Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pameran Poster Plus

Pameran poster layanan masyaralat dari jerman barat di galeri pasar seni ancol menampilkan gagasan dan metafora unggul. pameran jadi membingungkan : layanan masyarakat atau desain produk ?. (sr)

6 September 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI pasar seni Ancol muncul sebuah pameran yang tidak biasa. Bekerja sama dengan Goethe Institut dan Departemen Seni Rupa Universitas Trisakti, pekan lalu Galeri Pasar Seni Ancol mengetengahkan poster-poster layanan masyarakat dari Jerman Barat. Di tengah seringnya pameran lukisan di taman rekreasi itu, pameran desain grafis terasa menampilkan semacam warna baru. Sebuah poster menjerit kuat: Gunakan kepalamu. Pakailah topi: (Use Your Head. Wear a Hat). Kalimat dengan pengulangan bunyi yang kuat itu mengingatkan para pekerja konstruksi untuk memakai akal sehat dan mengenakan helm pengaman. Poster lain sedikit bergurau batang korek api, yang sedang terbakar, dilukiskan terlipat seperti pita. Tulisannya: Kebakaran terjadi lebih cepat dari yang Anda kira. Sayang, pameran yang sangat berharga itu tidak diarahkan dengan baik. Tampil dengan nama "Desain Produk yang Aman dan Nyaman", parade poster itu seperti tiba-tiba berbelok arah. Barang-barang peragaan, yang ikut diketengahkan dan ditempatkan terpisah, membuat pergelaran itu menjadi semacam pameran poster plus. Ada kesan, malah posternya yang menjadi unsur plus itu. Selain judul pameran, juga diskusi yang mendampingi acara itu bicara soal desain produk. Perbincangan yang diselenggarakan Universitas Trisakti itu mendatangkan dua pembicara dari Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Tema poster memang memungkinkan terjadinya salah tafsir. Karya-karya yang dipamerkan adalah unggulan kontes desain poster International Placard Design Competition for Accident Prevention yang diselenggarakan sebuah organisasi gabungan asosiasi profesi Jerman Barat. Kompetisi itu diikuti sejumlah perancang grafis kenamaan, di antaranya Milton Glaser dari Amerika Serikat dan Jan Lenica dari Prancis. Brosur kompetisi -- kebetulan ikut dipamerkan -- yang antara lain menyebutkan kriteria kontes, menunjukkan tema "pencegahan kecelakaan" bersifat umum: kecelakaan bisa terjadi di mana saja, di lingkungan industri maupun di rumah, dan umumnya karena hal-hal kecil yang tak disadari. Panitia agaknya menafsirkan pencegahan kecelakaan itu sebagai "kampanye keselamatan kerja di lingkungan industri". Kemudian menghubungkannya dengan desain produk untuk keselamatan, seperti helm, juga desain untuk kenyamanan, umpamanya kursi mobil. Kendati kedua-duanya bicara soal kecelakaan, penafsiran keliru itu agak membingungkan pengunjung awam. Padahal, penataan dan pengonsepan yang baik sebenarnya bisa menyumbangkan informasi yang sangat berharga, mengingat iklan layanan masyarakat mulai banyak ditampilkan media massa di Indonesia. Iklan dan poster jenis itu -- keduanya melontarkan imbauan -- punya proses desain yang persis sama: penggalian masalah, pencarian gagasan dan metafora (pengiasan), penyusunan teks, dan akhirnya perancangan grafis. Karya-karya itu sama sekali tak punya tujuan komersial. Gagasannya muncul di kalangan periklanan dan perancang grafis sebagai usaha "menebus dosa". Setelah iklan dirasakan punya citra buruk (ahli psikologi sosial Vance Packard menudingnya sebagai pembujuk tersembunyi), muncul pemikiran, bila iklan punya kekuatan memaksa masyarakat menjadi konsumeristis, mengapa kekuatan itu tak dimanfaatkan juga untuk hal-hal yang baik? Impas, 'kan? Pesona iklan dengan misi berbalik total itu tampak kuat pada poster-poster di Ancol itu. Keunggulan tampil terutama pada gagasan, metafora, dan teks. Sifat poster dimanfaatkan secara maksimal. Ada teks utama dengan huruf-huruf besar, mengantar teks keterangan yang lebih kecil dan panjang. Gambar dan foto, yang umumnya obyek tunggal, tampil tidak rumit. Keduanya menarik perhatian mata dengan kuat dan sangat mengundang rasa ingin tahu. Teknik presentasi, yang tampak memang disederhanakan, jadi terlihat tidak istimewa. Sebagian besar dari sekitar 25 poster itu menggunakan proses fotografi dengan pengolahan. Sebuah poster lagi-lagi berteriak dengan teks besar: Awas Perangkap Rekan Anda. Ah, seorang kawan memasang perangkap? Gambar di bawah teks menguatkan "hasutan": sebuah perangkap tikus yang siap menangkap mangsa dengan umpan sebuah sekrup. Teks lain di bawah gambar memberi penjelasan -- yang menenangkan -- bahwa keadaan jorok di lingkungan kerja, khususnya sebelum karyawan pulang, bisa menjadi perangkap bagi teman seperusahaan. Sebuah sekrup kecil yang macet di tengah mesin memang bisa berarti nyawa bagi operator. Tidak semua poster tentunya, bicara soal keselamatan kerja di pabrik. Sebuah yang lain mengimbau begini: ingat mereka yang di rumah. Imbauan yang dipasang di jalan raya ini punya keistimewaan: gambar ibu dan anak ditampilkan tidak secara klise. Bukan seorang ibu dengan wajah sedih menggendong anak, tetapi ibu tanpa busana -- seksi, memang -- difoto dari belakang, menggendong anak yang lucu. Harus diakui gambar macam ini lebih menyentak -- membayangkan. Metafora yang canggih pemikirannya, tapi mudah ditangkap, memang tampak unggul pada poster-poster Jerman Barat itu. Salah satunya sekilas tampak sederhana sekali: plester, semacam band aid atau tensoplast, ditampilkan menempel bersilang membentuk semacam tanda palang merah. Teksnya pun agak klise: jangan cepat-cepat menggunakan barang ini. Namun, bila diperhatikan lebih jauh, sebuah bayangan menjulur di balik plester: tidak membentuk palang merah, tapi salib -- tanda kematian. Tetanus, di balik plester kecil, bisa membetot nyawa. Karya-karya empu macam itu terasa kecil di Galeri Pasar Seni Ancol yang luas. Peragaannya sungguh tak pantas -- dikumpulkan berdesakan dalam beberapa panil. Tak jelas, karya mana yang memenangkan kompetisi. Bahkan sulit melacak para perancang di balik poster-poster berbobot itu. Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus