Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

teroka

Pertaubatan Agus Kamal: Pameran 60 Lukisan yang Dibuat dengan Teknik Graffito

Pameran tunggal Agus Kamal di Yogyakarta. Menyelisik karya-karya Agus dalam 60 karya yang spiritualistis.

12 Mei 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pameran tunggal Agus Kamal, seniman yang semula aktif mengajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

  • Karya-karyanya semula lebih berwarna, tapi kini tampil sederhana dengan warna hitam-putih.

  • Karyanya mengirimkan pesan tentang pertobatan dan spiritualisme.

DALAM warna hitam-putih yang berpadu dengan merah, citraan manusia dan binatang bercampur. Seekor anjing bertotol hitam meneteskan air mata dengan mulut mengatup yang menggigit bunga mawar. Di bawah anjing itu muncul gambar seseorang berserban tanpa wajah. Pada bagian lain, kupu-kupu berlatar merah beterbangan, hendak hinggap di dahan pohon. Monyet menjulurkan lidahnya. Singa menggigit tulang berbentuk penis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semar dan Petruk juga melengkapi kanvas. Selain itu, figur perempuan muncul dalam lukisan bertarikh 2024 tersebut, misalnya gambar tubuh perempuan. Obyek manusia dan hewan yang menyatu dalam 60 lukisan berbahan cat minyak di atas kanvas itu tersaji dalam pameran tunggal bertajuk “Pertaubatan” karya perupa Agus Kamal di Kiniko Art Room, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada 27 April-12 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Agus melukis 60 karya dua dimensi, masing-masing berukuran 100 x 100 sentimeter, pada kanvas yang ia buat secara khusus, bukan kanvas jadi yang bisa dibeli di toko. Menggunakan teknik kerok atau graffito, visual lukisan itu unik, seperti memakai warna putih dan permukaannya terasa bertekstur kasar.

Orang mengenal teknik kerok sebagai teknik transparan. Agus melumuri satu kanvas dengan cat lalu mengupasnya hingga terlihat tekstur pada kanvas itu. “Dulu saya menemukan teknik itu amat sulit. Harus membuat kanvas dengan kain khusus, bukan buatan toko,” kata Agus kepada Tempo.

Pengunjung pameran tunggal bertajuk Pertaubatan karya Agus Kamal di Kiniko Art Room, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 30 April 2024. Tempo/Shinta Maharani

Dia menciptakan semua karya itu sepanjang 2020-2024. Agus lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melukis semenjak pensiun dari mengajar di Jurusan Seni Murni Institut Seni Indonesia Yogyakarta tujuh tahun lalu. Semula dia akan memamerkan 80 lukisan dalam pameran ini. Tapi, karena keterbatasan ruang, ia hanya menyuguhkan 60 karya.

Tema pertobatan, menurut Agus, menggambarkan sifat manusia yang seperti binatang ataupun malaikat. Sifat itu seperti penggambaran konsep yin-yang dalam Tao. Inspirasi citraan buatannya ia dapatkan dari melihat obyek-obyek itu secara langsung dalam kehidupan sehari-hari, membaca buku, mengamati media sosial seperti Facebook, dan mendengarkan. Obyeknya terlihat semarak dan jenis sosoknya beragam.

Yang menarik adalah perubahan visual warna lukisannya. Selama ini karya Agus lebih banyak menggunakan sentuhan warna monokrom atau warna yang senada, seperti biru dan cokelat. Tapi kini warna lukisannya dominan hitam dan putih. “Makin ke sini saya makin menemukan kesederhanaan warna,” ujarnya.

Perupa 68 tahun itu mengerjakan semua lukisannya sendiri atau tanpa artisan. Di sela menghabiskan waktu pensiunnya, dia melukis pada siang hari dengan dibantu terang matahari. Usia senja membuat matanya tak lagi awas sehingga dia kerepotan melukis pada malam hari. Eksplorasi lukisan yang bergenre surealis tak bisa dilepaskan dari latar belakang Agus yang hidup dalam tradisi pesantren. Surealisme menggali kedalaman pikiran bawah sadar yang menggambarkan mimpi dan simbol.

Lukisan Agus Kamal dalam pameran bertajuk Pertaruahn, diKinoart, Bantul, Yogyakarta, 28 April 2024. Tempo/Shinta Maharani

Dia mempelajari tasawuf yang berfokus pada penyucian jiwa, kebajikan spiritual, dan pendekatan diri kepada Tuhan. Agus berlatar pendidikan pesantren. Kakeknya, Abdul Mu'id, adalah kiai lulusan Pondok Pesantren Tebuireng, Jawa Timur, yang karismatik dan dihormati. Kakeknya bekerja sebagai penghulu dan mahir menulis kaligrafi. Ayahnya, Sjatibi Abdul Muid, juga bekerja sebagai penghulu dan pelukis.

Agus, yang lahir di Pemalang, Jawa Tengah, gemar melukis sejak kelas VI sekolah dasar. Lukisan pertamanya adalah potret kakeknya. Sejak saat itu, dia kerap menerima pesanan lukisan potret dari tetangganya. Hidup dalam lingkungan kawasan pantai utara dengan kultur beragam, seperti adanya perkampungan Jawa, Cina, dan Arab, Agus mendapat keberagaman dari berbagai sudut pandang.

Bakat melukisnya makin terasah sejak dia belajar di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia-Sekolah Seni Rupa Indonesia Yogyakarta pada 1979. Agus aktif melukis, mengikuti berbagai pameran, serta berkompetisi di dalam dan luar negeri sejak 1980-an.

Lukisan Agus Kamal bertemakan binatang dalam pameran tunggalnya di Kinoart, Bantul. Yogyakarta, 28 April 2024. Tempo/Shinta Maharani

Zuliati menyebutkan dalam kuratorialnya bahwa obyek gambar yang beragam pada karya Agus akrab dengan keseharian manusia. Dalam satu bidang, karyanya tampak absurd dan memunculkan tanda tanya. Nuansa gradasi warna hitam-putih tercipta dari teknik kerok yang matang dan halus, menciptakan kesan tekstural dan dimensi keruangan serta volumetrik yang kuat. “Padahal, ketika diraba, karya tersebut halus dan datar,” tutur Zuliati.

Karya-karya Agus menggambarkan refleksi perjalanan esoteris yang dalam dan panjang. Karya itu juga muncul dari pertautan dengan berbagai macam budaya untuk memahami rupa-rupa kehidupan dan manusia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Spiritualisme Agus Kamal".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus