Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Persinggahan dalam Kegilaan

Dalam kepingan VCD, Girl, Interrupted akhirnya bisa disaksikan di Indonesia. Akting Angelina Jolie memang luar biasa.

29 Oktober 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Girl, Interrupted
Sutradara :James Mangold
Skenario :James Mangold, Lisa Loomer, dan Anna Hamilton Phelan
Pemain :Winona Ryder, Angelina Jolie, Whoopi Goldberg
Produksi :Columbia Tristar
Sebotol pil aspirin yang ditenggaknya dengan sebotol vodka mengantarkan Susanna Kaysen (Winona Ryder) mendekam di sebuah rumah sakit jiwa. Orang tua dan dokter yang merawatnya menganggap Kaysen mengalami gangguan jiwa yang berat. Dia tidak bisa memberikan alasan yang masuk akal atas kelakuannya itu. Jawabannya selalu ngelantur. Kaysen bersikukuh tidak ada hal aneh dengan hidupnya itu. Vonis berupa kekacauan batasan kepribadian membuatnya tak bisa berkelit.

Tapi, apakah dia benar-benar gila? Dibandingkan dengan pasien lainnya, Kaysen merupakan orang yang paling tampak normal. Penghuni lainnya di rumah sakit itu, masing-masing punya masalah. Polly (Elisabeth Moss), misalnya, pernah membakar diri semata untuk menghilangkan bintik hitam di wajahnya. Begitu pula Daisy (Brittany Murphy), anak papi yang senang menyendiri di dalam kamarnya sambil menyantap ayam panggang. Yang agak mendingan, Georgina (Clea Duvall), teman sekamarnya, yang gila karena sering berbohong.

Namun, lambat laun, kegilaan benar-benar menyergapnya. Itu terjadi setelah dia bertemu dengan Lisa (Angelina Jolie), yang baru kembali dari pelarian. Lisa adalah pasien yang sudah menghuni rumah sakit itu selama delapan tahun dan tak kunjung sembuh. Tak dinyana, mereka kemudian menjadi akrab. Puncaknya, kemudian mereka melarikan diri bersama. Dalam pelarian itu, mereka singgah di apartemen Daisy, pasien yang telah dinyatakan sembuh. Di sana Lisa meneror Daisy hingga akhirnya menyebabkannya bunuh diri. Peristiwa itu pula yang mengembalikan kewarasan Kaysen.

Film yang diangkat berdasarkan novel dengan judul yang sama itu merupakan kisah nyata yang dialami Susanna Kaysen, sang penulis novel, pada akhir dekade 1960. Dalam beberapa hal, sutradara James Mangold cukup berhasil mengangkatnya menjadi sebuah film. Dia melemparkan beberapa isu yang sempat muncul pada akhir dekade 1960. Misalnya, soal seks bebas—lewat tokoh Susanna (meski cuma dua kali melakukan hubungan seks) dan penolakan terhadap kehidupan yang normal, yakni menolak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.

Girl, Interrupted merupakan penggambaran yang manis tentang kegilaan dan kehidupan di rumah sakit jiwa. Rumah sakit gila merupakan tempat yang nyaman bagi pasiennya. Keadaannya nyaris tiada beda dengan asrama mahasiswa ketimbang lorong-lorong kaku sebuah rumah sakit gila. Para pasien dibebaskan merokok, menonton televisi yang menyajikan berita tentang demo antiperang, undian lotere, dan film Wizard of Oz. Begitu pula dengan para perawatnya, yang amat bersahabat. ”Ini rumah sakit yang terbaik,” kata Valerie, kepala perawat, yang dimainkan dengan mengesankan oleh Whoopi Goldberg.

Sebuah penggambaran yang sangat berbeda dengan gambaran umum dari sebuah rumah sakit jiwa di mana pun. Apalagi bila dibandingkan dengan film yang memiliki tema serupa, One Flew Over The Cuckoo’s Nest. Dalam film itu, sutradara Czech Milos Forman menyatakan menjadi gila (apa pun sebabnya) sangatlah tidak menyenangkan. Itu digambarkan Forman dengan memasukkan tokoh para perawat yang bengis dan keadaan yang serba tak ramah.

Meski begitu, toh dengan bekal bahan mentah dari novel yang kuat, yakni novelnya itu sendiri, Mangold, yang ikut menulis skenario, tak kehabisan akal untuk mencuatkan konflik yang timbul dari para pasien. Bersama Lisa Loomer dan Anna Hamilton Phelan, ia cukup berhasil menciptakan konflik kejiwaan yang muncul dari pasien yang merupakan perempuan-perempuan muda itu. Satu adegan, misalnya, ketika Polly dirundung kedukaan. Susanna dan Lisa berusaha menghibur Polly dengan bernyanyi bersama di balik pintu kamar. Mengharukan.

Hanya, penulis skenario tak cukup tekun menggarap satu konflik hingga tuntas, sehingga dengan munculnya banyak masalah yang diangkat, penyelesaiannya terasa tergesa-gesa. Untunglah, akting yang sempurna dari pemain-pemainnya berhasil menutup kelemahan penulisan skenario itu.

Winona Ryder, yang didukung oleh kecantikannya yang alami, berhasil dengan sempurna menampilkan peran seorang wanita muda yang rapuh secara psikologis. Dan, yang paling dahsyat adalah penampilan Angelina Jolie, yang tengil, nakal, tapi pada saat lain dia menjadi sangat tertekan ketika tak kuat lagi menanggung beban berat yang menimpanya. Pantaslah bila dia diganjar sebagai aktris pendukung terbaik dalam Oscar tahun ini.

Agaknya, bintang besar dan tema yang menarik bukanlah sebuah jaminan tanpa sebuah skenario yang kuat. Semestinya, film ini tak sekadar menjadi kilasan kisah sebuah persinggahan Kaysen dalam kegilaan yang tak diinginkannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus