Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapak digenggam Sinah. Perempuan berkaki pincang itu (dimainkan Intan Kumalasari) nekat menghabisi nyawa tamu asing kaya yang menumpang tidur di gubuk mereka. Terdengar suara bagaimana di dalam kamar ia membacok habis-habisan sang tamu. ”Ibu…,” teriak tamu itu.
”Sudahlah Sinah, hentikan, dia memanggil-manggil ibunya,” kata ibu Sinah (dimainkan Wheni Putri). Sang ibu—yang membantu pembunuhan—meminta Sinah menghentikan aksi brutalnya.
Inilah adegan puncak (yang seharusnya bisa lebih dramatis) lakon Lithuania yang dipersembahkan Saturday Acting Club di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta, dua pekan lalu. Lithuania, karya penyair Inggris, Rupert Brooke, diilhami kisah nyata seorang wartawan surat kabar yang dibunuh sebuah keluarga di pedesaan Lithuania. Lithuania adalah negeri di pesisir tenggara Laut Baltik, yang berbatasan dengan Latvia, Belarusia, dan Polandia.
Set dialihkan ke sebuah keluarga miskin di Jawa. Penonton melihat kejadian berlangsung di sebuah rumah dua kamar, berdinding kayu, dengan pencahayaan sederhana seperti rumah-rumah desa Yogya. Di sana hanya terdapat meja makan, balai-balai, perkakas dapur, dan tungku kayu kotor. ”Kejadian ini bisa terjadi di Indonesia, meski kisahnya telah ditulis pada 1950-an,” kata sutradara Rukman Rosadi.
Mulanya kita melihat seorang lelaki perlente disuguhi makan di rumah kayu itu. Rukman Rosadi sendiri yang memerankannya. Jebolan ilmu teater dan tari University of California, Los Angeles, Amerika Serikat, ini mampu memerankan sosok tamu yang janggal dan misterius. Bagaimana mungkin ada seorang lelaki necis, klimis, dan wangi bisa tersesat ke hutan sembari menggeret-geret sebuah koper penuh uang.
Adegan terasa rasional ketika keluarga petani miskin itu tak tahan melihat uang dalam koper dan berkomplot menyusun pembunuhan saat tamu tidur. Sang bapak (dimainkan secara lumayan oleh Jamal Abdul Nashir) telah menghunus pisau, tapi kurang cukup nyali. Ia meminta izin keluar membeli tuak, agar keberaniannya tumbuh. Nyatanya, setelah berjam-jam, ia tak juga pulang. Sinah, sang anak, menganggap bapaknya pengecut. Ia pun akhirnya berinisiatif melakukan pembunuhan itu sendiri.
Naskah Lithuania sudah tidak asing bagi Saturday Acting Club. Naskah ini pernah mereka pentaskan dua kali pada 2008, yakni di Gelanggang Teater Gadjah Mada, Yogyakarta, dan di Laboratorium Teater Garasi, Yogyakarta.
Harus diakui, Saturday Acting Club (meski kekuatan permainan aktornya tak merata dan di beberapa adegan kurang menggigit) mampu membangun tempo dan memberikan kejutan kepada penonton. Sampai menjelang akhir, penonton sama sekali tak menduga siapa sosok tamu asing itu. Ia sosok yang tak jelas. Kita menebak-nebak, mungkin ia koruptor yang melarikan uang perusahaan atau apa.
Sampailah kita kemudian pada adegan setelah kejadian berdarah itu. Sang ayah kembali dalam keadaan mabuk dipapah tukang warung (Romansha). Dan sama dengan anggota keluarga miskin itu, kita terperenyak ketika tukang warung itu memberitahukan siapa sebenarnya tamu itu. Sang tamu (yang siangnya telah mampir di warung) sebenarnya adalah anak laki-laki keluarga miskin itu, yang 14 tahun lalu pergi ke kota. Sang anak pulang. Ia ingin memberikan kejutan kepada bapak, ibu, dan adiknya dengan berpura-pura menjadi tamu tersesat.
Nunuy Nurhayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo