Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Sutradara Garin Nugroho melawan ketika pemutaran film Kucumbu Tubuh Indahku lagi-lagi mendapat penolakan. Kali ini dari Front Pembela Islam (FPI) yang mengatasnamakan warga Muslim Semarang saat memprotes pemutaran film tersebut pada Senin, 16 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam unggahannya di laman Facebook, Garin menceritakan tentang percobaan penghentian pemutaran oleh organisasi masyarakat (ormas) tersebut. "Film Kucumbu Tubuh Indahku di Semarang, diputar sebagai bagian dari Fest Kota Lama, mereka (FPI) meminta film ditunda dan dihentikan," kata Garin dalam unggahannya, Selasa, 17 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Garin pun melawan ketika filmnya diminta untuk tidak diputar, ia menolak keras lantaran film tersebut sudah lulus sensor. Selain itu, kata Garin, ormas bukanlah lembaga yang berhak untuk mengadili apalagi menutup pertunjukan.
Walaupun didatangi kelompok masyarakat yang membawa bendera di depan pintu masuk pertunjukan, Garin tidak gentar. Ia tetap melanjutkan untuk memutar film yang dianggap kontroversial ini. "Saya tetap memutuskan memutar sebagai hak hukum dan demokrasi saya," kata Garin.
Perdebatan alotpun terjadi hingga polisi datang untuk mengawal, Garin mengatakan, Kucumbu Tubuh Indahku tetap diputar dan diskusi berjalan dengan lancar. Apalagi, dalam diskusi tersebut terasa begitu hangat di mana para penonton mengutarakan pandangannya atas film tersebut.
"Sungguh menarik, sahabat-sahabat penonton perempuan berjilbab justru aktif bertanya dan berpendapat dengan genuine. Salut penonton Semarang, terimakasih panitia," tutur Garin.
Dengan adanya kejadian percobaan penghentian pemutaran film, Garin berpendapat jika ormas seperti FPI lebih baik untuk dibubarkan. Menurutnya, hal tersebut sebagai efektivitas penegakan hukum, bahwa setiap tindakan main hakim sendiri harus tegas diberikan hukuman.
Film Kucumbu Tumbuh Indahku, kerap mendapatkan penolakan dari masyarakat yang mengaku anti terhadap LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). Apa lagi, pemerintah daerah di beberapa provinsi, sempat ikut-ikutan menolak film yang terpilih mewakili Indonesia di ajang Piala Oscar tahun depan ini.
Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Ahmad Yani Basuki, memiliki pertimbangan tersendiri atas kelayakan film ini dapat beredar di layar-layar. Dia mengatakan film ini mengandung nilai kehidupan dari seseorang yang dapat dipelajari orang dewasa.
Meloloskan Kucumbu Tubuh Indahku untuk tayang di bioskop, menurut Ahmad Yani bukan berarti LSF turut mempromosikan LGBT. Adegan yang menghadirkan sosok penari laki-laki gemulai, pria berperilaku seperti wanita memang hadir di dalam film. Hal itu menurut Ahmad Yani bisa kita lihat memang ada di kehidupan masyarakat. “Tentu saja LSF tidak bertujuan mempromosikan LGBT, kami punya pertimbangan lain meloloskan film ini.”