Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pesta para petani

Grup wayang topeng asmoro bangun dari desa kedung manggo, kab. malang, ja-tim. wayang topeng lahir dengan nama wayang wwang abad ke-xii di kerajaan jenggala. lakonnya dari epos ramayana dan mahabharata.

8 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMILIHAN grup wayang topeng Asmoro Bangun dari desa Kedung Monggo, Kabupaten Malang, untuk mewakili Jawa Timur, mengagetkan pejabat setempat. Karena selama 4 tahun terakhir ini, mereka sibuk menatar grup dari desa Jabung, tidak jauh dari Kedung Monggo. Ternyata Asmoro Bangun memang lebih menampilkan ciri khas Jatim. Grup dari Jabung dibina karena hampir saja terlepas dan punah dari sejarah kehidupan teater tradisionil sekarang. Pada tahun 1971, seorang murid konservatori karawitan Surabaya menceritakan kepada gurunya bahwa di Jabung ada Wayang Topeng. Baru tahun 1975 kemudian sebuah buku berjudul Dramatari Topeng Jabung, Sebuah Pengantar Penelitan terbit -- dan sekaligus menarik hati Kanwil Dep. P & K Jatim. Pebruari tahun ini, grup Jabung itu dikirimkan ke Yogya untuk menghadiri festival tari topeng. "Tapi gerak tari dari grup Asmoro Bangun ternyata lebih otentik dari Jabung, materi tarinya pun lebih kaya," ujar Soetrisno dari Kanwil P & K Jatim kepada Dahlan Iskan dari TEMPO. Asmoro Bangun yang dipujikan itu dipimpin oleh seorang petani bernama Karimun. Ia mewarisi topeng dari ayah dan kakeknya. Sejak usia 13 tahun Karimun sudah membiasakan kombinasi tani dan tari. Tapi pada tahun 1968 timbul krisis, sehingga anggotanya hanya tinggal 8 orang. Syukur ada rencana pemerintah memberikan angin, sehingga sekarang awaknya melompat lagi jadi 18 orang. Karena siang hari para artis banyak yang mencangkul, jadi kenek kolt atau pilot pedati, latihan terpaksa hanya berlangsung malam. Sekitar 35 buah topeng yang diperlukan, padahal di rumah Karimun hanya ada seperangkat gamelan tua, kostum yang itu-itu juga dan hanya dua set topeng. Tapi semangat tinggi. "Kami biasanya berada di panggung semalam suntuk, lha kok hanya diberi waktu 10 menit?" katanya dengan heran melihat kepelitan orang Jakarta pada waktu untuk festival ini. Karimun punya juga teori. Kehancuran wayang topeng di Jawa Timur menurut dia karena tidak adanya kelanjutan kerajaan-kerajaan setelah Majapahit bubar. Ia menyebutkan zaman Majapahit sebagai zaman keemasan topeng, lantaran kesenian itu menjadi kesenian kerajaan. Bahkan ia berani mengatakan topeng-topeng yang berkembang di seluruh Jawa dan Bali berasal dari Jawa Timur -- lewat ekspansi Majapahit. Wayang topeng sendiri dikatakannya lebih kuno ketimbang Majapahit. Menurut Karimun, wayang ini lahir di kerajaan Jenggala abad ke-XII, dari kepala Raden Wiraraja dengan nama "Wayang Wwang". Lakonnya diambil dari epos Ramayana dan Mahabharata. Ornamen topengnya bersifat dekoratif, berbeda dengan topeng tari Jawa Tengah yang masih 3 dimensi. Dari mulut petani Karimun mengucur pula kisah peranan wayang topeng sebagai kekuatan rakyat melawan Belanda. Setelah zaman kerajaan berlalu, topeng menjadi milik rakyat. Belanda selalu mengamat-amatinya dan menjaga ketat, karena yang ditampilkan seringkali serial Panji yang menyangjung-nyanjung kehebatan kerajaan -- sehingga membangkitkan semangat nasionalisme. Yang menarik ialah di zaman belakangan ini, topeng hilang dari peredaran oleh ketakutan -- karena dianggap milik Lekra. Baru tahun 1968 muncul lagi. Menyusul anggaran Pemerintah Rp 500 ribu dan rencana untuk memasukkannya dalam kurikulum pendidikan karawitan di Surabaya. Untuk memimpin rombongan Jatim yang berjumlah 45 orang, dipilih seorang manager yang ternyata jatuh pada pak Lurah Kedung Monggo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus