Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Benda-benda itu teronggok di atas deretan meja putih yang mengesankan bangsal rumah sakit dengan deretan tempat tidur putih. Bentuknya mirip kubus, dan sekilas tak menantang rasa estetik. Warnanya, meski merah muda menyegarkan, terkesan kusam. Tapi, ketika diamati, ada yang ganjil pada benda-benda itu: bentuk yang tak sempurna. Benda itu tampak kenyal seperti lembaran karet berbentuk kubus yang dibalik dalam posisi tak sepenuhnya, seperti sarung bantal yang dibalik. Akibatnya, muncul gelombang-gelombang pada sisi-sisi ujungnya.
Perupa Handiwirman Saputra menyodorkan obyek itu dalam pameran bertajuk Things, The Order of Handiwirman di Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta, 27 Juni-18 Juli. Deretan 12 benda berupa kubus itu sekilas seperti daging mentah yang pucat karena sudah kehilangan banyak darah dan siap dipotong-potong oleh juru masak di dapur restoran. Tapi, sebagaimana judulnya, Dalam Tampak Luar, karya ini mengeksplorasi wujud dalam suatu benda (object). Garis-garis pada obyek itu seperti lipatan hasil jahitan memanjang yang ditekuk.
Obyek itu seketika menjadi permainan ilusi visual. Wujudnya yang terkesan kenyal, lembut, dan lunak secara naluriah mendorong orang menekankan jari telunjuk ke permukaannya. Ketika hal ini dilakukan, ilusi visual itu segera buyar: ternyata benda itu keras.
Permainan ilusi visual sebaliknya muncul pada karya yang terletak di seberang obyek kenyal itu. Handiwirman, 35 tahun, memberikan judul Untitled. Bentuknya lebih mudah diidentifikasi sebagai abstraksi bangunan rumah bagonjong, rumah tradisional Minangkabau (Handi masih menegaskannya dengan kain songket Minang yang membentuk abstraksi atap bagonjong). Struktur horizontalnya yang terkesan berat ditopang kaki-kaki panjang citraan rumah panggung.
Abstraksi rumah gadang ini dari bahan aluminium dengan konstruksi dalam garis-garis tegas. Tapi lihatlah di bawahnya. Ada bentuk dari bahan lem silikon yang kenyal berupa meja dalam posisi terbalik dengan permukaan horizontalnya terhampar di lantai berlipat-lipat bak gelembung karet yang kehilangan udara. Namun kaki meja terbalik yang kenyal dan lunak itu terkesan menopang struktur kaki rumah gadang yang bervolume di atasnya. Sekali lagi, ini permainan ilusi visual. Bak permainan sulap: bim salabim, berdirilah!
Tetapi mantra sulap itu tak manjur pada obyek lain dalam permainan persepsi visual "dalam tampak luar" dengan materi yang sama. Handi membuat cetakan negatif sosok Elmo, karakter dalam film animasi Sesame Street. Hasil cetakan itu berupa bentuk "hancur-hancuran" yang sama sekali berbeda dengan keelokan wujud luar Elmo. Cetakan negatif (bentuk dalam) seperti gumpalan daging dengan bercak-bercak merah yang menimbulkan rasa tak nyaman. "Dari dalam, struktur visualnya disorder," ujar Asmudjo Jono Irianto, kurator pameran. Tapi tak berarti karya ini menunjukkan Handiwirman antiestetik. "Ini estetika yang lain."
Penilaian terhadap karya Handiwirman memang mudah tergelincir pada kesimpulan antiestetik. Handiwirman, yang pernah belajar di Jurusan Seni Kriya Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dikenal sebagai perupa yang gandrung mengeksplorasi bentuk obyek tiga dimensi dari materi remeh-temeh semacam rambut, benang, ka-pas, atau potongan kain. Menurut Asmudjo, meski materinya remeh-temeh, Handi menyikapinya dengan serius.
Publik seni rupa dibuat terperangah ketika materi yang tak lazim dipakai dalam karya seni rupa itu diperlakukan juga dengan cara yang tak lazim, misalnya diikat, dijahit, dilem. Semuanya dilakukan manual, sebagaimana keprigelan seorang perajin. Handi mengeksplorasi elemen kebentukan dan menggunakan teknik yang tak pernah diduga sebelumnya. Hasilnya? "Ada potensi estetik pada materi remeh-temeh itu," ujar Asmudjo.
Ia juga berminat pada hal-hal yang sangat biasa. Misalnya, ia terpesona dengan proses membuat pakaian yang justru berfokus pada pengerjaan bagian dalam untuk menghasilkan bentuk luar. Cara berpikir menjahit pakaian ini yang ia terapkan pada bentuk obyek kubus tadi. "Saya bekerja dari dalam untuk mengetahui sisi luar," kata Handi.
Handi juga suntuk mengolah bentuk dari materi yang tak lazim, dan digarap dengan cara yang kadang asal-asalan, jauh dari karya yang diniatkan memperoleh kesempurnaan bentuk. Misalnya, pada pameran ini ia membuat bentuk silinder memanjang dari lembaran spons kuning. Ia menjahit lembaran spons itu dengan benang merah. Jahitan dilakukan dengan tangan sehingga hasilnya jauh dari kesan rapi, bahkan ada benang yang dibiarkan menjuntai. Pada alur jahitan itu kadang mencuat gumpalan kapas putih. Meski bervolume, bentuk obyek ini terkesan ringan, yang muncul dari materi spons, kapas, dan benang.
Obyek yang ia sebut versi ragam hias semacam inilah yang ia pindahkan ke kanvas. Baginya, medium lukisan ia gunakan untuk menegaskan minatnya pada obyek. Tapi ia tidak memindahkan bulat-bulat obyek tiga dimensi itu ke kanvas. Ia menyuntingnya dengan menambah dan mengurangi bagian tertentu. "Saya memilih kesan visual yang paling kuat dari obyek itu," ujarnya.
Hasilnya, semisal pada karya lukis berjudul Salon, berupa citraan obyek yang sekilas mirip tas tangan dalam warna kuning yang kontras dengan warna latar biru. Karya lukis ini mengingatkan orang pada pakem seni lukis Cina kontemporer: latar belakang kosong dengan subject matter tunggal. Sebagaimana karya versi ragam hias tadi, citraan kualitas materi muncul pada lukisan itu: permukaan spons kuning yang terkesan lembut dengan sejumlah garis seperti lipatan pada benda tipis, benang merah yang menjuntai, gumpalan sejumput kapas.
Disengaja atau tidak, karya lukis inilah yang membuat pasar berselera terhadap karya Handiwirman. Dan Handiwirman menikmatinya.
Karya obyek tiga dimensi dan karya lukis ini menegaskan sosok Handiwirman yang beragam. Pada satu sisi ia tenggelam dalam kesuntukan mengolah elemen rupa bak seniman formalis, dengan menepis representasi bentuk dan menihilkan narasi. "Saya tidak percaya pada pesan," katanya. Tapi, pada dirinya ada semangat menolak pendewaan terhadap bentuk dengan cara menggarap bentuk seadanya dengan kesung-guhan yang tinggi.
Raihul Fadjri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo