Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pesta para petani

Rombongan sriwedari dari sala, menampilkan lakon bismo gugur, abimanyu ranjab, gathuntukaca krama, gathuntukaca gugur. peran utama, harjowibakso roesman, menghidupi keluarganya dari pemain wayang. (tr)

8 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERBEDA dengan Krido Mardowo yang telah mempersiapkan diri sejak pertengahan April, wayang orang Sriwedari dari Surakarta tenang-tenang saja. Mereka tidak memerlukan banyak keringat tambahan. Rombongannya yang didukung oleh 42 pemain (30 putera 12 puteri) dengan 3 ofisial mementaskan lakon "Bismo Gugur", "Abimanyu Ranjab", "Gathutkaca Krama", "Gathutkaca Gugur" -- yang pukul rata sudah pernah mereka mainkan. Setiap nomor akan makan waktu 3 jam. Sriwedari adalah kompleks hiburan rakyat di Sala yang semula menjadi bagian teritorial Kraton Surakarta. Sejak tahun 1957 dioper oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pemain-pemain kawakan W.O. Sriwedari masih terasa berbau kraton karena nama pemberian yang mereka terima. Sebagaimana diketahui, kraton suka membagikan pangkat-pangkat seperti "Harjowibakso" dan "Ronowibakso" -- yang tingkatnya sama dengan lurah. Misalnya saja gelar pada pemain kawakan yang tersohor seperti "Ronowibakso" Soerono dan "Harjowibakso" Roesman. Harjowibakso Roesman -- yang dari zaman ke zaman tersohor sebagai pemain Gathutkaca -- kini sudah berusia 52 tahun. Pamornya tidak hanya di sekitar Sala. Isterinya juga beken: Darsih -- seorang pemain wayang orang kelas satu -- yang top untuk peranan Srikandi. Roesman memegang peran paling utama dari 4 nomor yang dipilih untuk Jakarta. Pilihan yang tepat, mengingat kalibernya. Bagi Roesman wayang orang adalah sawah ladang. Orang tuanya seorang budak Belanda, tak mampu membiayai pendidikan Roesman. Ia hanya sempat mengenyam kelas V SD. Dan karena sulit bekerja tanpa ijazah, Roesman terjun ke wayang orang. Bermula ia hanya melihat-lihat, akhirnya timbul kecintaan. Ia naksir hidup pemain wayang yang cukupan dan terutama tidak membudak seperti bapaknya. Jadi, main wayang pada awalnya dan kemudian pada akhirnya, bagi Roesman tidak hanya menyalurkan kesenangan. Kini ia membiayai hidup 7 orang anak. Salah satu anaknya sudah di Perguruan Tinggi. Bila ia bertekad untuk main sampai mati, tentu saja bukan karena cinta pada keharuman namanya. Setidak-tidaknya, di samping itu, adalah karena wayang orang sudah menjadi sumber hidup keluarga. Ia seorang profesional. Karir Roesman sebagai penari dimulai sejak Jepang, 1942. Kini honornya sebagai pemain agaknya cukup memadai -- meskipun ia tak sudi menyebutkan secara terus terang berapa. Ia hanya mendapat tekanan batin, karena menurut Roesman, pemain wayang sering dihina atau dianggap remeh. Maka Gathutkaca ini pun selalu ingin membuktikan -- terutama kepada yang menghinanya -- justru wayang itulah yang menjadi sumbernya membiayai anak sekolah. Dan karena wayang itulah Roesman dapat kesempatan melihat Amerika, Jepang, Filipina, Birma, Singapura .... Ronowibakso Soerono, 48 tahun, yang banyak menjalankan fungsi sutradara juga hanya sampai kelas VI SD. Tidak tamat. Tapi ia menaruh kepercayaan besar pada pekerjaannya karena itu dapat menjadi andalan keluarga. "Mencari kehidupan bahagia itu bukan hanya mencari nasi saja, tapi yang pokok mencari nama lebih dulu. Kalau nama sudah beken, bahagia akan datang sendirinya," ujar Soerono yang biasa jadi kera di atas pentas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus