Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Finding Dory
Sutradara: Andrew Stanton
Skenario: Andrew Stanton dan Victoria Strouse
Pengisi suara: Ellen DeGeneres, Albert Brooks, Hayden Rolence, Ed O'Neill, Kaitlin Olson, Ty Burrell
TAHUN 2003, kita semua terpesona menyaksikan Finding Nemo, kisah petualangan dua ekor ikan dari dasar samudra. Film ini menjadi film komersial pertama Pixar yang sukses besar dan duduk di peringkat kelima film animasi paling laris sepanjang masa.
Tiga belas tahun kemudian, studio yang sama-yang kini telah diakuisisi Disney-merilis sekuelnya, Finding Dory. Ide lanjutan film ini bermula ketika Andrew Stanton (sutradara Finding Nemo, A Bug's Life, Wall-E) cemas terhadap karakter Dory (Ellen DeGeneres), ikan bluetang, yang dalam film pertama mendampingi Marlin si clownfish (Albert Brooks) mencari putra semata wayangnya, Nemo (Hayden Rolence). "Bagaimana jika Dory tersesat lagi? Apa dia bakal baik-baik saja," kata Stanton dalam siaran persnya.
Dory yang penuh semangat dan spontan itu menderita "hilang ingatan jangka pendek". Saat bertemu dengan Marlin, Dory lupa asalnya dan keluarganya. Kealpaannya memang menciptakan humor pada film Finding Nemo, tapi sesungguhnya tetap terasa kepedihan di balik segala kejenakaan: siapa keluarganya, di mana mereka, dan apakah mereka menunggu Dory pulang. "Saya tahu ada kisah yang layak diceritakan," ujar sang sutradara.
Dalam sekuel ini, Dory adalah bintang utama. Berlatar satu tahun setelah petualangan mereka di Finding Nemo, Dory kini tinggal di Great Barrier Reef, Australia, bertetangga dengan Marlin dan Nemo. Hingga satu kejadian membangkitkan memori tentang keluarganya di masa lalu. Maka dimulailah petualangan Dory dibantu Marlin dan Nemo melintasi Samudra Pasifik untuk mencapai Permata Teluk Morro, California, Amerika Serikat, alamat yang diingat Dory sebagai kampung halamannya.
Tapi, sesampai di tujuan, mereka terpisah.
Dory tertangkap para peneliti kehidupan laut dan dibawa ke lembaga kelautan-semacam taman hiburan bawah laut buatan-tak jauh dari sana. Sementara Marlin dan Nemo berusaha mencari jalan mencapai lembaga kelautan, Dory harus berjuang sendiri mencari keluarganya. Dia bertemu dengan Hank (Ed O'Neill), gurita pemarah bertentakel tujuh yang sifatnya berlawanan dengan Dory; Destiny (Kaitlin Olson), hiu paus yang rabun dekat; dan Bailey (Ty Burrell), paus beluga yang ragu akan kemampuan sonarnya.
Petualangan Dory di atas samudra, menjelajahi lembaga kelautan, ini lebih seru ketimbang petualangan Nemo melarikan diri dari akuarium dokter gigi di Sydney dalam film pertama. Penonton, baik dewasa maupun anak-anak, akan terbahak-bahak melihat permainan kucing-kucingan Dory dan Hank dengan penjaga lembaga kelautan dan pengunjung, upaya sinting Marlin dan Nemo untuk mencari Dory, atau adegan-adegan tak terduga yang dimunculkan.
Di luar pendekatan komedi dan kemasan petualangan itu, film berdurasi 103 menit ini sesungguhnya berkisah tentang makna keluarga dan upaya untuk mengatasi kelemahan diri sendiri. Film ini merupakan kisah hubungan orang tua dan anak-anak "berkebutuhan khusus". Dalam Finding Nemo, penonton menyaksikan pemberontakan Nemo, clownfish yang siripnya tak seimbang, terhadap Marlin yang overprotektif. Sedangkan dalam Finding Dory, penonton melihat kecemasan dan upaya orang tua membesarkan Dory yang kerap lupa.
Penonton anak-anak juga akan belajar tentang fakta-fakta sains makhluk laut. Sementara Nemo mengajarkan tentang usia penyu dan arus air di samudra, pada Dory, anak-anak akan tahu bahwa gurita memiliki tiga jantung, beluga memiliki sonar, dan menjaga samudra bisa dilakukan dengan "penyelamatan, rehabilitasi, dan melepaskan" makhluk laut ke habitat aslinya-moto dari lembaga kelautan yang diucap berulang-ulang. Penggambaran laut dalam film ini juga nyata. Great Barrier Reef digambarkan indah dan penuh warna, sementara pantai di kota besar dan pipa-pipa dunia laut buatan cenderung kotor dan gelap.
Stanton dan timnya juga tidak lupa dalam detail-detail kecil film pertama, seperti bagaimana Dory menguasai bahasa paus atau kehidupan tokoh-tokoh dalam film pertama, misalnya dua penyu Crush dan Squirt serta Mr. Ray, si ikan pari yang menjadi guru Nemo.
Finding Dory memang diawali adegan yang menyedihkan, saat Dory kecil terpisah dari keluarganya. Tapi perlahan-lahan film ini menjadi lebih riang dan seru. Versi dubbing berbahasa Indonesia film ini, Mencari Dory, juga tak kalah bagus. Di luar dugaan, pemilihan Syahrini sebagai pengisi suara Destiny sangat cocok.
Amandra M. Megarani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo