Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
WAHAI, emak, mandikan aku, badanku ini amatlah kotor. Wahai, emak, emakku sayang....” Sang penyanyi, seorang perempuan 30-an tahun, suaranya naik-turun di antara denting gambus, sebuah instrumen petik berbentuk buah pir, dan tepukan marwas. Enam penari melangkah, badannya berputar. Riang, mengikuti dendang tentang gadis yang kesepian dan mengharap sang emak turun tangan: mengawinkannya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo