, tempat musik ini dilahirkan).
Adapun kekompakan itu terasa, karena instrumen-instrumen yang
kebagian membawakan melodi selalu tampil, tidak tenggelam
ditingkah yang lain-lain. Pula suara Daugherty atau Don
Stover--bila mereka menyanyi -- selalu diberi kesempatan muncul.
Suatu suguhan musik yang kaya, memang dan jelas fokusnya,
begitulah.
Musik-musik yang ditampilkan ini sesungguhnya tidak asing di
sini. Di toko-toko kaset bisa dijumpai rekaman kelompok-kelompok
musik country dan blues. Yang kemudian terasa bahwa yang tampil
di Teater Terbuka memang bukan sembarangan, adalah karakter
"udik" mereka--dan itulah sebenarnya yang menjadikan musik jenis
ini kha dan berbobot--menempel dengan kuat Juga penjiwaan
lirik-lirik yang mereka bawakan, yang tidak main-main. "Hatimu
yang culas akan membuatmu menangis/Kamu akan menangis dan
menangis, mengbarap lekas tertidur/Tapi tidur tak mau
datang/Sepenuh malamHatimu yang culas akan mengganggumu dendang
si penggesek biola Daugher dengan suaranya yang empuk besar,
memelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini