Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Nasib kebun tua di bogor

Kebun raya bogor merayakan ultah ke-173. didirikan oleh c.g.c. reindwart. luasnya 87 hektare. kedudukan krb diatur dalam keputusan ketua lipi, pembinaan sehari-hari diurus kepala pusat litbang biologi.

2 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG Jakarta, umpamanya, melewatkan waktu senggangnya ke Kebun Raya Bogor (KRB). Lazimnya, sebuah keluarga menanamkan rasa cinta alam sambil menikmati hawa segar KRB. Dan bagi sejoli yang dimabuk asmara, alam cinta itu dipupuk mekar seraya melancong ke sana. Sedangkan turis bule mengunjungi KRB untuk mengamati tanamannya . Di kebun raya terbesar di belahan bumi selatan ini ada 12.251 tanaman, yang terdiri dari 3.431 jenis. Bibit tanaman lokal, 879 buah, merupakan sumbangan orang. Koleksi bibit dari luar negeri 2.560 buah. Anggrek mencapai 15.000 tanaman dari 883 jenis. Sayangnya, bunga bangkai (amor-phophallus titanum) yang terkenal di KRB mati sejak terakhir berbunga pada 1982. Atas prakarsa pemerintah Hindia Belanda, KRB didirikan pada 817 oleh C.G.C. Reindwart. Lokasinya dibelah Sungai Ciliwung yang deras. Awalnya bernama s'Lands Plantentuin Buitenzorg, lalu Hortus Botanicus Bogoriensis. Namanya ditukar lagi jadi Kebun Raya Bogor, sampai kini. Kebun 87 hektare di tengah Kota Bogor yang mengoleksi tanaman tropis terkaya ini diurus 351 pegawai. Khusus dalam tukar menukar biji benih (seed exchange), pihak KRB berhubungan dengan 300 kebun raya atau kebun botani per- guruan tinggi mancanegara. Namun, secara organik, KRB tidak ada ahli penelitian. Akibatnya, KRB kurang terpelihara. Kedudukan KRB diatur dalam Keputusan Ketua LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), 1987. Jadi, Balai Pengembangan Kebun Raya adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang Pengembangan Kebun Raya yang bertanggung jawab ke Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Alam-LIPI. Pembinaannya sehari-hari diurus oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi. Balai Pengembangan ini menginventarisasi, mengeksplorasi, dan mengonservasi tumbuhan tropis bernilai ilmu pengetahuan untuk dikoleksi dalam bentuk kebun botani. "Fungsi itu selama 10 tahun belakangan sulit dilaksanakan, karena alasan dana. Dan dana ini berkaitan dengan pengertian dan perhatian," kata Suhirman, Kepala Balai Pengembangan Kebun Raya, kepada Diah Purnomowati dari TEMPO. Tiap tahun memang disuntik Rp 155 juta. Di luar biaya eksplorasi, ini jatah berdua dengan Kebun Raya Cibodas. "Padahal, kita perlu dana Rp 600-800 juta setahun, agar berjalan baik," ujar Suhirman lagi. Sedangkan pemasukan dari karcis kurang memadai. Meski pengunjungnya tidak semelimpah peminat taman rekreasi, tiga tahun ini grafiknya naik. Pada 1987, KRB dikunjungi 698.605 orang. Tahun berikutnya 718.330 pengunjung. Tahun lalu 786.041 orang. Tarif karcis Sabtu dan Minggu Rp 600/orang. Di hari biasa Rp 1.000. Dalam keadaan nyaris prihatin itulah, diam-diam, Jumat 18 Mei lalu KRB merayakan ulang tahunnya ke-173. Acara ditandai hanya dengan pekan kebersihan, pameran, serta penjualan agroindustri. Dan sebagai "bonus", maka KRB pada Jumat dan Sabtu itu dibuka gratis untuk masyarakat. Selamat berulang tahun, Kebun Tua! Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus