DARI poros Jalan Martanegara, Bandung, gedungnya dipisahkan
oleh halaman berumput yang cukup luas. Tampak sepi. Tidak ada
prajurit yang siap siaga. Tapi itulah Seskogab (Sekolah Staf
Komando Bagian Gabungan), lembaga pendidikan tertinggi dalam
lingkungan Departemen Hankam.
Dari gedung itu diharapkan muncul nama-nama yang kemudian
memegang tampuk kepemimpinan Hankam di segala sektor. Brigjen
R.K. Sembiring Meliala yang baru saja dilantik menjadi Pangdam
XVII Cenderawasih, juga Brigjen Tri Sutrisno, kini Pangdam IV
Sriwijaya, misalnya.
Seskogab, yang merayakan ulang tahunnya kedelapan, 24 September
lalu, suatu sekolah yang unik. Tiap angkatan siswanya mempunyai
dosen dan kurikulum berbeda dengan angkatan sebelumnya, di
samping kurikulum yang tetap. Perbedaan itu ditentukan oleh
Hankam. Soalnya sekolah ini memang dipersiapkan untuk menggodok
para perwira dengan keahlian yang sedang dibutuhkan Hankam, dan
tiap tahun kebutuhan llankam meningkat. Pada angkatan lalu
pernah diajarkan masalah logistik ASRI. Dalam periode ajaran
sekarang yang berakhir November, misalnya, para perwira
diharapkan menguasai masalah "sistem pembinaan kekuatan Hankam,
khususnya ABRI dan rakyat terlatih, sebagai sarana Sishankamrata
untuk menunjang peningkatan ketahanan nasional menjelang
dasawarsa 90-an." Bahasa singkatnya, "pendayagunaan sumber daya
manusia."
Untuk itu dipersiapkan bidang studikhusus, yang tidak diberikan
pada angkatan sebelumnya. Antara lain bidang Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, meliputi Futurologi (diberikan oleh Prof. Dr.
Bachtiar Rivai), tentang HAP (oleh Menteri Kehakiman Ali Said).
Kemudian bidang Studi Lingkungan, meliputi soal Pertambangan
(oleh Menteri Subroto), tentang Pertanian (oleh Menteri
Soedarsono Hadisapoetro. Mereka disebut dosen luar, atau tidak
tetap. Dan jangan khawatir bila beberapa departemen
sewaktu-waktu kehilangan Menteri karena mereka mengajar di
Seskogab. Dosen luar hanya ditugasi memberikan kuliah sehari
saja dalam satu angkatan.
Adapun bidang studi yang tetap dari tahun ke tahun menyangkut
masalah operasi gabungan. Untuk ini tersedia sekitar 20 dosen,
tentu saja, sebagian besar militer. Tema pokok bidang studi
tetap ini ialah "ketahanan nasional dalam rangka ketahanan
regional."
Seskogab tidak lagi mengajarkan, misalnya, teori perang modern,
atau ikhwal persenjataan mutakhir. Kurikulum menitik-beratkan
pada segi falsafah. Bila satu kuliah menyinggung bom atom di
Nagasaki dan Hiroshima (tahun 1945) misalnya, hal yang
didiskusikan bukanlah pembuatan arau cara membawa bom itu,
tetapi mengapa dalam Perang Dunia II itu Sekutu harus
menggunakannya, dan apa saja akibatnya pada dunia umumnya.
Di sana tidak diberikan ujian akhir untuk Pasis (Perwira Siswa).
"Tapi di akhir masa kuliah Pais diwajibkan menyusun karya tulis
yang mengetengahkan satu masalah berikut cara pemecahannya,"
tutur Marsekal Hashari Hasanudin, Wakil Komandan Seskogab.
Penilaian sebenarnya berlangsung setiap saat, selama Pasis
menempuh kuliah di sekolah ini. Tiap hari kami amati
kepribadiannya, tingkah lakunya, dan dinilai," tambah Marsekal
Hashari.
Menurut Wadan Seskogab itu, sejak 1974 belum ada Pasis yang
drop-out dan dinyatakan tidak lulus. Hanya pernah seorang Pasis
terpaksa dikembalikan ke kesatuannya, karena sakit. Pasis yang
absen 15 hari berturut-turut, karena sebab apa pun, dinyatakan
tidak berhak lagi meneruskan sekolah.
Ketika pertama kali dibuka Seskogab menyelenggarakan dua jenis
pendidikan. Ada Susregkar (Kursus Reguler Singkat) dengan masa
pendidikan 3 bulan. Ada Susreg (Kursus Reguler) selama 6 bulan.
Derajat keduanya sama, kurikulumnya pun sama. Susregkat sempat
dibuka untuk 5 angkatan yang keseluruhannya diikuti 200 Pasis,
tahun 1975, 1976 dan 1977. Yang berjalan kini adalah Susreg
angkatan ke-8, diikuti 50 Pasis (terbanyak dari AD, 23,
tersedikit dari Polri, 7). Tujuh angkatan sebelumnya diikuti 250
Pasis. Calon Pasis, selain ada rekomendasi dari komandannya,
harus berpangkat paling rendah letkol senior, tutur Letkol
Sutrisno, pejabar Penerangan Seskogab.
Slamet S.P, Sucipno, Muslihat dan Juweni -- keempatnya adalah
Brigjen (kepolisian) yang pernah masuk Seskogab jenis
Susregkat--mengakui pentingnya pendidikan itu. "Kami puas,
mendapatkan pelajaran dari tangan pertama," kata Brigjen Drs.
Sucipno. kini Kepala Litbang Mabak. "Kami jadi tahu bagaimana
memecahkan masalah tidak secara sektoral tapi integral. Itu
dikarenakan menurut Brigjen Drs. Juweni, kini Kepala Sekretariat
Umum dan Aspri Kapolri, di Seskogab semua masalah yang diajukan
dosen harus dipecahkan Pasis dari ketiga angkatan dan Polri
secara bersama.
Berbeda dengan Sesko ABRI yang lain, Seskogab tidak menerima
perwira dari lain negara. Gagasan Seskogab muncul dari Letjen
(anumerta) Suwarto, dulu Wadan Seskoad. Sayallg, Suwarto tidak
sempat menyaksikan gagasannya terwujud--dia meninggal pada 1967.
Komandan pertama Seskogab, 1974-77, adalah Mayjen J.
Henuhili--sekarang Letjen dan menjadi Gubernur Akabri. Mayjen
Wibhawa (almarhum), jadi komandan kedua, 1977-80. Dan komandan
kini adalah Mayjen Goenawan Wibisana. Di Asia, jenis Seskogab
ini hanya ada di Jepang dan Muangthai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini