Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
UNDERSTANDING COMICS, MEMAHAMI KOMIK
Penulis : Scott McCloud
Penerbit : KPG, 2001 (215 halaman)
SEORANG anak muda, peneliti karya-karya Pramodya Ananta Toer, pernah mengusulkan kepada Pram agar tetralogi Bumi Manusia dibuat versi komiknya. Usul ini segera ditampik Pram. Menurut dia, komik itu tak mendidik. Prasangka ini bisa dimaklumi: bagi generasi Pram, komik memang kambing hitam perusak mental anak-anak.
Pada tahun 1950-an (Marcel Bonnef, Komik Indonesia, 1998), komik dihujat para pendidik Indonesia karena dianggap terlalu "Amerikanis". Ironisnya, pada masa yang sama AS tengah mengalami penghujatan komik oleh Dr. Frederick Wertham, yang melahirkan pembakaran, pelarangan, dan pembatasan komik hingga meruntuhkan industri komik Amerika saat itu. Menurut Wertham, dalam Seduction of Innocent, komik adalah "corruptor of the youth".
Di tahun 1990-an, Amerika mengalami masa yang amat menarik bagi sejarah komik. Pada 1992, komik karya Art Spiegelman, Mauss, berhasil meraih hadiah Pulitzer untuk sastra. Pada awal 1990-an pula lahir seri Sandman karya Neil Gaiman, yang menerapkan sastra serta pengetahuan mitologi, sejarah, filsafat, dan isu-isu kontemporer macam AIDS, homoseksualitas, atau Perang Teluk dalam cerita-ceritanya. Dan di tahun 1992, seakan turun dari langit, Scott McCloud meluncurkan Understanding Comics.
Indonesia baru menerjemahkan Understanding Comics (UC) tahun 2001 dari versi terbitan Harper Collins tahun 1993. Kesediaan Harper Collins (yang bukan penerbit komik) menerbitkan buku ini dengan membelinya dari penerbit komik Kitchen Sink menandakan bahwa komik ini dianggap layak diedarkan ke khalayak umum yang bukan pembaca komik. Nyatanya, sampai kini pun buku ini masih dicetak ulang dan memicu perbincangan hangat.
Pesona UC terletak pada kecerdasan idiosinkretiknya. Yang utama adalah pilihan genial Scott untuk mengurai pesona komik justru dalam bentuk komik. Dengan lincah, lucu, bernas, dan informatif, kadang naif atau optimistis berlebihan, Scott menerangkan poin demi poin dengan memberdayakan berbagai kosa-komik seperti panel, variasi garis, lay-out, permainan bentuk teks, dan terutama closure. Ketika menerangkan warna, secara menyegarkan Scott menggunakan warna untuk komik yang sesungguhnya dirancang hitam-putih ini.
Dan tengoklah bagian yang menerangkan definisi komik menurut Scott. Tiba-tiba saja Scott berdiri di panggung, menawarkan definisi demi definisi kepada sekumpulan penonton yang kritis (salah satunya menyerupai Bugs Bunny). Akhirnya Scott tiba pada definisi komik sebagai "gambar-gambar serta lambang-lambang lain yang terjukstaposisi dalam turutan tertentu". Mungkin lebih mudah dipahami jika definisi Scott diterjemah begini: "(komik adalah) imaji-imaji gambar atau lambang yang dijajarkan dalam urutan yang disengaja".
Definisi ini adalah jelas-jelas formalis. Seperti kata Scott sendiri, sebelum mendefinisikan komik, ia membedakan dulu antara "isi" dan "bentuk"—dan menampik pem-batasan pengertian komik berdasarkan isi komik. Definisi ini lebih luas dari definisi komik menurut Spiegelman, yaitu komik sebagai /comix/ atau /co mixture/ dari gambar dan kata (Time, November 1993). Komik, menurut Scott, tak harus menyertakan kata, seperti musik tak harus berlirik atau film tak harus ada dialog.
Komik juga, dalam pemahaman ini, tak mesti berisi superhero atau binatang lucu, tak mesti untuk anak-anak saja, tak mesti digambar dengan teknik kartun atau dengan garis dan gaya tertentu, juga tak mesti digambar dengan tinta dan bahkan tak mesti dalam bentuk cetak. Dalam pemahaman ini, karya woodcut dari Lynd Ward, kolase 182 gambar dari Max Ernst berjudul A Week of Kindness, atau gambar-gambar pahat di candi-candi kita bisa disebut sebagai komik. Pemahaman ini membuka peluang jelajah bentuk yang luas sekali.
Scott mempraktekkan jelajah itu dalam situsnya: scottmccloud.com. Komik-komik online karyanya cuma bisa dinikmati secara digital. Tengoklah Zot! On-line dan terutama I Can't Stop Thinking, yang merupakan esai berbentuk komik digital tentang komik digital. Scott mengolah tema ini juga dalam lanjutan UC, Reinventing Comics, yang konon akan diterjemahkan oleh KPG.
Terjemahan edisi Indonesia ini lumayan persis, walau sering kaku dan kurang mengikuti semangat kebermainan Scott. Tapi ada satu kesalahan fatal. Pada halaman 75-77, judul-judul komik yang mestinya tertera di bawah diagram-diagram Scott ternyata tak ada. Ini membuat diagram-diagram itu tak bermakna.
Bagaimanapun, keberanian penerbit menerbitkan komik cerdas ini patut dipuji. Inilah komik cerdas ketiga yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia pada 10 tahun terakhir (yang pertama adalah Batman: Year One karya Frank Miller dan David Mazzucchelli oleh Misurind; yang kedua adalah The Tower/Menara karya Schuiten oleh CCF). Setelah ini, akankah lahir komik lokal dengan nilai susastra setara Bumi Manusia dari Pram?
Hikmat Darmawan—pengamat komik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo