Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Seskogab, Sekolah Yang Unik

Sekolah ini dipersiapkan untuk menggodok para perwira dengan keahlian yang sedang dibutuhkan hankam, dosen dan kurikulum selalu berubah-ubah sesuai dengan komando hankam.

9 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI poros Jalan Martanegara, Bandung, gedungnya dipisahkan oleh halaman berumput yang cukup luas. Tampak sepi. Tidak ada prajurit yang siap siaga. Tapi itulah Seskogab (Sekolah Staf Komando Bagian Gabungan), lembaga pendidikan tertinggi dalam lingkungan Departemen Hankam. Dari gedung itu diharapkan muncul nama-nama yang kemudian memegang tampuk kepemimpinan Hankam di segala sektor. Brigjen R.K. Sembiring Meliala yang baru saja dilantik menjadi Pangdam XVII Cenderawasih, juga Brigjen Tri Sutrisno, kini Pangdam IV Sriwijaya, misalnya. Seskogab, yang merayakan ulang tahunnya kedelapan, 24 September lalu, suatu sekolah yang unik. Tiap angkatan siswanya mempunyai dosen dan kurikulum berbeda dengan angkatan sebelumnya, di samping kurikulum yang tetap. Perbedaan itu ditentukan oleh Hankam. Soalnya sekolah ini memang dipersiapkan untuk menggodok para perwira dengan keahlian yang sedang dibutuhkan Hankam, dan tiap tahun kebutuhan llankam meningkat. Pada angkatan lalu pernah diajarkan masalah logistik ASRI. Dalam periode ajaran sekarang yang berakhir November, misalnya, para perwira diharapkan menguasai masalah "sistem pembinaan kekuatan Hankam, khususnya ABRI dan rakyat terlatih, sebagai sarana Sishankamrata untuk menunjang peningkatan ketahanan nasional menjelang dasawarsa 90-an." Bahasa singkatnya, "pendayagunaan sumber daya manusia." Untuk itu dipersiapkan bidang studikhusus, yang tidak diberikan pada angkatan sebelumnya. Antara lain bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, meliputi Futurologi (diberikan oleh Prof. Dr. Bachtiar Rivai), tentang HAP (oleh Menteri Kehakiman Ali Said). Kemudian bidang Studi Lingkungan, meliputi soal Pertambangan (oleh Menteri Subroto), tentang Pertanian (oleh Menteri Soedarsono Hadisapoetro. Mereka disebut dosen luar, atau tidak tetap. Dan jangan khawatir bila beberapa departemen sewaktu-waktu kehilangan Menteri karena mereka mengajar di Seskogab. Dosen luar hanya ditugasi memberikan kuliah sehari saja dalam satu angkatan. Adapun bidang studi yang tetap dari tahun ke tahun menyangkut masalah operasi gabungan. Untuk ini tersedia sekitar 20 dosen, tentu saja, sebagian besar militer. Tema pokok bidang studi tetap ini ialah "ketahanan nasional dalam rangka ketahanan regional." Seskogab tidak lagi mengajarkan, misalnya, teori perang modern, atau ikhwal persenjataan mutakhir. Kurikulum menitik-beratkan pada segi falsafah. Bila satu kuliah menyinggung bom atom di Nagasaki dan Hiroshima (tahun 1945) misalnya, hal yang didiskusikan bukanlah pembuatan arau cara membawa bom itu, tetapi mengapa dalam Perang Dunia II itu Sekutu harus menggunakannya, dan apa saja akibatnya pada dunia umumnya. Di sana tidak diberikan ujian akhir untuk Pasis (Perwira Siswa). "Tapi di akhir masa kuliah Pais diwajibkan menyusun karya tulis yang mengetengahkan satu masalah berikut cara pemecahannya," tutur Marsekal Hashari Hasanudin, Wakil Komandan Seskogab. Penilaian sebenarnya berlangsung setiap saat, selama Pasis menempuh kuliah di sekolah ini. Tiap hari kami amati kepribadiannya, tingkah lakunya, dan dinilai," tambah Marsekal Hashari. Menurut Wadan Seskogab itu, sejak 1974 belum ada Pasis yang drop-out dan dinyatakan tidak lulus. Hanya pernah seorang Pasis terpaksa dikembalikan ke kesatuannya, karena sakit. Pasis yang absen 15 hari berturut-turut, karena sebab apa pun, dinyatakan tidak berhak lagi meneruskan sekolah. Ketika pertama kali dibuka Seskogab menyelenggarakan dua jenis pendidikan. Ada Susregkar (Kursus Reguler Singkat) dengan masa pendidikan 3 bulan. Ada Susreg (Kursus Reguler) selama 6 bulan. Derajat keduanya sama, kurikulumnya pun sama. Susregkat sempat dibuka untuk 5 angkatan yang keseluruhannya diikuti 200 Pasis, tahun 1975, 1976 dan 1977. Yang berjalan kini adalah Susreg angkatan ke-8, diikuti 50 Pasis (terbanyak dari AD, 23, tersedikit dari Polri, 7). Tujuh angkatan sebelumnya diikuti 250 Pasis. Calon Pasis, selain ada rekomendasi dari komandannya, harus berpangkat paling rendah letkol senior, tutur Letkol Sutrisno, pejabar Penerangan Seskogab. Slamet S.P, Sucipno, Muslihat dan Juweni -- keempatnya adalah Brigjen (kepolisian) yang pernah masuk Seskogab jenis Susregkat--mengakui pentingnya pendidikan itu. "Kami puas, mendapatkan pelajaran dari tangan pertama," kata Brigjen Drs. Sucipno. kini Kepala Litbang Mabak. "Kami jadi tahu bagaimana memecahkan masalah tidak secara sektoral tapi integral. Itu dikarenakan menurut Brigjen Drs. Juweni, kini Kepala Sekretariat Umum dan Aspri Kapolri, di Seskogab semua masalah yang diajukan dosen harus dipecahkan Pasis dari ketiga angkatan dan Polri secara bersama. Berbeda dengan Sesko ABRI yang lain, Seskogab tidak menerima perwira dari lain negara. Gagasan Seskogab muncul dari Letjen (anumerta) Suwarto, dulu Wadan Seskoad. Sayallg, Suwarto tidak sempat menyaksikan gagasannya terwujud--dia meninggal pada 1967. Komandan pertama Seskogab, 1974-77, adalah Mayjen J. Henuhili--sekarang Letjen dan menjadi Gubernur Akabri. Mayjen Wibhawa (almarhum), jadi komandan kedua, 1977-80. Dan komandan kini adalah Mayjen Goenawan Wibisana. Di Asia, jenis Seskogab ini hanya ada di Jepang dan Muangthai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus