Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Panggung Mimpi Sang Kolektor Seni

Kolektor sekaligus pelukis Syakieb Sungkar menggelar pameran tunggal bertema surealis. Tokoh-tokoh anime mewarnai karyanya.

 

11 Juni 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pameran lukisan karya Syakieb Sungkar bertajuk “Dreams”, di Cemara 6 Galeri, Toeti Heraty Museum, Menteng, Jakarta Pusat. TEMPO/Indra Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Syakieb Sungkar kembali berpameran tunggal dengan gaya surealis dan diwarnai karakter pop culture.

  • Surealisme Syakieb adalah surealisme ekstrover yang menjangkau dan membuka diri kepada yang ramai.

  • Karya Syakieb dalam pameran kali ini banyak terinspirasi dari studinya tentang ilmu filsafat.

Anggun namun mematikan. Itulah kata yang pantas untuk menggambarkan tokoh A 124 dalam gim daring Free Fire. A 124 adalah robot canggih berwujud perempuan dengan ciri khas rambut pendek tak sampai leher. Dalam game daring bikinan Garena itu, sosok A 124 menjadi salah satu karakter jagoan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ada pula karakter bernama Hayato yang tak kalah hebat dari gim daring yang sama. Hayato digambarkan sebagai karakter laki-laki dengan ciri rambut panjang dikuncir. Ciri lain, dia membawa dua bilah pedang sebagai senjata andalan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua tokoh fiktif gim tersebut bersanding dalam satu bingkai kanvas berukuran 150 x 150 sentimeter dan dipajang di salah satu sudut ruangan pameran Cemara 6 Galeri-Toeti Heraty Museum, Jakarta, Selasa lalu. Lukisan cat minyak berjudul Free Fire (A 124 - Hayato) merupakan bagian dari pameran tunggal Syakieb Sungkar bertajuk "Dreams" yang digelar hingga 17 Juni mendatang.

Lukisan Free Fire (A 124 - Hayato) dalam pameran karya Syakieb Sungkar bertajuk “Dreams”, di Cemara 6 Galeri, Toeti Heraty Museum, Menteng, Jakarta Pusat. TEMPO/Indra Wijaya

Syakieb rupanya memang gemar memainkan gim daring itu di kala senggang. Bagi dia, kedua karakter tersebut merupakan aset yang menjanjikan kemenangan. "Kalau punya dua karakter itu, pasti menang. Itulah mimpi saya, punya dua karakter itu," kata Syakieb ketika ditemui di sela-sela pameran, Selasa lalu.

Selain Free Fire, masih ada 15 lukisan lain dalam pameran tunggalnya kali ini. Ada karya berjudul The Journey yang juga menghadirkan tokoh pop culture. Kali ini Syakieb memboyong karakter Monkey D Luffy dari anime dan manga kondang One Piece. Luffy digambarkan sedang duduk di haluan kapal Going Merry.

Syakieb melukis Luffy dengan pose andalan: tertawa lebar dengan memegang topi jerami bundar miliknya. Di belakang Luffy terdapat salah satu anggota bajak lautnya, Nico Robin, yang digambarkan duduk tenang dengan senyuman lebar. Uniknya, ada Naruto yang berdiri di belakang Luffy dan Robin.

Naruto adalah tokoh utama dari manga dan anime Naruto yang berkisah tentang kehidupan di dunia ninja. Karakter naga komodo, ular kobra, dan pesawat tempur F-16 semakin menambah "kekacauan" lukisan The Journey.

Bagi Syakieb, tokoh-tokoh komik itu ia pilih demi menyesuaikan anak muda saat ini. Bisa saja ia melukis tentang jagoan asli Indonesia, seperti Si Pitung, tapi ia paham anak muda zaman sekarang sudah tak familier dengan karakter jagoan Tanah Air. "Selain mengoleksi lukisan, saya mengoleksi komik," kata Syakieb sambil tersenyum.

Lukisan berjudul The Journey dalam pameran karya Syakieb Sungkar bertajuk “Dreams”, di Cemara 6 Galeri, Toeti Heraty Museum, Menteng, Jakarta Pusat. TEMPO/Indra Wijaya

Ada pula lukisan berjudul Deadalus Spacecraft yang sekilas menghadirkan siluet pesawat tempur F-14 Tomcat seperti dalam film Top Gun (1986) dan Top Gun: Maverick (2022). Uniknya, Syakieb melukis benda-benda tak lazim di dalam siluet pesawat tempur itu, antara lain kipas angin, jemuran pakaian, boneka, sampai vas bunga.

Lukisan tersebut menceritakan kisah dewa Yunani kuno bernama Deadalus yang merupakan penemu andal. Diceritakan bahwa Ikarus, anak Deadalus, meminta sang ayah menciptakan sebuah wahana yang bisa dipakai untuk terbang ke angkasa. Walhasil, Deadalus membuat benda yang digambar Syakieb seperti pesawat tempur.

"Tapi, ya, begini pesawatnya, ada kipas anginnya, ada jemuran, ada boneka segala macam," tutur Syakieb.

Deadalus berpesan kepada anaknya agar tidak menerbangkan wahana pesawat itu terlalu tinggi. Sebab, semakin dekat dengan matahari, risiko terbakar semakin tinggi. Namun Syakieb justru mempelesetkan Ikarus sedang bermain lompat tali dengan matahari.

Syakieb menggambar matahari dengan bentuk lembut dan berkerut, sehingga bisa diartikan penonton seperti bentuk otak, kerupuk, hingga bantal. "Intinya, ada sisi lembut untuk jiwa anak-anak innocent (tidak bersalah)," kata dia.

Lukisan berjudul Deadalus Spacecraft pada pameran lukisan karya Syakieb Sungkar bertajuk “Dreams”, di Cemara 6 Galeri, Toeti Heraty Museum, Menteng, Jakarta Pusat. TEMPO/Indra Wijaya

Ada pula lukisan berjudul Menunggu Godot yang semakin mempertajam mimpi dan lamunan Syakieb. Dalam lukisan cat minyak di atas kanvas berukuran 150 x 150 sentimeter itu, Syakieb melukis figur perempuan cantik, tengkorak, sampai pohon yang punya mata. Syakieb menyebut lukisan itu terinspirasi oleh naskah Samuel Beckett.

Dalam naskah itu diceritakan ada sekelompok orang yang menunggu sesuatu yang tak pasti. Mereka terus menunggu tanpa kejelasan waktu. Bagi Syakieb, proses menunggu itu merupakan gambaran frustrasinya manusia yang mengharapkan datangnya sebuah kebaikan. Menurut Syakieb, pesan tersebut nyata dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

"Sama seperti Indonesia, ingin adil makmur tapi enggak juga tercipta adil dan makmur itu. Ingin dapat pemimpin yang bagus, enggak dapat juga."

Soal pesan kritik politik dan sosial, menurut Syakieb, seorang seniman harus berani menyinggung situasi yang terjadi di masyarakat. Termasuk situasi tahun politik yang kian panas menjelang pemilihan presiden 2024. Seniman punya ruang yang luas untuk mengkritik situasi politik di negeri ini. Tentunya dengan metafora yang tersamar dan mengandalkan kreativitas.

Bagi seniman, kata Syakieb, tahun politik tak ubahnya seperti drama di atas panggung ketika satu tokoh bertarung melawan tokoh lain. Sebagai bagian dari masyarakat yang dianggap sebagai penonton, sejatinya proses pemilihan nanti tak terlalu penting menentukan siapa yang menang.

"Toh, pada akhirnya tidak ada yang berubah. Hanya waktu berjalan saja lima tahun sekali," kata dia.

Ini merupakan pameran tunggal Syakieb yang kedua. Sebelumnya, ia menggelar pameran tunggal di Bali pada 2021. Saat itu, lukisan Syakieb mayoritas bergaya realisme. Adapun dalam pameran tunggalnya kali ini, Syakieb lebih bergaya surealisme yang bergerak bebas ibarat mimpi, sesuai dengan judul pamerannya, Dreams.

Penyair Goenawan Mohamad dalam kalimat sambutannya menyebut karya lukis Syakieb yang bertema surealisme ini tidak pernah jauh dari bahasa dan gramatika umum. Meski begitu, imaji-imajinya tak disodorkan sebagai simbol yang sudah jadi dan sudah dikodifikasikan maknanya. Menurut Goenawan, imaji Syakieb mengajak orang-orang yang melihat karyanya melayang lebih jauh.

"Surealisme Syakieb adalah surealisme ekstrover menjangkau dan membuka diri kepada yang ramai," tulis Goenawan Mohamad, yang belakangan aktif melukis dan berpameran.

Adapun kurator pameran Anna Sungkar menyebutkan, karya Syakieb kali ini lebih menyajikan ketegangan sosial dan politik dalam realitas seni dan masyarakat Indonesia. Dalam kacamata Syakieb, kondisi sosial-politik masyarakat saat ini sedang tidak baik. Karena itu, ia berupaya membuat dunia alternatif baru yang punya banyak lapisan makna.

Anna juga menyebutkan, karya Syakieb dalam pameran kali ini banyak terinspirasi oleh studinya tentang ilmu filsafat. "Karena itu, karyanya pun tampak sebagai sebuah refleksi pembebasan realitas yang dapat memberi rekaan dunia alternatif."

INDRA WIJAYA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus